Fb. In. Tw.

Forough Farrokhzad: Penyair Perempuan Kontroversial Iran

Saat salju bulan Februari 1967 turun, seorang penyair kontroversial dalam sejarah Iran dimakamkan. Maut yang mendadak menjemputnya menjadi tragedi nasional di negeri yang menjadikan puisi sebagai bagian dari kehidupan itu. Koran-koran menulis kabar duka kematiannya sebagai berita utama.

Forough Farrokhzad adalah penyair yang dimakamkan di bawah turunnya salju itu. Ia mengalami kecelakaan mobil setelah pulang makan siang dari rumah ibunya. Ia mengembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan ke rumah sakit.

Forough merupakan penyair Iran Abad ke-20 yang cukup berpengaruh terhadap pemikiran perempuan di negerinya (juga perempuan-perempuan yang meninggalkan Iran ketika terjadi eksodus pada akhir 1970-an). Bisa dikatakan, puisi-puisinya menjadi suara perempuan Iran yang terbungkam pada masa sebelum Revolusi Iran meletus. Keberaniannya membicarakan persoalan perempuan—dengan berlatar belakang kehidupan pribadinya—membuatnya dilabeli sebagai seorang feminis.

Dalam sebuah wawancara radio, Iraj Gorgin (penyiar NIRT) berusaha mengonfirmasi mengenai karakteristik puisinya yang cenderung feminis. Alih-alih mengakui itu, Forough malah menyatakan, “Jika anda mengatakan bahwa puisi saya cenderung feminis, itu biasa saja. Kebetulan saya seorang perempuan. Namun, jika berbicara secara artistik, saya pikir soal gender tidak terlalu berpengaruh. Yang utama adalah kemanusiaan, bukan persoalan laki-laki atau perempuan.” (Sin: Selected Poems of Forough Farrokhzad; 2007)

Sementara itu, dalam kata pengantar buku pertamanya Asir (Tahanan, 1955), Forough mengatakan, “Mungkin karena perempuan sebelum saya tidak ada yang berani memberontak, dan saya yang pertama kali melakukannya, maka mereka membuat kontroversi mengenai saya.”

Sepanjang hidupnya, Forough bergelut dengan persoalan gender yang memengaruhi penerimaan terhadap karyanya. Terutama persoalan budaya patriarki, perempuan sering terbatas pada peran tradisional. Perjuangan untuk bisa menyuarakan hasrat dan persoalan-persoalan dirinya sebagai perempuan di hadapan publik membuatnya menonjol sebagai seorang penyair.

Forough lahir di Teheran pada 5 Januari 1935. Ayahnya, Mohammad Farrokhzad, adalah tentara berpangkat kolonel. Sementara ibunya, Turan Vaziri-Tabar adalah ibu rumah tangga. Ia pernah belajar desain dan melukis di sekolah Kamal al-Molk.

Pada usia 16 tahun, Forough jatuh cinta kepada Parviz Shapur, sepupunya yang lebih tua 15 tahun darinya. Mereka menikah meski orang tua Forough keberatan karena perbedaan usia yang terlalu jauh. Setahun kemudian ia melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Kamyar.

Pada masa itulah Forough, yang namanya kadang ditulis Forogh atau Forugh, mulai getol menulis puisi dalam bahasa Persia. Dalam masyarakat yang sangat memegang teguh tradisi, ia mendapatkan kebebasan dengan menulis puisi. Beruntung ia menikahi Parviz yang mendukung minatnya pada puisi. Malah, suaminya sering mengantarnya ke Teheran untuk mengirimkan karyanya ke media. Puisinya pertama kali diterbitkan oleh jurnal sastra Roshanfekr.

Namun pada kenyataannya, menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga membuat Forough tidak bahagia, seperti tersirat dalam puisinya yang berjudul “Tahanan”.

 Aku memikirkannya dan aku tahu
Aku tak akan pernah bisa keluar dari kandang
Meski penjaga membiarkan aku pergi
Aku telah kehilangan kekuatan untuk terbang

Tiga tahun hidup dalam ikatan pernikahan, Forough merasa terbelenggu. Ia akhirnya meninggalkan suaminya sekaligus menggali luka yang sangat dalam bagi dirinya sendiri. Ia tidak diperbolehkan lagi melihat puteranya oleh keluarga suaminya. Lantas ia meneguhkan tekad untuk mempersembahkan dirinya kepada kekasih sejatinya: puisi.

Pada tahun 1954, Forough mempublikasikan sebuah puisi yang cukup kontroversial. Sebuah puisi yang dianggap menyiratkan perselingkuhannya dengan Nasser Khodayar, Pemimpin Redaksi Roshanfekr. Puisi itu berjudul “Dosa”.

