Mengenang James Joyce
James Augustine Aloysius Joyce lahir pada 2 Februari 1882 di Dublin, Irlandia. Ia adalah salah satu penulis paling berpengaruh pada abad ke 20. Salah satu karya monumentalnya adalah novel berjudul Ulysses (1922). Lewat Ulysses, Jim (panggilan akrab James Joyce) memperkenalkan salah satu teknik stream-of-consciouness dan menjadi pendobrak penulisan novel modern.
Jim adalah putra tertua dari sepuluh bersaudara. Ayahnya bernama John Stanislaus Joyce dan ibunya bernama Marry Murray Joyce. Ibunya meninggal akibat kanker saat Jim sedang belajar kedokteran dan hukum di Paris. Kematian ibunya membawa ia pulang ke Dublin. Saat itulah ia bertemu dengan Nora Bernacle, seorang pelayan di hotel Finn, Dublin. Jim jatuh cinta pada Nora, begitu pun sebaliknya. Keduanya menjalin asmara dan kemudian hari mengembara ke dataran Eropa.
Ada kemungkinan Jim takkan menulis Ulysses jika tak berjumpa dan jatuh cinta pada Nora. Ulysses yang ditulis Jim selama 8 tahun dalam pengembaraannya bersama Nora mengambil satu latar waktu selama 24 jam di Dublin pada tanggal 16 Juni 1904. Tanggal itu disebut sebagai tanggal kencan pertama Jim dengan Nora.
Ulysses dianggap sebagai novel semi autobiografis sang penulis. Kisah yang bercerita hanya sehari penuh itu berpusat pada tiga tokoh utamanya, yakni sepasang suami istri Leopold Bloom dan Marion Bloom, serta Stephen Dedalus. Stephen Dedalus sendiri adalah tokoh yang sama dalam novelnya yang lain berjudul A Portrait of the Artist as a Young Man. Sosok dan kepribadian Jim dianggap tertuang ke dalam dua tokoh, Leopold Bloom dan Stephen Dedalus. Sementara, Marion Bloom dianggap mewakili Nora.
Ulysses mengambil skema karya klasik The Odyssey karya Homer. Jim juga mengaku terpengaruh oleh teknik alur kesadaran dan monolog interior dari pengarang Perancis bernama Edouard Dujardin. Jim membaca novel Les Lauriers sont coupés (1880) karangan Dujardin dalam perjalanan pulang dari Paris.
Ulysses pertama kali diterbitkan oleh Sylvia Beach, pemilik toko buku Shakespearce & Co. di Paris pada 2 Februari 1922, tepat di hari ulang tahun Jim yang ke 40. Ulysses dicetak sebanyak seribu eksemplar. Ulysses dilarang terbit di Amerika Serikat dan Inggris karena dianggap memuat konten pornografi. Pencekalan di AS berakhir pada tahun 1934 dan disusul dua tahun kemudian di Inggris.
Hingga saat ini, Ulysses masih ramai dibaca dan diperbincangkan oleh berbagai kalangan masyarakat. Di akhir abad 20, Ulysses menduduki peringkat pertama dalam 100 novel terbaik versi Random House. Ulysses dianggap salah satu novel yang sulit sehingga terdapat sekian banyak buku panduan untuk membaca Ulysses.
Sebelum Ulysses terbit, dua karya prosa Jim lebih dulu terbit, yakni Dubliners dan A Portrait of the Artist as a Young Man. Dubliners adalah buku prosa pertama Jim yang diterbitkan. Dubliners terbit pada tahun 1914 setelah ditolak oleh banyak penerbit. Dubliners berisi 15 cerita pendek yang memotret kerapuhan masyarakat Dublin. Tema utama kelima belas cerpen ini bercerita tentang kota Dublin yang rapuh akibat krisis ekonomi dan status Irlandia sebagai tanah jajahan Inggris.
