Fb. In. Tw.

Menengok Novel “Yang Sulit Dimengerti Adalah Perempuan”

Ketika mendapati cinta pada pandangan pertama -laki-laki maupun perempuan, kesan yang diperoleh adalah sesuatu yang tidak mudah dilupakan, bahkan mungkin seumur hidup. Kesan atau perasaan ini merupakan imbas dari proyeksi diri atas sesuatu yang berulang, tak disadari, dan mengendap sekian lama.

Perasaan atau kesan seperti itu tidak muncul tiba-tiba. Selalu ada alasan-alasan yang melatarinya. Misal ketika Anda bertemu perempuan lalu menyukainya. Rasa suka itu dibangkitkan oleh berbagai kesamaan yang tidak disadari. Diidamkan sebagai ukuran tertentu terhadap sosok perempuan ideal. Idaman atau ukuran itu lahir dari proses sosial yang berlangsung sepanjang hidup. Mengendap dari berbagai interaksi dengan perempuan lain seperti; dengan Ibu, saudara perempuan, keluarga perempuan jauh, atau teman perempuan semasa kecil.

Novel “Yang Sulit Dimengerti Adalah Perempuan” (YSDAP) berawal dari perasaan atau kesan semacam itu. Novel ini berkutat pada hubungan Renja -seorang pemuda mahasiswa- dan Adelia -teman kecil Renja, diselingi oleh tokoh-tokoh seperti Rustang –sahabat Renja, ketua BEM, dan beberapa tokoh lain sebagai pelengkap dalam novel ini.

Novel YSDAP sendiri terus berkutat menyoal perjuangan Renja untuk mendapatkan cinta Adelia dengan segala lika-likunya. Renja terus mengejar cinta Adelia sebagai cinta pertamanya, dengan latar suasana kampus di Makassar yang identik dengan tawuran antar fakultas, demonstrasi, serta peristiwa Kospin -Koperasi Simpan Pinjam di Pinrang (dana nasabah yang dibawa kabur beberapa pelaku sehingga memicu kerusuhan massal).

Membaca novel jenis seperti ini sebenarnya menarik dan menghibur. Tidak perlu berkerut kening. Tidak membuang waktu untuk membaca berulang kali halaman tertentu dalam memahami dan menikmatinya. Mengalir begitu saja. Nikmat-nikmat saja. Walaupun bagi pembaca rewel seperti saya, kadang-kadang bertanya-tanya dan menyayangkannya.

Novel setebal 242 halaman ini saya kira telah berusaha untuk tidak datar-datar saja. Beberapa bagian penceritaan sengaja diputar dan disusun secara acak. Sebuah cara yang patut diapresiasi. Cerita dibolak-balik mengunakan latar peristiwa antara kehidupan mahasiswa dengan tragedi Kospin di Pinrang, Sulawesi Selatan. Penyusunan cerita seperti ini berhasil menghindarkan novel YSDAP untuk menjadi terlalu mudah dibaca (populer) meski tidak juga benar-benar membebaskannya dari stigma itu.

Andai saja peristiwa Kospin lebih dielaborasi dengan ketajaman detail-detail yang bukan hanya sekadar bumbu, mungkin novel ini akan jauh lebih keren. Atau dengan memperdalam detail-detail tentang tawuran dan demonstrasi di Makassar (sebagai realitas yang berbeda dibanding kota-kota lain di Indonesia) tentu akan menyuguhkan sudut pandang lain pada novel ini sehingga tidak terkesan artifisial.

Hal lain yang paling menonjol dari novel YSDAP adalah banyaknya penggunaan kalimat langsung yang memang lazim terdapat pada sebuah novel. Dialog-dialog langsung ini mewarnai keseluruhan novel ini. Dan hal ini saya kira yang membuat novel ini mudah dicerna. Karena percakapan-percakapan yang ditampilkan, hanyalah percakapan ringan sehari-hari yang nyaris tanpa tendensi dalam menyembunyikan makna ganda.

Tapi yang kemudian menjadi masalah adalah di setiap akhir kalimat langsung melulu diikuti dengan gambaran suasana, entah itu dari penutur atau suasana percakapan itu sendiri. Hal ini cukup mengusik. Bukan saja menjebak pada cara penulisan kalimat langsung yang monoton dan remeh temeh, tapi juga mendorong pada sikap pembacaan yang ujung-ujungnya mudah ditebak dan miskin pemaknaan lain. Misal pada kalimat ini.

Coba kau cari tahu hubungan mereka,” kataku dengan mimik penasaran.

Tanpa penjelasan lebih dari ‘kataku dengan mimik penasaran’, saya kira pembaca telah menangkap kesan itu dari makna implisit kalimat langsung sebelumnya. Maka, penambahan deskripsi dengan model seperti itu yang tercipta hanya pemborosan. Pembaca tidak diberi keleluasaan untuk berimajinasi. Pembaca dituntun layaknya kerbau. Padahal pembaca cukup tahu hendak kemana ia menuju.

Carlos Fuentes mengatakan bahwa buku tidak menulis dirinya sendiri. Menulis adalah aksi seorang diri yang kadang menakutkan. Seperti memasuki terowongan tanpa tahu adakah cahaya di ujungnya, atau bahkan apakah ujungnya itu memang ada. Dan setidaknya Fitrawan Umar sebagai penulis telah berusaha keras untuk melewati terowongan ini.

Bagaimanapun, lepas dari berbagai kekurangan, novel YSDAP ditulis oleh seorang pemuda dengan segala potensi dan harapan penulis Indonesia masa depan. Novel ini merupakan debut novelnya. Masih banyak karya-karya yang akan lahir dari tangan dinginnya kelak. Tentu hasil dari perasan bahasa yang lebih mumpuni. Dari penjelajahan ide yang lebih luas dan dalam. Semoga.[]

Judul              : Yang Sulit Dimengerti Adalah Perempuan
Penulis          : Fitrawan Umar
Penerbit        : PT Kaurama Buana Antara
ISBN               : 978-602-72793-3-9
Cetakan        : ke-1, Desember 2015

 

 

 

KOMENTAR

Redaktur buruan.co. Buku puisi terbarunya berjudul Menghadaplah Kepadaku (2020)

You don't have permission to register