Fb. In. Tw.

Puisi-puisi Fuad Jauharudin

Kabar buat Jimbo

Yeaah… This is the end, my only friend, the end

Baiklah,

Kita memang asing Jim.
puisi adalah kenangan
mengepung kita
di tengah mesin-mesin penghancur,
juga berita alat kecantikan

Aku menerkamu dari jejak kaki kadal-kadal pasrah
kehilangan siapa yang harus mereka dengar
sebagai raja atau pria berlidah naga
yang ingin membangun agama
dari sebuah pintu pengetahuan

Apa di sana kau temukan heroin?
atau malah merasa asing Jim?

Gadis-gadis yang dulu rela menciummu
kini berganti rupa dan bisa saja lebih gila
begitu terjebak dalam hutan
pinggiran kota purba

Sisa-sisa suaramu masih bergaung
menjadi ular raksasa sepanjang 7 mil
dengan kulit begitu dingin
melilit halusinasi orang asing di tanah yang kering

“Lihat, seorang ayah mampus
dicabik serigala yang tumbuh di kepala anaknya”

Ini telah berakhir Jim
sungguh sebuah akhir
beruntunglah kau menyerah lebih awal
jika tidak, kau hanya semakin tua dan nahas

dan kita benar-benar tak saling mengenal

2017-2018

Kepada Sonny Terry

Di hitam bibirmu, Terry
aku bayangkan ada gumpalan rasa sakit
seolah-olah mengekalkan gugur salju matamu

Di sudut malam Georgia
sehampar ladang dan beberapa petani
menarik ulur napasnya

Sementara musim panas
melulu tak memberimu bangku
menikmati bir dingin dan kalkun panggang

Jerit lain terus bergema
dari getar kawat gitar dan kopong matamu
serupa doa perawan di ujung malam

Tak ada hiburan paling meyenangkan
selain harapan: keniscayaan di ujung waktu
seperti jerit panjang harmonika
yang kau mainkan sekuat kau hirup hidupmu

2017-2018

Rekuiem untuk Charles Robinson

Gelap darah tanah Florida
mengekalkanmu sebagai bocah buta

Hujan, ladang gandum, dan gereja
tempat yang kau percaya
menjauhkan segala bahaya
kau amini semuanya dari parau piano tua

Sementara segala pedih terus bisa kau sentuh
Seperti rumput-ilalang yang tumbuh setiap waktu
di teras rumahmu

Selinting ganja dan segaris kokain
tak berdaya di lubang penyesalan
seorang gadis dalam bar
tak juga sanggup menghapus mimpi buruk:

Rasa bersalah pada seorang adik
yang tenggelam di baskom cucian ibu
menjadi ode di tiap lagu

Tiap kali tuts piano kau tekan
Nada-nada menyerbu sepeti peluru
Menusuk-nusuk jantungmu

“Della, Della, jangan tinggalkan aku,
Tuhan telah memanggil, lagu untukmu tidak akan pernah berakhir ”

2017-2018

Variasi Sebelum Blues

Coba dengar

Konon suara itu lahir dari mereka
yang begitu gesit memanggul pedih

Mojo yang digenggam
menjauhkan sial di pematang
setara azimat dan doa-doa
yang membuatnya sanggup mencium gadis majikan

Coba dengar
Suara itu makin lantang

Jika suatu waktu
kematian seseorang datang
sebuah kidung begitu lirih dilantunkan

Tanpa gitar
hanya nama pada salib dan jirat
yang dirapalkan berulang-ulang
setidaknya dalam 12 hitungan bar

Coba dengar
Suara itu makin bergetar

Ketika sejua rasa sakit tumbuh subur di ladang tuan
dan kematian serupa ternak yang harus digembalakan
air mata akan tetap di tahan tuhan

Maka tak ada lagi pilihan
segala pedih yang dinyanyikan
ialah cara mudah membuat hiburan

Sedang lelah tak bisa dicegah
darah dan mata akan pecah
jadi lagu membiru di buih waktu

2018

Jhonson dan Persimpangan

Suatu ketika hari semisal lava
begitu lamban dan mengerikan

Dia pergi dari ladang dan tanah yang membara
membawa getar senar gitar dan parau mimpi mudanya

Katanya:
sepanjang jalan hanya ada rumput dan ilalang
juga wajah di balik awan
dan kemudian menghilang ditiup ketakutan

Di persimpangan itu
di antara pohon mati dan nasibnya yang hampir kering
dia berlutut, minta diselamatkan

Pada setiap harapan selalu ada nilai tukar
begitupun soal bermain gitar

Tanpa ragu, diserahkanlah jiwanya
pada rayu yang membawanya ke ujung waktu
sebelum hilang pada gema suara gitar di bar ke-12

2018

KOMENTAR
Post tags:

Aktor. Alumni Bahasa dan Sastra Indonesia UPI. Tinggal di Bandung.

You don't have permission to register