Puisi-Puisi Aji Ramadhan
Penggeli Hati Bagian Lain
Dia pulang, ingin kembali ke lingkar
kekasih, setelah capek berkelana
dari hutan pati, pantai gali, serta
gunung pasi. Di atas keledainya,
tiap malam, dia menyenandungkan
bunga kuning yang dijaga peri.
Bunga kuning bertangkai duri api.
Peri yang selalu berdoa agar
dihadiri pecinta keluasan Bimasakti.
Aku petik bunga kuning, tangis peri
melinting, rinduku lebih nyeri
dari luka gosong terbaret duri api.
***
Di hadapan pintu rumah kekasih,
tangan kanannya enggan mengetuk,
hanya menimang beku serat kayu.
Keledai diparkir di pekarangan,
ringkik memandang sepatu tuannya
yang rombeng dan berlempung.
Gresik, 2022
Kesatria
Tidak ada lagi antagonis
yang harus digorok
bagi kesatria dengan pedangnya.
Segala benda berbahan besi
berakhir tenteram
ditidurkan hamparan debu.
Tinggal bekas sayatan kesatria
bergejolak sebagai cinderamata
dari medan penghabisan.
Atau himne yang usang
sebagai obat untuk menipu
tremor di pundak kesatria.
Atau gairah memuja kematian
demi kekekalan nama
di bawah wujud kesatria.
Tuhan selalu setia hadir
meski kesatria mengabaikan
cara terbang pelita-Nya.
Cuma sebentang peta wilayah
menjadi saksi kesatria
yang mencemaskan bayangan.
Semua berlalu bergerak pelan
dalam pandangan kesatria
yang aksinya dinukil lisan.
Gresik, 2021
Nyala
Kau jangan pernah mendatangiku
dengan melampirkan ketakutan
dan keyakinan antikekal. Datanglah
dengan mata menyaring
cahaya bintang dari koda galaksi.
Pandangi batu-batu melahirkan debu
yang pandai meloncati malam.
Hitungi ada berapa saf yang selalu
menumbuhkan langit. Bulatkan
semua itu sehingga waktumu
menyerupai makna kutu penghisap
manis alam. Hatimu bergetar
mendengar pelbagai nama azimat
yang dibisiki penari menggasingkan
tubuhnya di tengah tabuhan.
Jangan, jangan menggigil ketika aku
membelah dadamu demi
menyisipkan saripati teja yang nyala.
Gresik, 2021
Tambak
Tambak merabunkan lumut, ekor
nyambik, serta kepak sekawan kuntul.
Di pematang, pohon rambutan
selalu terjaga,
ketika maling ikan mengendap
dari semak. Pagi kusut atau siang
mangut ternyata sama maksud
bagi capung yang mengeker jeli
arah barisan nyamuk. Kucing tua
menepi setelah sekuen napasnya
berdenyut ke ilahi. Gardu gang
mengelupaskan memori sedih
kala panen terendap. Semua itu
digambarkan ulang sebagai nasihat
petapa kepada lelaki
yang menadah jubah dan tombak.
Gresik, 2022
Neraca
Sepuluh tahun yang lalu
kita berada di dermaga. Duduk
menghadap laut
dan menjumlah kapal bersandar.
Kita juga saling bertukar pujian,
kesal, serta curahan hati.
Aroma laut menggubah
bisik sekolah dengan rencana
berkelana ke pulau lain.
Pernah kita
mengikat dugaan
di masa depan. Kita tertawa
seolah lancang mengintip
catatan milik Tuhan. Lalu kita
mengamati bapak yang girang
memancing beberapa ikan.
Kita terpesona
pada hasil kerahasiaan,
seolah neraca, lalu kita tidak lagi
berada.
Gresik, 2021