Fb. In. Tw.

PT KAI Harus Membuat Gerbong Khusus Balita

Catatan Yopi Setia Umbara

 

Dalam enam bulan terakhir, hampir seminggu dua kali saya bolak-balik Bandung-Yogyakarta menggunakan kereta api. Saya sering melihat anak-anak balita bermain-main dalam gerbong selama perjalanan. Dari situ saya berpikir, barangkali PT Kereta Api Indonesia (KAI) perlu membuat gerbong khusus bagi balita.

Dalam perjalanan kereta api, penumpang balita—yang tentu saja diajak orangtuanya—itu biasanya bermain di lorong gerbong atau di atas kursi. Bagi saya, apa yang mereka lakukan itu berbahaya bagi mereka sendiri, sekalipun dalam pengawasan orangtuanya.

Kenapa berbahaya? Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam perjalanan. Bisa saja kereta melakukan pengereman tiba-tiba. Atau, balita yang pijakannya tidak kokoh bisa saja terjatuh ke lantai gerbong karena guncangan kereta api. Lebih parah lagi, terjatuh membentur siku kursi yang dapat mengakibatkan cedera berat.

PT KAI, barangkali kadang menyediakan gerbong khusus lansia dan balita setiap musim mudik. Namun gerbong khusus itu masih dengan desain seperti biasanya, gerbong yang lengkap dengan kursi. Gerbong khusus bagi balita ini perlu desain khusus.

Gerbong bagi balita harus leluasa, nyaman, dengan suasana interior yang sesuai bagi balita. Ya, mirip ruangan playgroup, misalnya.

Seperti terakhir dalam perjalanan ke Yogyakarta (10/11/2014), saya satu kursi dengan seorang ibu yang mengajak serta anakna yang masih balita. Dari Stasiun Hall Bandung, kami duduk di gerbong Kelas Bisnis, Kereta Api (KA) Lodaya Pagi.

Balita bermain di atas kursi KA Lodaya Pagi (10/11/2014). (Foto: Opet)

Balita bermain di atas kursi KA Lodaya Pagi (10/11/2014). (Foto: Opet)

Dengan bawaan yang banyak, ia juga harus mengasuh anak balitanya yang atraktif di kursi—yang jarak antar kursinya sempit itu. Saya khawatir, balita itu terbentur besi kursi ketika bermain. Perjalanan jarak jauh dengan kondisi seperti itu pasti menyiksa bagi si ibu juga anak balitanya.

Selain yang sekursi dengan saya, ada lagi balita lainnya yang anteng bermain-main di lorong gerbong. Balita tersebut tidak tahu jika apa yang dilakukannya itu berbahaya. Tapi, namanya juga balita, dilarang orangtuanya malah nangis.

Nah, tangisan mereka mungkin saja mengganggu penumpang lain yang ingin istirahat bukan?

Saya kira gambaran itu cukup meyakinkan bagi saya, bahwa PT KAI harus membuat gerbong khusus bagi balita.

Apalagi, menurut kabar terbaru, PT KAI akan menaikan tarif kereta api jarak menengah dan jarak jauh mulai 1 Januari 2015. Semestinya dengan kebijakan menaikan tarif, faktor kenyamanan penumpang juga lebih diperhatikan lagi. Setelah ketertiban PKL, kini PT KAI harus memperhatikan, lebih tepatnya memperbaiki (kalau bisa meremajakan) fasilitas yang mereka miliki.

Saya sendiri, pernah merasakan ketidaknyamanan fasilitas kereta api ketika melakukan perjalanan pulang ke Bandung dari Yogyakarta. Saat itu (19/10/2014), saya naik KA Lodaya Pagi, di Kelas Bisnis juga. Kursi yang saya duduki di gerbong kereta api itu sudah tidak layak kondisinya. Bantalan kursi sudah tidak pas dengan rangkanya, pleyat-pleyot ketika diduduki.[]

Sumber foto: Opet

KOMENTAR

Media untuk Berbagi Kajian dan Apresiasi.

You don't have permission to register