Fb. In. Tw.

TERAP FESTIVAL: Menerapkan Teater di tengah Ruang Publik

TERAP FESTIVAL merupakan sebuah kegiatan dari Jalan Teater Indonesia yang prosesnya telah bergulir sedari bulan April 2024, berisi pengurasian awal, inkubasi, dan lokakarya. Sementara, kegiatan utama TERAP FESTIVAL akan dilaksanakan pada tanggal 3—10 Agustus 2024. TERAP merupakan singkatan dari Teater Ruang Publik yang mencoba untuk mendekati dan mementaskan ingatan, harapan, dan kesadaran publik atas ruang hidup mereka yang kesemuanya dibalut dalam bentuk ekspresi teater inklusif. Pada edisi perdana ini, TERAP FESTIVAL akan digelar di sekitaran Braga, Kota Bandung.

TERAP FESTIVAL mengusung gagasan dasar akan teater yang merujuk pada theatron yang dapat diartikan sebagai arsitektur sosial, sebuah situs masyarakat untuk berkumpul dan menonton, selagi bertukar pandang pemikiran. Dari pemahaman tersebut, sudah seharusnya teater secara langsung melibatkan masyarakat, seniman, dan pihak-pihak lain yang berkaitan. Dengan begitu, terciptalah teater sebagai praktik yang melintas atau menyimpangkan berbagai disiplin yang merombak batas antara pertunjukan dengan ritual hidup sehari-hari, aktor dengan penonton, juga ruang publik dengan ruang privat.

Sahlan Mujtaba, Inisiator sekaligus direktur TERAP FESTIVAL, menjelaskan bahwa festival teater di ruang publik memungkinkan aksesibilitas budaya yang lebih luas, menciptakan ruang inklusi di mana seni pertunjukan dapat dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang ekonomi atau sosial.

Pada tahun ini, TERAP FESTIVAL mengangkat tema BRAGA BEREBUT KENANGAN (Braga Beken): Meruang-waktukan Ingatan Tandingan Warga. Brigitta Isabella dan Riyadhus Shalihin, selaku kurator, menjelaskan bahwa tema ini berdasar keresahan atas penentuan simbol yang tertuang pada landmark atau marka tanah yang ada di sebuah kota. “Relasi yang terjadi pada penentuan sebuah landmark yang hegemonik ini cenderung top-down, dengan minimnya keterlibatan publik.” sambung kedua kurator. Keterlibatan publik ini menjadi poin utama yang ditekankan dalam TERAP FESTIVAL.

Selaras dengan rujukan teater sebagai arsitektur sosial serta keresahan akan penentuan simbol kota tersebut, TERAP FESTIVAL mencoba untuk menghadirkan kesempatan bagi publik untuk memaknai simbol kota dengan lebih kritis serta bottom-up. Kedua kurator menambahkan bahwa simbol kota haruslah ditentukan secara demokratis yang mempertimbangkan akan keterlibatan orang sekitar serta konteks ruang.

TERAP FESTiVAL membuka ruang hadirnya narasi tandingan dari simbol kota hegemonik yang ditentukan oleh pemerintah. Narasi simbol kota yang hadir dalam festival ini diharapkan dapat lebih parsitipatif dan inklusif.

Titik-Titik Kota

Konsep kuratorial TERAP FESTiVAL berangkat dari persilangan antara landmark Simpang Lima Asia Afrika dengan Simpang Empat Braga; dan Titik Nol keramat (Sumur Bandung) dengan Titik Nol teknokrat (Tugu Kota oleh Daendels).

Peristiwa teater ruang publik akan bergerak mondar-mandir dari Simpang Lima Asia Afrika yang menandai Bandung sebagai ibu kota perlawanan antikolonial global hingga Simpang Empat Braga yang menandai obsesi pemerintah hari ini untuk mempercantik wajah kota. Lalu di antara Titik Nol Sumur Bandung yang menandai air sebagai simbol keberkahan dan Titik Nol kilometer tugu kota yang menandai aspal sebagai “kutukan”. Perjalanannya akan menelusuri bukan hanya lapis “luar” Braga, tapi juga lapis “dalam” warga di balik kawasan tersebut.

Dalam mewujudkan teater yang meruang “di” dan “dengan” ruang publik ini, TERAP FESTIVAL mengundang para pegiat teater baik individu maupun kelompok dari seluruh Indonesia untuk mengeksplorasi hubungan antara teater, ruang, dan publik sebagai strategi estetika warga dalam menyatakan hak kepemilikan bersama atas kota di simpang dan titik landmark yang disebut sebelumnya.

Seniman TERAP FESTIVAL terdiri dari individu atau kolektif/kelompok yang terbuka pada segala disiplin praktik dan lintas usia. TERAP FESTIVAL mengedepankan peserta yang ingin bereksperimen dengan teater sebagai titik kumpul silang gagasan: bersiasat dan bersolidaritas bersama warga di tengah perubahan wajah kota yang semakin timpang, memiliki antusiasme untuk melakukan riset, dan berkolaborasi dengan warga dalam proses penciptaan karya. Sehingga, hadirlah teater dengan desain logistik yang menjadikan infrastruktur ruang publik dan daya gerak warga sebagai material dan metode utamanya.

Demi menghadirkan konsep yang utuh, TERAP FESTIVAL juga menyediakan ruang bagi para seniman untuk menguatkan gagasan dan konsep dalam program inkubasi dan lokakarya. Salah satu materi lokakarya mengangkat tema Site-Spesifik Theatre yang diampu oleh Akira Takayama, sutradara dari Jepang, dosen pascasarjana dari Tokyo University of the Arts. Selain itu, kelangsungan TERAP FESTIVAL ini didukung oleh pendanaan dari Dana Indonesiana kategori Pendayagunaan Ruang Publik 2023 dan Small Grant Japan Foundation Jakarta.

Informasi lebih lengkap dapat dibaca di www.TERAPFESTIVAL.com.

 

KOMENTAR

Media untuk Berbagi Kajian dan Apresiasi.

You don't have permission to register