Ziarah Diri ke Gunung dan Anggota DPR
Pendakian puncak gunung selalu menantang bahaya. Semakin tinggi dan terjal semakin bahaya pula pendakian ke gunung tersebut. Ia bisa menjadi ziarah kecil pribadi kita. Dalam wujudnya yang mengada, gunung adalah kosmos kecil dimana kita ingin mengenali diri kita pribadi dari pelbagai seginya. Artinya, semakin kita terus mendaki dan disambut dengan pelbagai tantangan, maka kita akan makin mengenali diri kita dan tujuan apa yang ingin kita capai.
Gunung-gunung mendapat tempat istimewa dalam literatur. Gunung bagi Remi Sylado adalah semacam laku, tempat istirah dan sebagai ziarah. Dalam sajaknya “Serat Jati Pribadi” kontemplasinya dimulai dengan bait-bait: ini tahun aku pergi ke mana dibawa kata hati/mumpung raga terasa kuat jiwa terasa sehat/mencari tempat untuk menyiram budi/di gunung, mata air kehidupan …mauku sekarang mendaki segala gunung negri ini/melihat telanjangnya sepi/menulis puisi cantiknya edelweis… lalu ia mengabarkan pendakiannya yang awal mula ke gunung Tompulon Anjing, lantas dibawanya kita ke gunung Pangrango, pada kwatrin ketiga diajaknya kita ke gunung Slamet, beralih lagi ke gunung Welirang, ke gunung Pohen, ke gunung Aurbunak, gunung Lompobattang, gunung Klabat, gunung Ranakah, gunung Bifemnasa, dan gunung Binaiya. Tidak berhenti di sini saja, ia bicara lewat sajak “Serat Jati Pribadi” pendakian ke gunung Umsini, Golgota, hingga akhirnya ke “gunungnya sendiri”. (dari kerygma & martyria, 2004)
Gunung adalah amsal yang indah dari keagungan Allah. Gunung yang indah, ketika dekat hanyalah sekadar bukit-bukit hijau yang brocel-brocel. Gunung yang dilukis anak-anak kita dengan dua buah gunung dan mentari di tengahnya. Lantas ada sebuah sungai atau jalan di tengahnya. Amat sederhana. Tetapi gunung lebih indah dari lukisan kanak-kanak Indonesia dan lebih multidimensional daripada sekadar penamaan cagar alam dan tempat wisata.
Gunung menjadi tempat istirah. Gunung menjadi tempat ziarah pribadi. Laku prihatin dan tirakat agar orang menjadi hebat dan besar. Manusia yang hebat rasanya belum lengkap jika belum punya pengalaman mendaki gunung. Mendaki ke puncak, menembus badai, menerjemahkan isyarat-isyarat alam. Politikus yang ingin berambisi kekuasaan mendaki puncak gunung. Pada bulan sura, orang Jawa berbondong-bondong ria ke gunung Lawu. Ada yang ingin mencari berkah di sana dengan bertemu Sabdo Palon dan Naya Genggong atau Sunan Lawu. Ada juga rombongan yang ingin menguji kekuatan fisik dengan mendaki Lawu secara maraton. Ada juga yang melakukan ritual ngedan, dengan cara bertapa di puncak Argo Dumilah.
Gunung amsal makrifatullah. Kita mengenali kebersatuan diri kita dengan alam yang akan membuat kita mengenal bahwa kita semua ciptaan Allah. Yang amat kecil keberadaannya daripada alam semesta ini sendiri. Kesombongan kita di sini akan ditampar oleh kekuatan alam yang sedemikian besar dan gagah ini.
Pendakian dan survival di gunung bisa menjadi usulan bagi para pejabat anggota DPR itu untuk menilai apakah mereka layak duduk di parlemen memimpin rakyat. Para pendaki gunung selalu berkata, jika ingin mengenali diri seseorang ajaklah ia mendaki gunung. Maka akan tampak bagaimana jati dirinya. Kalau perlu buatlah sebuah reality show seperti acara Survival. Bagaimana mereka bertahan hidup dan bertahan dalam komunitasnya. Tipe macam apakah dia? Apakah ia seorang yang manja dan suka merepotkan. Punya motivasi yang mengerikan dalam hidupnya; menjadi penguasa yang megalomaniak. Apakah dia tipe perusak atau tipe pemelihara alam. Atau apakah ia tipe mistikus yang ingin dekat dengan penciptanya semata-mata. Atau seorang petualang yang rindu merasakan tantangan. Ataukah dia orang yang berintegritas tinggi. Mampu memimpin dan kuat dalam keadaan dalam tekanan. Terhadap kawan dan lawan ia bisa menjadi sosok yang besar dalam karakter pribadinya. Dan seyogianya harus demikian seorang pemimpin itu.
Di gunung dalam keadaan yang menekan seperti ini mereka harus manunggal dengan kesepian dan menjadikan kematian sebagai kawan yang akrab. Lantas, ia akan bisa menghargai kehidupan dan berbuat perbaikan bagi manusia dan dunia ini. Ah, ini bisa menjadi ‘ajang audisi yang hebat’ dan barangkali akan muncul tokoh-tokoh sakti dan berintegritas tinggi. Saya sangat setuju jika gunung dijadikan sebagai tempat untuk menguji para legislatif itu nanti. Begitu.[]
Tentang Penulis
Andri Saptono. Pengkaji masalah sosial kemasyarakatan. Bergiat di sanggar Pakagula Sastra Karanganyar.
Sorry, the comment form is closed at this time.
atmo
amat menarik ulasannya
jadi ingin merasakan pendakian ke puncak gunung
sip