Terbanglah Setinggi-tingginya Garuda!
Timnas Indonesia sore hari ini akan mulai bertarung di ajang AFF Suzuki Cup 2016 di Filipina. Kita akan berjumpa lawang tangguh pada pertandingan pertama, skuat Gajah Putih Thailand. Tentu saja gengsi sebagai bangsa sama-sama dipertaruhkan di Stadion Olahraga Filipina, Manila, nanti.
Skuat Gajah Putih hari ini, bukanlah bukan skuat yang pernah kita kalahkan di Stadion Utama Gelora Bung Karno enam tahun silam. Mereka adalah kekuatan nyata sepakbola Asia Tenggara. Saat ini mereka menjadi wakil dari wilayah kontinental kita yang berjuang di babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2018.
Namun, meski Thailand secara fakta cukup menyeramkan sebagai lawan kita di pertandingan pertama, bukan berarti tak ada harapan bagi kita untuk mencuri poin dari mereka. Sebab, kami yakin kepada semangat juang skuat Garuda yang ditangani Opa Alfred Riedl. Walau secara realistis kami juga tetap merawat rasa pesimis dalam dada kami.
Bagaimana mungkin kami tak merawat rasa pesimis. Berbagai kendala mesti dihadapi Timnas dalam persiapan menuju turnamen terbesar antar negara-negara Asia Tenggara ini. Mulai dari persiapan mepet, egoisnya klub soal terbatasnya melepas pemain ke Timnas yang disokong operator liga, hingga cederanya Irfan Bachdim di saat-saat injury time menuju keberangkatan ke Manila.
Pasca pembekuan sanksi FIFA (13/5/2016), PSSI yang diurus pengurus masa transisi, sebulan kemudian baru memilih pelatih kepala untuk menangani Timnas. Penunjukkan pelatih kepala ini pun seperti agak tergesa-gesa, seperti tak ada pilihan lain untuk tak memanggil Riedl lagi. Meskipun begitu, setidaknya rekam-jejak Opa Riedl cukup baik, ia pernah membawa Timnas hingga ke final ajang yang sama pada tahun 2010.
Setelah ditunjuk, Opa Riedl lantas dibikin pusing oleh klub yang seakan-akan tak sepenuhnya mendukung Timnas. Hal paling konyol dalam karirnya di dunia sepakbola harus dihadapi Opa-Opa kelahiran Wina 67 tahun silam itu. Klub-klub di Indonesia seperti keberatan melapas pemain untuk membela negaranya sendiri.
Hanya dua pemain dari masing-masing klub yang diizinkan setiap klub untuk memperkuat Timnas. Sialnya, ketentuan itu seperti dilegalisasi oleh operator liga di negeri ini. Hal yang membuat saya sendiri tak habis pikir. Sinting!
Apalagi jika mengingat liga yang memulai tendangan pertamanya pada 29 April 2016 di Jayapura ini bukanlah sebuah liga resmi yang tercatat badan sepakbola dunia. Liga bertajuk Indonesian Soccer Championship, yang pake istilah sok nginggris ini, tak lebih dari sebuah turnamen yang dikelola pihak swasta dengan pemasaran dan penyiaran yang luas saja. Bukan ajang kompetitif yang sesungguhnya. Bahkan, tak ada promosi-degradasi pada turnamen ini.
Opa Riedl tentu harus mengerahkan segenap kemampuannya dalam meracik taktik dan formasi yang sesuai untuk Timnas dengan skuat seadanya. Timnas lho ya, bukan kesebelasan untuk tarkam.
Walaupun begitu, Opa Riedl memang cukup menjanjikan. Pada pertandingan persahabatan internasional pertama pasca pembekuan, Timnas berhasil mengalahkan Malaysia di Stadion Manahan Solo (6/9/2016). Setelah itu, ya pasang surut lagi, Timnas ditahan imbang Vietnam, seri lagi lawan Myanmar di Yangoon. Lalu, pada uji coba terakhir, dikalahkan Vietnam 2-3.
Pada laga-laga uji coba itu, ada satu pemain kita yang memperlihatkan etos kerja yang cukup melambungkan harapan. Ialah Irfan Haarys Bachdim. Pemain yang bermain di Consadale Sapporo itu mencetak gol di setiap pertandingan uji coba, kecuali ketika bermain imbang tanpa gol di kandang Myanmar.
Namun, malang tak tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, salah satu pemain yang kita harapkan memberikan hiburan itu harus menepi. Engkelnya cedera hanya dua hari sebelum berangkat ke Manila. Tentu kita kehilangan harapan. Meski, kesedihan dan kekecewaan lebih besar tentu dirasakan oleh Irfan sendiri.
Akan tetapi, meski persiapan kita mepet, kurang dukungan klub cum operator liga, Irfan cedera, bukan berarti Garuda tak bisa terbang tinggi di AFF nanti. Kita harus tetap percaya dan memberikan dukungan sepenuhnya, seperti juga dilakukan Irfan, kepada Kakak Boaz Salossa dkk.
Di tanah air, kami ingin melihat Garuda terbang setinggi-tingginya. Kami ingin melihat upaya sungguh-sungguh para pemain di lapangan. Kami tak peduli hasil akhir nanti. Menang-kalah bukan perkara utama, karena kami realistis. Kami hanya ingin melihat para pemain Timnas pantang menyerah dan mengejar bola dengan penuh semangat di lapangan.
Sebab, kesungguhan pemain Timnas di lapangan, akan menjadi pelipur lara dan suntikan semangat bagi kami pemain kedua belas di tanah air yang kemarin-kemarin terendam bencana banjir, yang kehilangan akibat terseret longsor, bagi para petani yang memperjuangkan tanah mereka di Majalengka dan Kulon Progo, bagi keluarga dan kerabat alm. Intan Olivia Marbun di Samarinda, juga bagi seluruh rakyat Indonesia yang tak mujur.
Terbanglah setinggi-tingginya Garuda! Bravo![]