Fb. In. Tw.

Perkebunan Teh Dewata, Surga yang Tersembunyi

Sabtu, 14 Maret 2015. Kami mengawali hari itu dengan bahagia dan penuh semangat. Perjalanan yang akan kami lalui pasti menjadi pengalaman yang paling indah dan tak terlupakan. Memang di luar kebiasaan, ketika kami memilih untuk menghabiskan akhir pekan dengan mengunjungi Perkebunan Teh Dewata yang terletak di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sebuah pengalaman baru menanti kami di sana.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB, dan itu artinya kami harus bersiap berangkat menuju tempat tujuan. Setelah memasukkan barang ke dalam mobil, kami langsung pergi meninggalkan kota Bandung.

Kami memilih jalur tol Pasteur-Cimahi. Di tengah perjalanan kami berhenti di sebuah mini market untuk membeli perbekalan selama perjalanan ke kebun teh. Kurang lebih 3 jam lebih 30 menit kami lewati. Sebagian dari waktu tersebut kami mesti menempuh jalanan penuh bebatuan.

Pintu masuk kawasan pekebunan teh menyambut kami. Senangya kami, ketika mobil yang membawa kami berhenti. Kami kira sudah sampai, ternyata semua itu salah. Ini merupakan desa pertama yang kami lewati sebelum sampai di Perkebunan Teh Dewata. Masih ada 30 km lagi menuju tempat yang kami tuju.

30 km itu sangat terasa bagi kami. Melewati kelokan jalan yang curam di tengah lebatnya salah satu hutan lindung di pulau Jawa yang masih perawan. Jurang yang dalam, jalan bebatuan, air terjun yang indah, mewarnai cerita perjalanan kami. Di tengah jalan, kami sangat beruntung ketika bertemu seekor hewan primata yang sedang asyik bergelantungan dari pohon ke pohon lain.

Perjalanan ini sangat kami nikmati. Banyak sekali pengalaman baru yang terpampang nyata di hadapan mata. Akhirnya, kami sampai di gerbang masuk Perkebunan Teh Dewata. Kami berhenti untuk menikmati pemandangan dengan duduk di pinggir pohon teh dan makan siang. Kami melanjutkan sisa perjalan kami. Masih ada 5 km lagi sebelum benar-benar sampai tujuan.

Pandangan kami tertuju pada karya Sang Maha Agung yang tergambar indah di depan mata. Sejauh mata memandang, hanya hijau dan birunya langit. Sejenak semuanya terlupakan ketika melihat keindahan alam ini. Warga yang ramah, udara yang segar, gemericik air di sungai, perumahan warga yang rapi dan asri, menyambut kami dengan damai..

Sebuah rumah kayu tua menyambut kami. Itulah rumah yang akan kami tempati selama semalam. Pekarangan hijau, bunga-bunga yang indah, dan udara yang segar. Kami disuguhi secangkir teh susu yang hangat dan nikmat. Setelah melepas lelah, kami diajak berkeliling kebun teh menggunakan truk. Truk yang kami pakai cukup besar sehingga dapat menampung kami semua. Kami masih disuguhi pemandangan yang memanjakan mata. Akhirnya sampailah kami di atas bukit kebun teh. Kami mengabadikan momen tak terlupakan ini dengan berfoto. Setelah asyik berfoto, perjalan kami lanjutkan dengan mengunjungi pabrik teh.

Pabrik-Teh-Dewata

Pabrik Teh Dewata merupakan produsen utama berbagai merk teh ternama di dunia seperti Lipton dan beberapa brand teh ternama di Inggris. Di sini, kami diberi informasi tentang bagaimana berdirinya pabrik ini hingga bencana alam yang pernah menimpa kebun teh ini.

Kami merasa sangat prihatin ketika bencana alam membuat semua keindahan di lingkungan perkebunan teh hancur. Tetapi warga Dewata tak pantang menyerah, mereka berhasil bangkit dan menjalankan pabrik ini sebaik mungkin.

Setelah kami masuk ke kantor utama, akhirnya kami diajak ke dalam pabrik pengolahan teh. Kami mendapatkan penjelasanimulai dari awal pemetikan hingga jadinya teh kering. Setelah selesai melihat proses pembuatan teh, acara kami dilanjutkan dengan melihat pabrik pengemasan teh. Di pabrik ini, hanya teh terbaiklah yang dapat masuk ke tahap pengemasan.

