Fb. In. Tw.

Pertanggungjawaban Penjurian Lomba Menulis Feature Buruan.co 2015

Dalam proses menilai ke-40 naskah feature para peserta lomba ini, bagi saya ada tiga kriteria yang sangat utama (di samping kriteria lain yang sudah ditentukan). Kriteria yang dimaksud yaitu kreativitas (penciptaan), informatif (isinya), dan menghibur (gaya penulisannya). Artinya, mesti ada kreativitas mengenai apa yang ingin dijadikan fokus penulisan, atau menjawab pertanyaan mengapa hal tersebut perlu ditulis, kemudian ada informasi yang juga dapat dikemukakan dalam tulisan yang menggenapi puisi yang menjadi sumber tulisan.

Selanjutnya, mesti terlihat gaya penulis dalam menuliskan feature bersumber dari sebuah puisi. Unsur subyektivitas dapat muncul dalam penulisan feature tentang manusia. Menulis feature pada hakikatnya adalah menulis kisah, menggambar dengan kata-kata, ia menghidupkan imajinasi pembaca. Dalam hal ini menulis feature yang bersumber dari sebuah puisi.

Meski belum banyak dilakukan, gaya semacam ini dapat terlihat dari tulisan yang memosisikan puisi tidak hanya sekadar tempelan, atau mencoba memprosakan puisi lalu memberikan tambahan tentang keadaan suatu tempat. Puisi dapat menjadi sumber inspirasi penulisan, bisa juga tempat yang terdapat dalam puisi yang menjadi sumber inspirasi tanpa terjebak untuk menulis panduan sebuah perjalanan.

Penentuan pemenang lomba ini dilakukan lewat sebuah proses interaksi dan tawar-menawar antara ketiga anggota juri. Pertama-tama setiap juri menuliskan keunggulan dan kekurangan dari setiap tulisan yang diunggah di web buruan.co. Setiap juri membaca setiap unggahan tulisan yang dimulai pada tanggal 18 September hingga 11 Oktober 2015. Pada tanggal 13 Oktober, masing-masing juri mengajukan pilihan 10 tulisan yang dianggap paling menarik. Untuk setiap tulisan, masing-masing juri memaparkan pandangannya.

Setelah masing-masing juri mengajukan 10 tulisan, kemudian setiap juri kembali mengajukan 6 terbaik dari 10 tulisan. Seperti pada tahap sebelumnya, masing-masing juri kembali memaparkan pandangannya. Tidak jarang tulisan yang diunggulkan oleh masing-masing juri pada akhirnya tidak masuk dalam 6 besar. Dari 6 tulisan yang diajukan masing-masing juri, kemudian dipilihlah tulisan yang mendapat lebih dari satu suara. Terpilihlah tiga tulisan yang mendapatkan masing-masing tiga suara dan tiga tulisan yang mendapat satu suara. Artinya terdapat 6 tulisan yang kemudian kami diskusikan dan kami baca ulang.

Pada pertemuan hari kedua, tanggal 14 Oktober kami berdiskusi lebih dalam. Untuk setiap tulisan, masing-masing juri memaparkan pandangannya dan tidak jarang terjadi perbedaan pendapat yang cukup substansial. Sebagian perbedaan tersebut tidak menemukan titik temu, namun sebagian lainnya berhasil dinegoisasikan. Sebagai hasil proses diskusi yang mendalam tersebut, pemenang kemudian kami pilih atas dasar kesepakatan bersama. Hal tersebut tentu saja tidak berarti bahwa hasil tersebut sepenuhnya sesuai dengan harapan pribadi setiap juri. Namun, sebagai sebuah hasil perundingan antara tiga orang juri (Dian Hardiana, Mahwi Air Tawar, dan saya) dengan pandangan berbeda satu sama lain, bagi saya proses pemilihan lewat diskusi dan pertukaran argumen tersebut sudah maksimal.

