Pengajaran Bahasa Indonesia di Dua Kampus Ternama Amerika Serikat
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam melakukan komunikasi antarsuku dan antardaerah. Pada saat ini, peran penting bahasa Indonesia ternyata tidak hanya dirasakan oleh bangsa Indonesia, tetapi juga dirasakan oleh bangsa lain. Pengajaran bahasa Indonesia dikenal dengan istilah BIPA, yaitu Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing.
Menurut data dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, di dalam negeri saat ini tercatat tidak kurang dari 45 lembaga yang telah mengajarkan bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA), baik di perguruan tinggi maupun di lembaga-lembaga kursus. Sementara itu, di luar negeri, pengajaran BIPA telah dilakukan oleh sekitar tiga puluh enam negara di dunia dengan jumlah lembaga tidak kurang dari seratus tiga puluhan, yang terdiri atas perguruan tinggi, pusat-pusat kebudayaan asing, KBRI, dan lembaga-lembaga kursus.
Amerika Serikat adalah salah satu negara yang juga mempelajari bahasa Indonesia. Pengajaran bahasa Indonesia di Amerika dilakukan di beberapa universitas, lembaga, KJRI, dan juga KBRI. Beberapa universitas yang melakukan pengajaran bahasa Indonesia di antaranya yaitu Yale University dan Ohio University.
Pengajaran bahasa Indonesia di Yale Univesity
Yale University adalah universitas swasta yang letaknya di New Haven, Connecticut. Universitas ini adalah salah satu universitas terbaik di Amerika. Menurut U.S. News & World Report, Yale University ada di posisi tiga di antara universitas nasional di Amerika pada tahun 2012 selama 15 tahun, ada di posisi empat menurut QS World University Rankings pada tahun 2011.
Menurut Indriyo Sukmono, salah satu pengajar yang sudah 20 tahun mengajar di Yale University, dalam tulisannya yang berjudul Yale University, Council on Southeast Asia Studies Program, Pengajaran Bahasa dan Budaya Indonesia, Pengajaran bahasa Indonesia di Yale University dimulai sejak 1940. Ia mengatakan bahwa pengajaran diawali dari pengajaran bahasa Melayu (terutama untuk kepentingan militer bersama bahasa Asia Tenggara lain).
Selain pengajar tetap universitas, pengajaran bahasa Indonesia dibantu juga oleh pengajar dari program FLTA-Fulbright Teaching Assistant dari Indonesia, SAME BIPA, dan program pengiriman guru BIPA ke luar negeri, PPSDK, dan Kemendikbud. Salah satu pengajar BIPA dari program Kemendikbud yang berkesempatan mengajar di Yale University adalah Roslina Sawitri. Ia mengajar dari bulan September sampai bulan Desember 2017.
Menurut Roslina, semua mahasiswa wajib mengambil kelas bahasa asing dan mahasiswa bebas menentukan pilihannya. Dan ternyata bahasa Indonesia banyak dipilih oleh mahasiswa. Salah satu faktornya karena sosok Indriyo Sukmono. Ia dikenal karena cara mengajar yang menarik dan menyenangkan. Faktor lainnya karena hal-hal yang berkaitan dengan Indonesia: mahasiswa berdarah Indonesia, teman orang tua orang Indonesia, atau pernah ke Bali.
Kelas BIPA sendiri hanya dibatasi untuk delapan belas orang mahasiswa. Karena kelas untuk tingkat dasar berjumlah dua kelas, maka jumlah mahasiswa yang dipilih berjumlah tiga puluh enam mahasiswa setiap tahunnya.
Penamaan tingkatan kelas di Yale University yaitu L1, L2, L3, L4, dan L5. Pertemuan kelas L-1 sampai L-4 yaitu lima puluh menit per pertemuan, lima hari per minggu, setiap hari Senin sampai Jumat. Jika mahasiswa sudah mencapai tingkat L5 maka mahasiswa tersebut sudah dipastikan sangat lancar berbahasa Indonesia.
Selain belajar bahasa Indonesia, mahasiswa juga belajar budaya Indonesia. Kegiatan budaya yang dilakukan bernama Southeast Asia Spring Festival. Kegiatan ini merupakan pertunjukan yang berasal dari kelompok budaya Indonesia termasuk pertunjukan gamelan dan tari Bali dari KJRI New York, mahasiswa yang berasal dari kelas bahasa dan masyarakat. Festival ini diawali dengan makan malam bersama hidangan Asia Tenggara dan dilanjutkan dengan pertunjukan budaya.
Pengajaran bahasa Indonesia di Ohio University
Ohio University merupakan salah satu universitas tertua di Amerika Serikat yang didirikan pada 1804. Ohio University terletak di Athens, Ohio. Kota ini berjarak kurang lebih 1004 km dari ibu kota negara bagian Ohio, Columbus.
Selain Roslina Sawitri, salah satu pengajar yang pernah berkesempatan mengajarkan bahasa Indonesia di Amerika Serikat adalah Ihsan Nur Iman Faris. Ia lolos dalam program FLTA-Fulbright Teaching Assistant . Ia mengajar di Ohio University dari Agustus hingga Desember 2019.
Ihsan mengatakan bahwa program bahasa Indonesia di Ohio University secara umum berada di bawah naungan World Languages Program of Center for International Studies. Program bahasa Indonesia yang ditawarkan oleh Ohio University secara spesifik ada di bawah manajemen World Languages program.
Program bahasa Indonesia bersaing dengan program bahasa lainnya sebagai salah satu mata kuliah syarat lulus dari program studi Center for International Studies. Mahasiswa diwajibkan untuk mengambil delapan SKS mata kuliah bahasa asing. Hal ini sama dengan peraturan yang disyaratkan oleh Yale University.
Di Ohio University, tingkatan pembelajaran dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu elementary 1, elementary 2, intermediate, advanced, dan superior. Pembelajaran bahasa Asing di Amerika Serikat harus merujuk pada ACTFL (American Council on the Teaching of Foreign Languages). Oleh karena itu, lima tujuan utama pembelajaran bahasa asing yang ditekankan oleh ACTFL, yaitu Communication (komunikasi), Cultures (budaya), Connections (koneksi), Comparisons (komparasi), dan Communities (komunitas).
Jumlah pemelajar bahasa Indonesia di Ohio University cukup sedikit dibandingkan dengan Yale University. Di Ohio University jumlah pemelajarnya hanya sebanyak enam orang. Alasan mereka mengambil jurusan bahasa Indonesia karena mereka memiliki tujuan khusus sebagai peneliti. Salah satu penelitian yang diambil adalah penelitian tentang suku Dayang. Hal ini bertujuan agar mahasiswa mampu membaca buku-buku bahasa Indonesia sebagai referensi penelitian.
Menurut Ihsan, tantangan dari pengajaran bahasa Indonesia di Amerika Serikat adalah ‘persaingan’ dengan bahasa asing lain, khususnya bahasa Spanyol dan Prancis. Jumlah penutur asli bahasa Spanyol dan Prancis di Amerika Serikat jauh lebih banyak dari penutur bahasa Indonesia. Karena sedikitnya jumlah penutur bahasa Indonesia di Amerika Serikat, membuat konteks penggunaan bahasa kurang optimal, memberi kesan bahwa relevansi dan fungsi belajar bahasa Indonesia terbatas sebagai pengetahuan baru.