Puisi Lukman A Sya
Mampir di Sofifi
Seseorang membentangkan laut
lalu ombak-ombak
menuliskan maut
pada goyangan
perahu
yang menuju ke manakah
antara isak karang
dan ikan-ikan khidmat
dalam air
Seseorang membentangkan laut
sebelum maghrib
pada subuh ia menggulungnya kembali
dan tak meninggalkan pesan apa-apa
selain goyangan perahu kian laju
dan karang-karang sibuk tertahan
Bintang-bintang mengukur kedalaman batin laut
dengan seberkas sinar: seberapa sedih, kita kehilangan cahaya
Tangan sajak ini terlipat di dada
usai menambal lambung perahu
dan menjahit layarnya yang sobek
Siapa itu lelaki menjaring bulan kesiangan
sedih sendirian?
Para pendatang berjalan
mengukur nasib pantai atau apa saja
sebagai keniscayaan pada tujuan
sebelum ibu bumi ini
pasrah dalam keadaan lemah
Seseorang membentangkan laut
dan nyatalah perjalanan tak semulus pandang
sehisapan kematian siap menghadang
Ajiib, waktu pun merona warna
Itukah Tuhan yang kau tuju dalam mimpimu?
Tidak. Itu hanya siluet bayangan anjing laut
di mana setiap kesopanan adalah kelembutan
yang diperagakan bulu-bulu anjing
dikecup angin
Seseorang membentangkan perjalanan
lalu menggulungnya kembali
Ia surupkan diri di gairah matahari
dalam lubang langit-laut
antara ikan-ikan, jejaring, karang pias
dan waktu yang lamur
Ada pula perahu angkat sauh ke timur
Seseorang membentangkan harapannya
seperti para nelayan pelayan perjalanan
Ke aku, mereka bawakan kepastian
Ke tujuan mampir sementara
Ternate, 2015