Menyebarkan Semangat Bung Karno
Catatan Hari Pertama Festival Indonesia Menggugat
Api perjuangan dalam pledoi Bung Karno yang berjudul “Indonesia Menggugat” pada tahun 1930 terus membara hingga kini. Terbukti dengan gelaran tahunan Festival Indonesia Menggugat (FIM) yang mengusung tema “Soekarno dan Histeriografi Indonesia” di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Jumat (20/7/2016). Gedung Indonesia Menguggat merupakan gedung bersejarah bagi perjuangan Bung Karno dan tentu saja bangsa Indonesia.
“Sosialisasi Gedung Indonesia Menggugat serta menyebarkan semangat Bung Karno pada masyarakat menjadi tujuan gelaran Festival Indonesia Menggugat tahun ini yang akan secara konsisten dilaksanakan mulai bulan Mei hingga Desember 2016. Pada bulan Mei ini, dilangsungkan dalam tiga hari dari tanggal 20 hingga 22 Mei. Tanggal 20 Mei dipilih sebagai momentum Hari Kebangkitan Nasional,” ujar Zulfi selaku ketua penitia Festival Indonesia Menggugat.
Agenda hari pertama FIM dimulai lebih terlambat pukul 15.30 WIB dengan Menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dalam tiga stanza, kemudian dilanjutkan sambutan Wakil Ketua Komnas HAM, Dianto Bachriadi, sekaligus membuka gelaran tahun ini. Dalam sambutannya, Dianto Bachriadi turut mengajak kalangan yang hadir agar menggugat oknum-oknum yang memberangus buku karena tidak sejalan dengan semangat perjuangan yang diajarkan Bung Karno.
“Jika buku diberangus kita kembali ke jaman kegelapan atau jaman sebelum kemerdekaan. Maka dari itu, saya mengajak semua kalangan untuk menggugat oknum-oknum yang memberangus buku!” seru Dianto Bachriadi.
Gelaran kali ini juga memberikan ruang penampilan bagi kalangan seni seperti Untung Wardojo dan Stuba yang masing-masing membacakan sebuah puisi. Mapah Layung, meng-cover lagu Kantata Takwa yang berjudul “Kebaya Merah”. Ada juga musisi folk Indonesia, Oscar Lolang, yang mengajak audience menyanyikan sebuah lagu dari Amerika Latin. Turut pula Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Daun Jati yang diwakili oleh Mohammad Chandra a.k.a Muslim Akhir Jaman yang menampilkan dramatic reading dari puisi Acep Zamzam Noor.
Agenda terkahir dalam kegiatan ini ialah sesi diksusi. Terdapat dua sesi diskusi di hari ini. Dikusi pertama membahas “Gerakan Sosial dan Kebangsaan” dengan narasumber Budi Rajab (Antropolog), Ari Lamonjong (Mahasiswa), Dewi Kartika (KPA), dan Hermawan (KSN) dipandu oleh moderator Barra.
Diksusi kedua membahas tentang “Kebebasan Berpikir dan Berpendapat dalam Kebudayaan Jawa Barat” dengan narasumber Dr. Hawe Setiawan (Akademisi/Budayawan) dan Dede Mariana (Dewan Kebudayaan Jawa Barat), serta Ahda Imran yang menggantikan Hanief Mochammad sebagai moderator.
Gelaran FIM hari pertama mendapatkan apresiasi yang baik serta dinilai berani dalam mengangkat isu diksusi yang sedang hangat-hangatnya dibahas oleh banyak elemen masyarakat di Indonesia.
“Bagus dan berani karena mengangkat isu yang sedang disoroti oleh semua kalangan sehingga membuat diskusi menjadi menarik. Di samping itu terdapat lapak-lapak yang menjual buku-buku yang sangat bagus,” kesan salah satu pengunjung, Wishnu.[]