Marie Buton, Mahasiswa Universitas La Rochelle: “Saya Suka Sastra Indonesia”
Menara Eifel, Paris, dan Museum Louvre tampaknya merupakan tiga kata atau destinasi wisata yang dijamin bakal terdengar saat kita bicara tentang Prancis. Namun, saat pembicaraan menukik pada hubungan Prancis-Indonesia, kita mesti menambahkan satu kata atau destinasi lagi: La Rochelle.
La Rochelle adalah kota wisata yang terletak di Teluk Biscay, ujung Barat Prancis, yang berbatasan langsung dengan Samudera Atlantik. Selain punya “Vieux Port” (“Pelabuhan Tua”) yang indah, kota yang kaya akan warisan arsitektur ini juga punya Francofolies, festival musik besar di Prancis yang rutin digelar saban pertengahan bulan Juli. Lepas dari itu, di kota ini juga ada sebuah universitas negeri yang mengajarkan bahasa Indonesia.
Program pembelajaran bahasa Indonesia di Universitas La Rochelle berlangsung sejak 1996. Di sana, Program Bahasa Indonesia masuk ke dalam Faculté des Lettres, Langues, Arts et Sciences Humaine (Fakultas Sastra, Bahasa, Seni dan Ilmu Humaniora) jurusan Langues Étrangères Appliquées (Bahasa Asing Terapan). Di Jurusan Bahasa Asing Terapan ini, mahasiswa bisa memilih satu dari tiga program, yakni program Bahasa Cina-Bahasa Inggris, program Bahasa Korea-Bahasa Inggris atau program Bahasa Indonesia-Bahasa Inggris.
Marie Buton, mahasiswa Universitas La Rochelle yang baru menyelesaikan program darmasiswa di Universitas Katolik Parahyangan dan pernah mengikuti program pertukaran pelajar di Uiversitas Gadjah Mada selama lima bulan, berbincang dengan Buruan tentang pengalamannya mempelajari bahasa Indonesia.
Apa yang membuat Marie tertarik belajar bahasa Indonesia?
Sejak SMA, saya ingin mempelajari bahasa-bahasa yang terdapat di Asia, tetapi saya bingung akan memilih bahasa apa. Namun, saya mempunyai keinginan untuk belajar satu bahasa yang memang jarang ditemukan di Prancis—tidak seperti bahasa Jepang, bahasa Korea, dan bahasa Cina.
Nah, saya banyak bicara dengan guru saya waktu itu dan juga melihat-lihat universitas yang ada di sekitar tempat asal saya karena jika ingin belajar bahasa yang dianggap “langkah” (maksudnya langka—red) di Prancis harus ke Paris; tapi orang tua saya tidak mampu membiayai jadi akhirnya saya menemukan Universitas La Rochelle dan bahasa Indonesia.
Saya bertemu dengan beberapa dosen di sana dan juga beberapa mahasiswi dan saya sangat suka suasananya. Selain itu, saya suka bahasa Indonesia karena bahasanya langsung bisa dibaca karena memakai huruf latin, makanya tanpa pikir-pikir lebih jauh saya memilih bahasa Indonesia.
Apa yang unik dari bahasa Indonesia?
Menurut saya, keunikan bahasa Indonesia yaitu digunakan sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Maksudnya, Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan setiap daerah memiliki bahasanya sendiri. Terkadang juga dalam satu daerah ada banyak bahasa yang berbeda-beda lagi, tetapi bahasa Indonesia menyatukan orang-orang Indonesia.
Makanya kalau kami membaca dalam bahasa Indonesia kami juga harus mengerti konteksnya dan siapa yang menulisnya karena sering kali bahasa Indonesia yang digunakan itu dicampur dengan istilah-istilah spesifik. Jadi, memang dengan semua pengaruh ini, yaitu pengaruh dari dalam negeri maupun dari luar negeri, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sangat kaya. Dan saya bangga bisa berbahasa Indonesia untuk berbicara dengan banyak orang yang berbeda.
Apakah ada persamaan atau perbedaan bahasa Indonesia dengan bahasa Prancis?
Kalau perbedaan ada banyak, yaitu dari segi tata bahasa, cara pengucapannya beda sekali, tapi saya tahu ada beberapa kata serapan bahasa Prancis dalam bahasa Indonesia seperti butik (boutique), trotoar ( trottoir), piknik (pique-nique), rezim (régime), ala (à la), kudeta (coup d’état) dll. Untuk persamaannya yaitu sama-sama menggunakan huruf latin.
Apakah ada kesulitan antara perbedaan bahasa gaul dengan bahasa formal? Atau dengan penggunaan imbuhan dalam bahasa Indonesia?
Perbedaan antara bahasa gaul dan bahasa formal itu sulit untuk saya. Ketika saya datang ke Indonesia untuk pertama kali, awalnya saya sedikit bingung karena yang dipelajari di La Rochelle hanya bahasa yang formal. Kalau untuk penggunaan imbuhan, saya kadang-kadang masih bingung dengan akhiran -kan dan –i, tapi sekarang saya langsung saja menghafal kata-nya.
Lalu, menurut saya bahasa akademis juga sangat susah, tapi kalau saya melihat orang di sekitar saya, orang Indonesia pun bingung dengan bahasa akademis.
Selain tertarik dengan bahasanya, budaya apa yang membuat Marie menyukai Indonesia?
Yang menarik dari budaya Indonesia yaitu tidak hanya ada satu budaya saja tapi banyak budaya yang berbeda-beda dan itulah kekayaan milik Indonesia yang paling berharga, menurut saya.
Indonesia memiliki banyak tarian, musik, seni, sastra maupun sudut pandang yang bermacam-macam. Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa walaupun kita punya budaya ataupun agama yang berbeda kita masih bisa menyatu. Bhinneka Tunggal Ika. Maka dari itu, tidak mungkin hidup kita akan cukup untuk mengetahui semua tentang Indonesia. Lalu, saya juga suka sastra Indonesia dan saya tertarik dengan sejarah Indonesia. Alam di Indonesia juga sangat indah.
Omong-omong soal karya sastra Indonesia, buku apa yang pernah Marie baca?
Banyak. Saya sudah membaca Laut Bercerita dan Pulang karya Leila S. Chudori, serta Saman karya Ayu Utami. Saya juga sedang membaca Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan.
Sebelum itu, saya juga pernah membaca beberapa novel Pramoedya dalam bahasa Perancis, yakni Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Gadis Pantai, dan Korupsi.
Saya membaca karya-karya Pram karena di Prancis susah menemukan terjemahan novel Indonesia, jadi saya mulai dengan Bumi Manusia dan saya langsung menyelami ceritanya.
Apakah Pram merupakan penulis Indonesia favorit Marie?
Sebenarnya saya tidak punya novelis favorit, tapi betul saya suka Pram karena memang karya dan gayanya bagus. Pram mencampurkan fiksi dan realitas historis.