Aku menikmati dosa yang penuh kesenangan
dalam pelukan hangat yang berapi-api
Aku menikmati dosa dengan lengan
yang panas mampu meluluhkan besi.

Tapi kenikmatan “dosa” perselingkuhan itu tidak berlangsung lama. Setahun kemudian ketika hubungan gelap mereka mendadak berakhir, potret Forough dijadikan ilustrasi dalam cerpen yang dipublikasikan di media yang dipimpin Nasser. Hal itu membuat keluarga Forough marah.

Bagi Forough, peristiwa itu berdampak lebih hebat terhadap kejiwaannya. Forough mengalami depresi sangat luar biasa. Ia sampai melakukan percobaan bunuh diri. Akibatnya, ia harus dikirim ke klinik kejiwaan oleh keluarganya. Pada masa perawatan di tempat itu, ia harus menjalani terapi kejut listrik.

Setelah cukup menjalani masa terapi, pada tahun 1956 Forough melakukan perjalanan ke Eropa selama sembilan bulan. Pada tahun ini juga dia menerbitkan kumpulan puisi yang didedikasikan untuk suaminya, Parviz. Buku tersebut berjudul Divar (Tembok).

Dua tahun kemudian, pada tahun 1958, Forough menerbitkan buku ketiganya, Esian (Pemberontakan). Buku ini membuatnya populer. Pada tahun ini pula periode kehidupan pentingnya dimulai. Forough menjalin hubungan dengan seorang penulis dan sutradara, Ebrahim Golestan.

Pada tahun 1962, Forough memulai debut di dunia film. Ia memproduksi sebuah film mengenai kelompok masyarakat penderita kusta dengan judul “The House Is Black”. Film garapannya itu mendapat perhatian dunia internasional dan mendapatkan beberapa penghargaan.

Tahun berikutnya, UNESCO datang ke Iran untuk membuat film pendek tentang Forough. Setelah itu, Bernardo Bertolucci, sutradara film terkenal asal Italia, berkunjung ke Iran untuk mewawancarai sekaligus memutuskan untuk memproduksi film pendek berdurasi 15 menit mengenai kehidupan sang penyair.

Pada 1964, Forough menerbitkan buku keempatnya, Tavallodi Digar (Kelahiran yang Lain). Berisi tiga puluh lima puisi yang ditulisnya dalam kurun waktu enam tahun. Koleksi buku kelima Forough Iman Biyavarimbeh Aghaz-a Fasl-e Sard  (Mari Kita Percaya Pada Awal Musim Dingin) diterbitkan setahun kemudian.

Karya-karya Forough sering disalahpahami sekadar karya sensual-erotis. Tak sedikit kritikus yang hanya menaruh perhatian pada tema tersebut. Seperti dikatakan Farzaneh Milani, Profesor Sastra Persia di Universitas Virginia, “Mereka mengabaikan perjuangannya untuk mengubah dunia dan peran (perempuan) di dalam karyanya demi tema-tema erotis dalam puisinya.” (Veils and Words: The Emerging Voices of Iranian Women Writers, 1992)

Pada 14 Februari 1967, setelah percakapan makan siang yang diingat ibunya sebagai momen yang indah bersama putrinya, Forough mengalami kecelakaan di persimpangan jalan Marvdasht dan Loqumanoddowleh di daerah Darrous, Teheran. Ia terlempar keluar dari mobil jeep-nya. Ia dinyatakan meninggal dengan luka parah di kepalanya.

Forough yang mangkat di puncak kreativitasnya sebagai penyair membuat orang-orang berduka atas kepergiannya. Sastrawan, ilmuwan, dan para penggemarnya mengiringi kerandanya ketika hendak dimakamkan di bawah salju yang berjatuhan.

Berpuluh-puluh tahun semenjak kepergian Forough, suara dalam puisi-puisinya tetap bergema. Buku puisinya bahkan menjadi salah satu buku puisi yang wajib dibawa oleh orang Iran ke mana pun mereka pergi. Terutama oleh para perempuan diaspora Iran.


Sumber:
Veils and Words: The Emerging Voices of Iranian Women Writers, 1992.
Sin: Selected Poems of Forugh Farrokhzad, 2007.
“Overlooked No More: Forough Farrokhzad, Iranian Poet Who Broke Barriers of Sex and Society” (Nytimes.com).
“Forough Farrokhzad: The Most Famous Woman in The History of Persian Literature”, (Iranchamber.com).
“The Legendary Iranian Poet Who Gives Me Hope” (Lithub.com).

KOMENTAR

Pendiri Buruan.co. Menulis puisi, esai, dan naskah drama. Buku kumpulan puisi pertamanya "Mengukur Jalan, Mengulur Waktu" (2015).

You don't have permission to register