Fb. In. Tw.

“Time Travel”, Mungkinkah? (Bagian II)

Bagi kelompok saintifik lainnya, yang skeptis terhadap kemungkinan terjadinya time travel, logika ilmiah yang muncul dalam time travel tidaklah rasional. Sedangkan persoalan yang ilmiah, yang saintifik, tidak mungkin melenceng dari rasionalitas. Bagi mereka, time travel adalah sesuatu hal yang absurd dan tak mungkin ada.

Salah satu argumentasi yang sering dikemukakan oleh kelompok saintifik ini adalah ‘The grandfather paradox’.

The grandfather paradox adalah sebuah situasi hipotetis  yang memaparkan sebuah kejanggalan apabila seorang time traveler yang pergi ke masa lalu untuk membunuh kakeknya agar tidak pernah menikah dengan neneknya. Jika ini terjadi, maka ayah atau ibu sang time traveler tidak akan pernah lahir. Jika demikian, maka dirinya pun tidak akan pernah lahir. Dan jika sang time traveler tak pernah lahir, maka seharusnya peristiwa time travel pun tak pernah terjadi karena pelakunya pun tak pernah lahir. Jika time travel tak pernah terjadi, seharusnya kakeknya pun tak pernah terbunuh.

Paradox lainnya adalah bila seseorang yang bernama X didatangi oleh setiap X yang ada di waktu yang lain yang telah ada sejak lahir sampai meninggal, maka akan ada berapa X yang hadir di hadapan si X yang didatangi? Seperti kita ketahui, ukuran waktu terkecil bukanlah detik, sehingga dapat dimungkinkan bahwa satuan waktu terkecil adalah 50.000/1 detik atau 5 milyar/1 detik atau bahkan lebih. Si X akan bertemu dengan si X lain dari 0,000000000000001 detik sebelum dan sesudah keberadaan si X, juga bertemu si X dari 0,000000000000002 detik sebelum dan sesudah keberadaan si X dan waktu-waktu lainnya. Dengan demikian, ada berapa juta atau milyar si X kah yang akan berkumpul di dunia? Bayangkan bila setiap manusia didatangi oleh dirinya dari waktu yang lain secara bersamaan, mungkin planet bumi tak akan sanggup menampung keberadaan si X.

Jika kita menonton film Predestination, maka kita akan mememukan paradokx lain yang tidak rasional jika time travel bisa dilakukan. Dalam film tersebut diceritakan tentang seorang laki-laki yang kembali ke masa lalu dan menikahi dirinya sendiri yang masih berkelamin ganda dan masih menjadi perempuan. Lalu mereka punya bayi. Bayi tersebut kemudian dikirim ke masa lalu dan tumbuh menjadi dewasa. (lihat gambar)

time-line

Bagaimana mungkin tokoh dalam film ini bisa lahir jika kelahirannya pun bergantung pada dirinya yang datang dari masa depan. Sedangkan dirinya yang ada di masa depan sangat bergantung pada dirinya di masa lalu, terutama kemunculan sang bayi di masa lalu. Dari manakah asal usul keberadaan bayi ini? Sang bayi dan juga dirinya yang dari masa lalu tiba-tiba saja hadir tanpa adanya sebab akibat. Sedangkan sebab akibat adanya sebuah materi (sesuatu yang ada) haruslah karena adanya materi lain.

Sang tokoh yang masih bayi tiba-tiba hadir dari peristiwa yang tak pernah terjadi. Karena ketika sang bayi hadir, masa depan belum terjadi. Sedangkan di masa depan, masa lalu pun (kedatangan bayi dari masa depan) belum terjadi. Hanya absurditas dan irasionalitas waktu saja yang dapat menciptakan sang tokoh.

Tentu saja ini hanyalah sebuah film fiksi belaka. Karena dalam film apapun bias terjadi. Namun, jikalah time travel bisa benar-benar terjadi, maka absurditas dan irasionalitas seperti film ini seharusnya dapat terjadi pula. Dan jika terjadi, maka hal-hal yang sifatnya ilmiah pun harus memasukan absurditas dan irasionalitas pada pemaknaan yang melekat di dunia mereka (saintifik).

Bagaimana dengan klaim dari seorang pilot bernama Bruce Gernom yang berhasil masuk ke dalam badai waktu (timestorm) di daerah segitiga Bermuda?

Apa yang terjadi terhadap Gernom mungkin saja terjadi. Namun apa yang yang dialami oleh Gernom bukanlah peristiwa time travel. Hanya saja Gernom memasuki wormhole yang mungkin memiliki hitungan ruang dan waktu yang berbeda. Seperti yang dialami oleh tokoh film Interstellar dimana ketika dirinya masih tetap muda, ternyata anak-anaknya sudah tua renta. Dan ini bukanlah peristiwa time travel. Hanya berupa relativitas ukuran waktu antara satu ruang dengan ruang lainnya. Kecuali, yang dimaksud dengan time travel ke masa depan adalah seperti itu.

Memang, jika membicarakan time travel, seharusnya kita pun membicarakan persoalan waktu terlebih dahulu. Apa itu waktu? Adakah masa lalu dan masa depan? Jika ada, apakah masa lalu dan masa depan pun sebenarnya sedang terjadi saat ini? Ataukah ruang dan waktu hanya berupa frame-frame film yang sudah tercetak dari masa lalu hingga masa depan?

Setiap orang awam dan setiap golongan saintifik berhak memiliki pandangannya masing masing tentang time travel. Tapi, hanya ada dua hal yang dapat membuktikannya. yakni waktu dan hukum tuhan. Yang jelas, jikapun time travel bisa terjadi, bukankah saat ini seharusnya sudah banyak berkeliaran manusia yang datang dari masa depan dan masa lalu?[]

Ilustrasi: Foto Goa Jepang karya Elsa Amethysa

KOMENTAR

Kontributor tetap buruan.co. Senang mengamati isu-isu sains. Tinggal di Cimahi.

You don't have permission to register