Pengolahan-Pabrik-Teh-Dewata

Namun, kami tidak dapat masuk ke dalam pabrik ini karena pabrik ini sangat terjaga kebersihannya. Puas bekeliling pabrik, kami pun akhirnya menikmati istirahat kami di dalam rumah kayu. Kami betistirahat dan melakukan semua kegiatan di sini.

Malam pun tiba, anak-anak kecil di desa ini pun datang atas undangan kami. Tiba saatnya acara sosial kami. Kami mengawali acara kami dengan berkenalan kepada semua anak-anak. Setelah itu, kami lanjutkan dengan permainan dan adu pemahaman umum. Memang keterbatasan teknologi membuat mereka jauh lebih mencintai alam dan lebih menghargainya.

Di desa ini semua warganya berbahasa Sunda. Jadi dalam setiap permainan, kami diwajibkan untuk berbahasa Sunda. Sangat sulit bagi kami untuk berkomunikasi, hanya pengetahuan sederhana tentang bahasa Sunda sajalah yang kami pegang. Bernyanyi, bercanda, hingga bercerita mungkin sangat menghibur mereka. Tawa serta kebahagian terpancar dari mata mereka. Malam ini berjalan amat baik ketika kami membagikan makanan, minuman, bingkisan, hiburan, alat tulis, buku, dan masih banyak lagi.

Setelah beres berbagi, kami lanjutkan dengan perpisahan. Kami mengabadikan semuanya dengan indah. Acara malam ini ditutup dengan kesenian calung yang sangat tradisional. Nyanyian serta bunyi calung menambah khidmatnya malam yang indah. Meskipun beberapa dari kami tidak mengerti apa yang dipentaskan di depan, tapi kami cukup menghargai dan sangat kami mengapresiasi. Setelah makan malam, kami langsung beristirahat.

Kicauan burung membangunkan pagi. Sinar matahari masuk ke dalam rumah dan mulai menghangatkan kami. Minggu pagi yang berbeda dari biasanya. Setelah sarapan pagi, kami lanjutkan petualangan kami dengan berjalan-jalan berkeliling kebun teh seluas 350 hektar.

Sungguh indah pagi ini, ketika gemericik air dan suara kicauan burung bersatu dengan keindahan alam yang sangat terjaga. Akhirnya sampailah kami di ujung acara Tea Walk. Di sebuah sungai yang jernih dan sejuk, tak sabar melihat air yang jernih, kami langsung terjun untuk berenang. Sebagian ada yang sekedar menyelupkan kaki.

Senang sekali rasanya, bersama orang-orang yang disebut sahabat, dapat menikmani akhir pekan dengan pengalaman baru dan hal-hal di luar kebiasan ini. Kopi hangat dan gorengan menemani kami setelah berenang di sungai. Tiba saatnya untuk kami pulang dan segera bersiap untuk pulang ke Bandung.

Bangunan tua yang bersejarah, air yang jernih dan dingin, cuaca yang indah dan bersahabat, udara yang bersih dan sejuk, keramahan warga dan keindahan lukisan alam, memori indah yang tak akan kami lupakan. Mungkin hanya sehari kami di sini, menurut kami Dewata ialah Surga Tersembunyi di tengah pegunungan yang eksotis.

Senang rasanya kami dapat berkunjung ke sini. Tiba saatnya kami kembali ke ibukota Jawa Barat yang sangat kami cintai. Lambaian tangan warga, senyuman pemetik teh, hingga anak-anak yang tersenyum mengantarkan kami pulang. Jalan batu yang kami telah lalui kemarin akhirnya kami jumpai kembali, hutan hujan yang lebat mengantar kami pulang ke jalan masuk sebelumnya. Banyak sekali memori yang tertinggal di sini. Kami yakin, suatu saat nanti dapat kembali lagi.[] Dewata, 14-15 Maret 2015

Foto: Omar Mohammad

KOMENTAR

Lahir di Bandung, 1 Desember 1998. Siwa SMA Taruna Bakti Bandung.

Comments
  • Rangga Wawan

    Serasa bernostalgia, saya krg lebih 25 thn yg lalu tgl di Perk teh Dewata, krn sang Ayahanda bekerja disana, smp kelas 4 SD sy tgl disana…, lalu kmdian pindah ke Ciwidey krn masa tgs Ayah berakhir… Foto2nya ada lagi ga nih sang penulis???

    28 Juli 2015

Sorry, the comment form is closed at this time.

You don't have permission to register