Mengangkat kehidupan masyarakat kota Dublin dalam kerapuhannya, Jim sangat teliti terhadap detail dan akurasi peristiwa. Kisah-kisah yang diangkat berasal dari cerita kehidupan sehari-hari yang dialami oleh masyarakat kota Dublin. Meski mempertontonkan kerapuhan masyarakat Dublin, kisah-kisahnya tak menunjukkan pesimis atau konflik psikologis para tokoh. Dubliners agaknya menginspirasi Budi Darma dalam menulis kehidupan masyarakat Bloomington dalam buku kumpulan cerpen Orang-Orang Bloomington.
Dua tahun setelah Dubliners, novel A Portrait of the Artist as a Young Man terbit. Novel ini bercerita tentang penggalan-penggalan kisah masa lalu Stephen Dedalus yang akhirnya memilih menjadi penulis dan meninggalkan tanah airnya, Irlandia. Stephen Dedalus adalah tokoh yang cerdas dan kritis, terutama dalam pandangannya terhadap seni. Menariknya, beberapa penggalan kisah ini diambil dari kehidupannya nyata Jim sendiri. Sehingga, novel ini disebut sebagai novel semi autobiografinya.
Seperti halnya Dubliners, novel A Portrait of the Artist as a Young Man juga mendapat penolakan dari beberapa penerbit. Penolakan itu masih seputar penggambaran yang terlalu vulgar terhadap realitas fiksinya. Serta penggunaan diksi-diksi kasar yang belum lazim digunakan dalam karya sastra. Selain itu, novel ini dianggap tak bermoral sebab menceritakan Stephen Dedalus yang gemar pelesir ke lokalisasi pada usianya yang baru menginjak 16 tahun. Meski begitu, novel ini menempati urutan ketiga dalam seratus novel terbaik abad 20 (Random House).
Jim juga menulis novel Finnegans Wake yang ditulis sejak tahun 1923 dan rampung enam belas tahun kemudian. Novel ini dianggap novel Jim yang paling sulit dibaca. Bahkan perlu waktu dua belas tahun untuk membacanya pada reading group yang rutin dilaksanakan oleh Zurich James Joyce Foundation. Artinya, novel ini empat kali lebih rumit dari Ulysses yang membutuhkan waktu tiga tahun untuk ditamatkan dalam reading group yang dipandu oleh Fritz Senn ini.
Sepanjang hidupnya, Jim telah menerbitkan tiga novel A Portrait of the Artist as a Young Man, Ulysses, dan Finnegans Wake , satu kumpulan cerpen Dubliners, satu kumpulan naskah drama Exiles (1918), dan dua kumpulan puisi Chamber Music (1907) dan Pomes Penyeach (1927). Sementara itu novel Stephen Hero terbit setelah Jim meninggal pada tahun 1944.
Jim wafat di usia ke 59 pada 13 Januari 1941. Ia dimakamkan di Zurich. Pasangan Jim dan Nora dikaruniai dua orang anak, Lucia Joyce dan Giorgio Joyce. Jim juga memiliki satu cucu dari Giorgio yang masih hidup hingga hari ini bernama Stephen James Joyce. Stephen Joyce adalah pewaris hak cipta dan royalti dari karya-karya Jim. Anehnya, ia tak pernah membaca karya-karya kakeknya. Ia juga dianggap menjengkelkan oleh pengagum dan peneliti kakeknya. Ia selalu menolak tawaran dari penerbit untuk menerjemahkan karya-karya kakeknya.
Barangkali, itu menjadi salah satu kendala bagi penerbit buku di Indonesia untuk menerjemahkan dan menerbitkan karya-karya Jim. Tercatat baru dua penerbit di Indonesia yang menerjemahkan karya Jim, yakni penerbit Jalasutra yang menerjemahkan Dubliners dan A Portrait of the Artist as a Young Man serta penerbit Kakatua yang menerjemahkan kumpulan puisi Chamber Music.
Namun, setelah 70 tahun wafatnya Jim, kepemilikan hak ciptanya telah jatuh ke tangan publik. Artinya, masa kekuasaan Stephen Joyce atas hak cipta karya Jim telah berakhir pada Januari 2011.
Melihat antusiasme penerjemahan karya sastra klasik sedang ramai, bukan tak mungkin kita akan dapat membaca karya-karya Jim dalam bahasa Indonesia. Mengingat betapa pentingnya karya-karya Jim untuk dibaca.[]