Pesona Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Mengunjungi Bromo adalah mimpi yang jadi nyata. Gambar-gambar mempesona liputan tentang Bromo di televisi atau media cetak sungguh membuat saya tak sabar berada di sana. Golden sunrise, kawah Gunung Bromo, hamparan pasir hingga bukit-bukit hijau nan indah menjadi daya tarik para pelancong dari dalam dan luar negeri untuk pelesir ke sana.
Setelah beberapa kali tertunda, akhirnya saya bisa mengunjungi tempat yang paling ingin saya kunjungi di Indonesia. Awal Juni, selepas menikah saya bersama suami menuju Malang untuk kemudian ke Bromo.
Bromo adalah sebuah kawasan, tak hanya gunung. Makanya dikenal sebagai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Secara administratif, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berada di wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terdapat barisan gunung dan bukit, di antaranya yang terkenal adalah Bromo dan Semeru, juga kaldera lautan pasir yang disebut orang-orang sebagai pasir berbisik. Entah karena pernah dijadikan lokasi pengambilan gambar film Pasir Berbisik (2001), atau seperti pengakuan sopir jeep yang saya sewa, bahwa dinamai pasir berbisik karena pasir-pasir itu akan mengeluarkan suara jika terkena angin, layaknya sedang berbisik.
Menikmati Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, sesaat saya merasa seperti tidak sedang di Indonesia, terutama ketika berada di antara lautan pasir yang kanan kirinya dipagari tebing-tebing terjal. Sangat menakjubkan. Seolah-olah kita ada di kehidupan lain bumi. Jika hari tidak terlampau terik dan dikejar waktu keberangkatan elf menuju Probolinggo, saya ingin terus di sana hingg sore.
Seperti kebanyakan tempat yang dijadikan objek wisata, daerah sekitar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru kecipratan bonusnya. Meski barangkali ketenangan mereka sedikit terganggu dengan kedatangan para turis setiap harinya, tapi di sisi lain tentu saja pendapatan mereka berlipat Banyak hal bisa dijadikan lahan usaha masyarakat di sana. Mulai dari penyewaan homestay, jeep, elf hingga warung makan dan penyedia oleh-oleh.
Masyarakat sekitar taman nasional begitu ramah, mereka adalah suku Tengger. Meski suku Tengger dikenal masih memegang kuat adat istiadat, namun sebagian besar mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris yang baik. Saya pun dibuat minder dengan kemampuan bahasa Inggris mereka. Itu artinya mereka cukup terbuka sebagai masyarakat yang memegang adat istiadat.
Pulang adalah dua sisi mata uang dalam sebuah perjalanan. Satu sisi bisa kembali ke rumah tempat orang-orang dicintai tinggal, satu sisi berat karena harus meninggalkan tempat yang indah, dimana kita jadi lebih dekat dengan diri sendiri.
Setelah meninggalkan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru saya semakin yakin bahwa Indonesia itu lebih dari indah. Keberagaman yang tak banyak dimiliki negara lain.[]