Situ Cisanti dan Sanghyang Hulu
Bandung memang kaya objek wisata, baik di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, maupun Kabupaten Bandung. Situ Cisanti salah satunya.
Situ Cisanti adalah objek wisata yang terletak di kaki Gunung Wayang, Kampung Pajaten, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Apabila ditempuh dari Kota Bandung dapat mencapai kurang lebih sekitar 60 KM melewati jalur Pangalengan melewati perkebunan teh Malabar atau dapat juga ditempuh lewat jalur Ciparay ke arah Pacet kemudian Kertasari.
Sebelum sampai ke Situ Cisanti, di kiri dan kanan jalan terhampar perkebunan teh yang hijau, sejuk, asri serta tentram. Berbeda sekali dengan kota Bandung yang sudah heurin ku tangtung. Polusi kendaraan bermotor, efek rumah kaca, serta radiasi ponsel dan listrik, telah memadati kota yang dulu terkenal dengan Kota Kembang.
Selain itu, aktivitas yang sangat padat membuat orang-orang di kota Bandung banyak yang mulai stres. Oleh karena itu, Situ Cisanti menjadi alternatif objek wisata bagi yang ingin menghilangkan penat disela-sela aktivitas yang padat.
Pesona Situ Cisanti, tidak kalah dengan Situ Patengang. Kesejukan, serta panorama di bawah Gunung Wayang yang begitu elok membuat situ ini menjadi hidup. Untuk yang senang memancing, boleh juga memancing di sini. Karena banyak juga warga yang memancing.
Menurut kang Hendar (27) salah seorang pemancing yang saya temui di Situ Cisanti, “Lauk nu aya di dieu dipelak ku pamaréntah. Tiap tahunna dipelak duakintal. Matak kitu gé meureun jang warga di dieu mancing. Da tara aya nu nyarék mancing di dieu mah.” Kail-kail pancingan satu-persatu ditarik oleh para pemancing. Ternyata memang benar, banyak sekali ikan.
Situ Cisanti ini menurut kang Hendar dibuat tahun 2001. Dulunya adalah rawa-rawa yang tidak terawat. Di sini juga terdapat mata air yang dikenal dengan Sanghyang Hulu. Dari mata air inilah Sungai Citarum bermula.
Sanghyang hulu atau mata air yang ada di Situ Cisanti dijaga oleh juru kunci. Ketika kami (Ares, Heri Maja Kelana, Dian Hardiana, Ginanjar Rahadian, Wisnu, Zulkifli Songyanan, Riski Nur Amalliah, Asri Julaeha, serta Kiki) ingin melihat Sanghyang Hulu, kami tidak boleh masuk dan melihat Sanghyang Hulu secara langsung.
Juru kunci, yang bernama Kang Iney, tidak memperbolehkan kami untuk masuk ke area yang oleh penduduk di sekitar dianggap suci. Sehingga tidak sembarang orang dapat masuk.
Di area mata air ini, terdapat pula patilasan (tempat pengasingan) Dipatiukur pada abad ke-17. Ketika itu Dipatiukur menjadi wedana para bupati Priangan. Bujangga Manik juga menuliskan tentang Cisanti ketika mengunjungi tempat-tempat suci di pulau Jawa dan Bali.
“Orang-orang yang masuk ke sini biasanya sudah ada niat dari rumah untuk mandi di Sanghyang Hulu. Kalau datang ke sini cuma untuk lihat-lihat tidak bisa. Ini bukan tempat wisata. Ini tempat yang suci,” jelas kang Iney.
Mata air memang seharusnya dijaga ketat, sebab apabila sembarang orang dapat masuk dan mandi di Sanghyang Hulu, maka air yang jernih akan menjadi keruh. Intinya, kang Iney ini ingin menjaga serta melestarikan area suci ini. Banyak pengunjung yang penasaran dengan mata air, namun tidak dapat masuk. Akhirnya banyak yang mengambil gambar di depan pintu masuk ke mata air.
Kami tidak bisa lama berbincang dengan kang Iney sebagai juru kunci, sebab terganggu dengan pengunjung lain yang mengambil gambar di pintu mata air.
Ada tujuh mata air yang ditemukan di kawasan Situ Cisanti, di antaranya mata air Cikahuripan (Pangsiraman), Cihaniwung, Mataka Citarum, Cisadane, Cikoleberes, Cikawedukan, serta mata air Cisanti. Kang Iney sendiri adalah juru kunci di mata air Cikahuripan.
Sebagai objek wisata, fasilitas yang ada di area Situ Cisanti ini tergolong lengkap. Toilet, mushola, serta ada juga penginapan rumah kayu untuk yang ingin menikmati malam di hutan Situ Cisanti. Tiket masuk relatif murah Rp7.500/orang dengan kendaraan roda dua Rp2.000; dan roda empat Rp5.000.
Objek wisata Situ Cisanti cocok untuk penyegaran di sela-sela kesibukan aktivitas kota yang semakin meningkat. Di sampign itu, tentu kita menjadi tahu dari mana asal mula Sungai Citarum yang merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat ini.[]
Foto: Heri Maja Kelana