“Time Travel”, Mungkinkah? (Bagian I)
Parade film-film yang mengandung unsur time travel belumlah selesai. Setelah dalam setahun terakhir banyak bermunculan film-film yang bertemakan time travel, atau setidaknya menyelipkan ide time travel dalam filmnya, kini sebuah film bertemakan time travel kembali muncul.
Sebelumnya ada film Predestination yang bercerita tentang seorang manusia berkelamin ganda yang kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan dunia namun terjebak pada persoalan cinta terhadap dirinya di masa lalu. Kemudian ada film X-Man terbaru yang memunculkan seorang tokoh perempuan yang mampu mengirim jiwa( pikiran) Wolverine ke tubuh masa lalunya. Juga ada film Interstellar yang bercerita tentang kisah perjalanan antar bintang seorang ilmuwan dan akhirnya mengalami time travel setelah masuk ke dalam dimensi ke lima melalui black hole.
Awal bulan ini, film yang bertemakan time travel telah hadir di tengah-tengah masyarakat. Judul film tersebut adalah Project Almanac. Dalam film ini diceritakan seorang pemuda dan kawan-kawannya menemukan mesin time travel dan menggunakan mesin tersebut untuk hura-hura dan kepentingan mereka. Dan seperti film-film lainnya, tokoh utama dalam film ini menemukan masalah yang harus diselesaikan.
Yang menjadi perhatian utama dalam tulisan ini bukanlah film Project Almanac ataupun film-film lainnya yang bertemakan time travel. Perhatian utama dalam tulisan ini adalah persoalan time travel itu sendiri. Benarkah bahwa mahluk hidup (khususnya manusia) dapat melakukan time travel ke masa lalu dan masa depan?
Pro dan kontra di dunia sains
Pada awal milennium ini, seseorang yang mengaku bernama John Titor, mengklaim diri sebagai manusia yang datang dari masa depan. Pernyataannya telah menggemparkan dunia internet dan pecinta sains. Pernyataan John Titor di dalam tulisan-tulisannya, memberikan beberapa prediksi tentang keadaan dunia di masa depan yang telah dialaminya. Namun seiring berjalannya waktu, prediksi-prediksi masa depannya itu tidak pernah menjadi kenyataan.
Ada juga klaim dari seorang pilot bernama Bruce Gernom yang berhasil masuk ke dalam badai waktu (timestorm) di daerah segitiga Bermuda. Gernom menyatakan bahwa saat itu dirinya masuk ke dalam timestorm dan berhasil menyelinap ke dalam sebuah terowongan vortex. Akibatnya, dirinya meloncat tiga puluh menit ke masa depan dan seratus mil maju hanya dalam hitungan detik saja. Namun, banyak yang skeptis terhadap klaim dari Bruce Gernom ini.
Secara konsep, yang dimaknai sebagai time travel adalah pergerakan sebuah objek dari satu titik waktu ke titik waktu lain. Karenanya, manusia selalu mengalami time travel ketika menjalani kehidupannya dari lahir sampai mati.
Wacana time travel menjadi seksi ketika lahir pendapat-pendapat yang meyakini bahwa masa lalu yang telah berlalu bisa didatangi kembali, atau masa depan yang belum terjadi bisa didatangi tanpa melewati periode yang menghubungkan antara satu titik waktu di masa kini dengan waktu lainnya di masa depan. Makna seperti inilah yang saat ini dimiliki oleh kata time travel.
Dunia saintifik sendiri tidak memiliki kesepahaman mengenai kebenaran akan adanya time travel ke masa lalu dan ke masa depan. Ini terjadi karena time travel di dunia saintifik belum menjadi fakta ilmiah dan mungkin masih berupa hipotesa. Ada sebagian masyarakat saintifik yang mendukung dan meyakini bahwa time travel sangatlah mungkin bisa terjadi. Ada juga kelompok lain yang menolak kemungkinan terjadinya time travel. Masing-masing kelompok memiliki argumennya sendiri.
Kelompok saintifik yang meyakini kemungkinan dapat terjadinya peristiwa time travel berargumen bahwa beberapa hukum alam yang hadir dan tersebar di alam raya diyakini bisa menghadirkan peristiwa time travel. Dunia saintifik meyakini bahwa di alam raya ada semacam hukum-hukum alam yang bisa menghadirkan relatifitas ruang dan waktu. Semisal jika kita bisa bergerak lebih cepat dari cahaya, maka diyakini bahwa kita (si B )dapat membalas sebuah pesan sinyal dari si A sebelum sinyal pesan dikirim oleh si A. Skenario seperti ini biasanya disebut sebagai tachyonic antitelephone.
Dalam pandangan penganut keyakinan kebenaran dari keberadaan time travel, misteri alam seperti cosmic strings, black holes dan wormholes pun dapat digunakan untuk menghadirkan relatifitas ruang dan waktu. Keberadaaan cosmic strings, black holes dan wormholes diyakini dapat menciptakan peristiwa time travel.[]
Ilustrasi: Foto karya Elsa Amethysa