Ngobrolin Islam Santai bersama Acep Zamzam Noor
Jumat malam (28/9/2018), Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Jawa Barat (IKPM Jabar) Yogyakarta menyelenggarakan acara diskusi yang diadakan di kafe Basabasi, Sorowajan, Yogyakarta. Acara ini menghadirkan penyair tersohor asal Jawa Barat Acep Zamzam Noor.
Acara bertajuk “Ngobrolin Islam Santai” tersebut berlatar buku kumpulan esai terbaru Kang Acep, Islam Santai (Ircisod, 2018). Selain Kang Acep, acara ini juga menghadirkan Tia Setiadi, kurator Penerbit Basabasi dan redaktur puisi Basabasi.co. Dimoderatori oleh Irfan Afifi yang merupakan pengasuh Langgar.co.
Acara diskusi dimulai setelah penampilan musik dari IKPM Jabar. Setelah moderator membuka acara, ia memberikan kesempatan kepada pembicara untuk menyajikan obrolan. Tia Setiadi selaku pembahas memaparkan pembacaannya mengenai esai-esai Kang Acep dalam Islam Santai. Menurut Tia, esai-esai yang ditulis Kang Acep yang ditulis dengan gaya humor ini banyak memberikan tawaran reflektif mengenai bagaimana cara beragama dan bermasyarakat.
Inti dari gagasan Kang Acep adalah sikap santai yang sebenarnya, tidak tegang, dan emosional, agar bisa dengan jernih menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang kita hadapi bersama sebagai masyarakat.
Kesempatan berikutnya, giliran Kang Acep menyampaikan penjelasan-penjelasan singkat mengenai esai-esainya dari Islam Santai. Ia langsung mengungkapkan bahwa salah satu tujuannya menuliskan esai-esai ini ialah ingin membahas tentang Islam, baik secara umum maupun yang berkaitan dengan kebudayaan masyarakat sekitar Kang Acep dengan menggunakan perspektif kesundaannya.
Kang Acep antara lain menyoroti bagaimana perilaku-perilaku paradoks orang-orang Sunda—khususnya orang Tasikmalaya—dalam beragama (Islam) yang sudah menjadi sangat “ekonomis” (atau mungkin materialistis) dalam segala aspek. Ia juga menyoroti bagaimana Islam yang dijadikan komoditi oleh orang maupun kelompok-kelompok tertentu. Islam bagi kelompok tertentu seolah-olah bukan lagi sebuah keyakinan yang dipercaya, dianut, dan diamalkan secara damai.
Banyak hal-hal unik yang digunakan oleh Kang Acep untuk mendedah fenomena-fenomena Islam yang terjadi di sekitarnya. Di antaranya adalah bagaimana Kang Acep menggunakan dangdut yang sangat lekat dengan Tasikmalaya dan Kabayan yang sudah menjadi semacam Abu Nawas bagi masyarakat Sunda.
Dalam kesimpulan obrolannya, Kang Acep menyatakan bahwa Islam santai adalah karakter bagaimana orang-orang Islam mengamalkan Islamnya dengan gaya santai, tanpa harus menunjukkan amarah, emosi, dan sikap suka memantik ketegangan.
Baca juga:
– Layar Tancap di Pantai Depok
– Berbincang bersama Tamu dari Seberang
Begitulah kiranya bagaimana Kang Acep mengajak kita semua untuk berefleksi dan menghayati apa saja yang perlu dilakukan dalam menanggapi fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Ternyata jika kita ingin mencari, maka kita akan mendapatkan suatu jalan, atau bahkan jawaban bernama “Santai”, layaknya judul lagu Bang Haji Rhoma Irama.[]