Fb. In. Tw.

Menyimak Dongeng di Hari yang Baik

Pagi itu, Rabu, 7 Maret 2018 adalah pagi yang baik. Pada hari-hari sebelumnya, Kota Bandung selalu diguyur hujan, namun tidak pagi itu saat buruan.co menghadiri helatan bertajuk My Confrence yang diselenggarakan oleh SD Tunas Unggul di Jalan Pasir Impun No. 94, Sukamiskin, Bandung.

Di tempat kegiatan, saya disambut oleh salah satu pendidik SD Tunas Unggul yang akrab dipanggil Bu Dini. Setelah itu, saya diantar menemui Kepala Sekolah Dasar Tunas Unggul, Feridarnalis atau sering dipanggil Bu Lilis. Di ruangannya, Bu Lilis menyatakan apresiasinya atas kedatangan tim buruan.co.

Kami membuka pertemuan dengan percakapan yang ringan dan riang. Kurang lebih kami membicarakan sistem pendidikan yang diterapkan oleh Tunas Unggul. Tunas Unggul sendiri menyerap kurikulum International Baccalaureate (IB) yang disesuaikan dengan visi dan misi lembaga Tunas Unggul dan sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu bentuk penerapannya adalah My Conference.

My Conference merupakan kegiatan SD Tunas Unggul yang rutin dilaksanakan pada tengah semester pembelajaran sebagai bentuk penilaian peserta didik. Kegiatan ini merupakan ajang bagi peserta didik untuk menyampaikan hasil dari kegiatan pembelajaran selama tiga bulan terakhir.

Bentuk penyampaiannya ditentukan oleh lembaga Tunas Unggul sesuai dengan jenjang para peserta didik. Misalnya peserta didik tingkat dua ditugaskan untuk mendongeng cerita fabel yang sebelumnya telah mereka tulis sendiri. Hasil tulisan itu kemudian dihimpun dalam buku berjudul Fabelous of Ours. Buku ini merupakan bentuk apresiasi terhadap hasil kreatif yang dilakukan peserta didik.

Saat melihat peserta didik mendongengkan ceritanya, saya menyimak tingkah anak-anak yang lugu dan menggemaskan. Beberapa menggunakan media boneka, topeng, dan diorama. Tanpa sadar saya pun tersenyum-senyum sendiri menikmati dongeng yang dibawakan anak-anak itu. Saya juga masih heran mengapa saya bisa sebahagia ini?

Menulis Sejak Dini
Setelah mendengarkan dongeng, saya mencoba untuk bertanya kepada Nafisha, salah satu peserta didik tingkat dua yang menulis cerita berjudul “Perjalanan Si Kucing,” ia membacakan ceritanya dengan boneka dan gambar pemandangan sebagai latarnya. Dengan tersipu Nafisha menjelaskan bahwa Bela, tokoh si kucing diambil dari nama kucing peliharaannya.

Nika, Ibu dari Nafisha mengaku tidak mengetahui bahwa Nafisha menulis cerita fabel untuk kegiatan My Conference ini. Nafisha merahasiakan ceritanya sebagai kejutan untuk Ibunya. Menurut Nika, Nafisha memang sudah terbiasa dengan buku cerita di rumah. Pada awalnya Nafisha hanya menyimak cerita yang dibacakan oleh Ibunya, hingga akhirnya Nafisha mulai membaca sendiri buku-buku tersebut. Bahkan beberapa kali Nafisha membuat cerita sendiri.

Nika sebagai orangtua sangat mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya pembuatan buku Fabelous of Ours ini penting untuk membangun rasa percaya diri dan motivasi menulis anak. Setelah adanya buku ini, Nika berharap, kelak Nafisha bisa menulis bukunya sendiri.

Tentu saja terdapat tantangan tersendiri saat mengajak peserta didik untuk menulis. Seperti yang dinyatakan oleh Bu Netta dan Pak Harry selaku pendidik dan pembimbing, pemilihan kata menjadi salah satu hambatan paling kentara bagi anak-anak.

Dengan kisaran umur tujuh tahun, anak masih belum banyak memiliki khazanah kata. Selain itu anak terbiasa dengan bahasa lisan, maka saat mencoba untuk menyampaikan ide dengan tulisan, tentu anak masih mencampurkan keduanya.

Meski terdapat tantangan, kedua pendidik itu terus mendorong peserta didik agar terus mengasah imajinasi dan keberanian dalam menyampaikan ide lewat tulisan. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah menerapkan program membaca selama 15 menit dalam proses pembelajaran.

Sebelum menulis, anak terlebih dulu dibiasakan untuk membaca. Dalam hal ini, Bu Netta menambahkan bahwa membaca merupakan kegiatan yang sangat penting di tengah perkembangan media yang begitu pesat. Meski begitu, Bu Netta menambahkan, bahwa tetap mesti selektif dalam memilih bahan bacaan, apalagi ketika hal ini berhubungan dengan anak didik.

Akhirnya tiba saatnya saya untuk pamit. Dalam perjalanan pulang saya terbayang kucing, burung hantu, gajah, dan serigala. Bayangan hewan-hewan itu menemani perjalanan saya pada siang yang baik.

KOMENTAR

Adhimas Prasetyo, penulis dan pembaca. Buku puisi pertamanya berjudul Sepersekian Jaz dan Kota yang Murung (2020).

You don't have permission to register