Saya puas dengan hasil tersebut sebab bagi saya pribadi, tulisan yang ditetapkan sebagai pemenang, terutama sekali ketiga pemenang utama, dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga tulisan pemenang utama dengan sangat jelas memenuhi kriteria yang sudah saya bicarakan di atas. Tulisan Di Persimpangan Jalan Orang Dulu, penulis Alpha Hambally diawali dengan sebuah puisi “Jalan Tan Malaka, Payakumbuh” kaya Ahda Imran yang akan menjadi titik utama penulisan, kemudian pertanyaan kapan orang-orang (kamu) akan kembali menyusuri jalan tersebut. Hal tersebut kemudian secara runut diperlihatkan lewat tulisan dengan melibatkan puisi yang ditulis mendalam mengenai kehidupan dan jejak Tan Malaka, Kabupaten Lima Puluh Kota, serta gugatan dan kegelisahan lain yang dipakai dalam pembahasan puisi. Gaya bertutur dan kombinasi antara fakta dan puisi dalam tulisan ini menempatkan kepiawaian dan pengetahuan mendalam tentang apa yang disampaikan penulisnya.

Hal serupa berlaku untuk feature Kampung Resah, Mesin Merambat di Pedesaan, penulis Thoriq Aufar, diawali dengan puisi “Berilah Aku Kota” karya Subagio Sastrowardoyo yang mengingatkan penulisnya akan kampung halaman di Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Penulis lalu memperkenalkan kenyataan-kenyataan yang terjadi di setiap dusun yang mengalami proses modernitas dan industrialisasi, pemuda-pemuda resah dan gelisah dengan nasib petani, terkurasnya daya cipta digambarkan secara eksplisit dalam kerangka puisi dengan cara yang jelas dan mudah diikuti pembaca. Meskipun tidak cukup mendalam tentang kampung halamannya, penulisnya mampu mendalami makna puisi yang secara langsung dapat dirasakan di berbagai kampung di tempat-tempat lain.

Tulisan Perjalanan Spiritual di Kawali Ciamis, penulis Wida Waridah menggambarkan kemampuan mengeksplorasi puisi karya Dian Hartati “Di Kawali, Aku Berburu Cahaya”, namun dengan perspektif sejarah yang masih sejalan dengan kedua tulisan pemenang utama lainnya. Uraiannya atas Situs Astana Gede, Nyiar Lumar, dan cinta yang tak sampai antara Prabu Hayam Wuruk dengan Putri Dyah Pitaloka menggugah imajinasi untuk kembali menemukan jejak masa lalu di antara batu-batu dan rerimbun pohonan saat memasuki Situs Astana Gede Kawali.

Secara keseluruhan, sebuah kecenderungan baik dengan banyaknya tulisan yang masuk. Akan tetapi, yang agak mengecewakan tampak pada tulisan yang menjadikan puisi sebagai bagian terpisah dari tulisan. Puisi belum menjadi inspirasi utama yang digali, ditelaah, dan dituliskan dalam bentuk feature seperti yang dipersyaratkan. Termasuk juga persoalan pemilihan puisi yang mungkin masih menjadi titik kesulitan itu berada.

Namun di luar persoalan pilihan puisi, banyak hal yang menggembirakan pada tulisan-tulisan lomba feature ini, di antaranya keberagaman tempat yang digambarkan serta keberagaman gaya tulis. Makin banyak penulis feature dengan sumber utama puisi merupakan perkembangan yang pantas disyukuri menurut penilaian saya. Sikap kritis dan mendalam tercemin dari ketiga tulisan pemenang utama tersebut saya nilai sebagai kecenderungan yang sangat menggembirakan. Semoga berlanjut sehingga kelak menuju kritik sastra Indonsia. Semoga kelak lebih baik.

Selamat untuk para pemenang! Mereka yang belum terpilih, tentu perlu diingat bahwa sangat mungkin tulisan Anda tetap dipandang baik oleh salah satu dari ketiga juri, namun belum dipilih bersama.[] Bandung, 15 Oktober 2015

KOMENTAR

Kontributor tetap buruan.co. Guru SMPN Satap 3 Sobang dan Pemandu Reading Group "Max Havelaar" di Taman Baca Multatuli, Lebak, Banten.

You don't have permission to register