Kejutan Kuliner di Chiang Rai
Tahukah kalian jenis makanan ini?
Jenis makanan yang digoreng ini berbahan dasar pisang yang dibalut dengan kulit tepung. Jenis makanan ini termasuk ke dalam golongan makanan ringan. Di Indonesia, jenis makanan ringan ini biasa disebut “pisang molen” atau “pisang bolen”.
Lalu apa alasan saya mengunggah gambar pisang molen hasil googling ini?
Ceritanya pada suatu sore, saya bersama Khalid, mahasiswa Indonesia asal Aceh, pergi keluar untuk mencari makanan. Lalu, saat mata kami memindai setiap kedai makanan yang berjejer di pinggir jalan, pandangan mata kami tertuju pada satu jongko dengan spanduk kecil di depannya.
Ada yang tidak lazim dengan tulisan di spanduk tersebut. Tulisan di spanduk itu dengan jelas memuat rangkaian abjad yang menyusun sebuah frasa, “pisang molen”.
Sontak kami menghentikan motor, memarkirkan motor, dan menghampiri jongko yang dimaksud. Ternyata benar, jongko tersebut menjual pisang molen. Sungguh sebuah kejutan kuliner di Chiang Rai.
Lalu Khalid, mahasiswa tingkat 2 di Universitas Mae Fah Luang ini, membaca spanduk tersebut dan menjelaskan kepada saya bahwa tulisan Thailand dalam spanduk itu artinya adalah “pisang molen, pisang goreng bungkus tepung dari Indonesia” kurang-lebih begitu artinya.
Ukuran pisang molen yang dijual di jongko ini memang terbilang mini jika dibandingkan dengan pisang molen Kartika Sari, tapi urusan rasa sepertinya tidak ada beda.
Sejauh pengamatan saya, pisang goreng yang dijual di Chiang Rai dan sekitarnya memang kecil dan tipis. Tidak perduli itu pisang goreng biasa atau pisang molen, tidak seperti di Bandung yang walaupun kecil, buntet, tapi tidak tipis.
Pisang molen yang saya temukan di dekat pasar ini dijual dalam kantong kecil seharga 20 Baht dan dus agak besar seharga 50 Baht. Satu kantong kecil isinya 9 buah pisang molen, sedangkan yang satu dus mungkin isinya sekitar 25 buah pisang molen.
Demikianlah pengalaman kami di sebuah sore, jauh dari rumah, tapi ketika satu demi satu pisang molen mini itu kami kunyah, aroma rumah sejenak kami cecap.[]
Sumber foto: Yussak Anugrah