
Puisi Wawan Kurn
Surat Terakhir Jung untuk Freud
Dengan penuh sadar orang berlari menanggalkan kenyataan
demi harapan panjang, kata kita terbata-bata menjadi jembatan
membiarkan ragu menyebrangi laju ketidakpastiaan
lalu kemenangan masa silam hanyalah kekalahan
setelah penemuan pertama benar-benar berbeda
dan dari semua itu, kita memastikan ketidaksadaran
tertanam selama-lamanya di alam mimpi seorang lansia.
Mereka terdiam, bersama memaksa jiwa setelah pedih
dan dengan sendiri belajar tertawa sekeras-kerasanya.
Memastikan, jika dunia masih setia pada segala kumpulan sedih.
2016
Di Atas Meja Biru
Kita baru saja meniup lilin makan malam
mendengar nyanyian pesta di taman
menerka-nerka bentuk angin
lalu kita terdiam
mati adalah jawaban
kota telah membuka diri begitu kelam
di atas meja biru kau mulai berbicara
menertawakan peristiwa terakhir
racun telah kita telan mentah-mentah
dan kematian menunggu dijelaskan sekali lagi
2016
Kisah Lonceng Kecil
aku lonceng kecil di sekolah tua tak terawat
bunyi nyaring periang tak lagi mencium tubuhku
kawat berkarat menopang tubuhku dengan rasa takut
jika duka kemalangan telah beri sabda kepadamu
beri aku hidup, yang bukan berasal dari amuk angin
sekolah dijaga lelaki tua usia tujuh puluh satu tahun
aku mampu hidup sekali lagi dari hadir langkah kakinya
rapuh tubuhnya adalah bukti waktu tak pernah beku
sekaligus mengancam bunyi menjelma sebagai aku
jika duka kemalangan beri sabda kepadamu
biarkan aku menangis dengan keras, membunuh
segela muram kesunyian setelah gembira
di hari pertamaku ada lalu mengenal sekolah
pada saat lelaki tua itu masih perjaka
kubayangkan hidupku lebih dari merdeka!
2016
Biodata Penulis
Wawan Kurn, menerbitkan buku puisi pertamanya yang berjudul “Persinggahan Perangai Sepi (2013)”. Serta diundang sebagai penulis Indonesia Timur di Makassar International Writers Festival (MIWF) 2015. Penulis dapat dihubungi via email: wawan.kurniawan1992@gmail.com dan dapat disapa melalui twitter @wkhatulistiwa.
Kunjungi www.wawankurn.com