Fb. In. Tw.

Direktur IFI Bandung: “Monolog Ini Karya Seni dan Memang Karya Seni yang Baik”

Kamis (24/3/2016), sekira pukul 19.20 WIB puluhan aparat berseragam Polisi dan TNI terlihat masih berjaga di depan gerbang Institut Francaise D’Indonesie (IFI) Bandung. Kehadiran para aparat tersebut merupakan penjagaan keamanan pementasan Monolog Tan Malaka “Saya Rusa Berbulu Merah” yang digelar Mainteater (yang batal digelar Rabu, 23 Maret 2016).

Pentas ini seharusnya digelar pada hari Rabu dan Kamis, 23-24 Maret 2016. Namun, karena adanya intimidasi dari pihak Ormas Islam membuat Direktur IFI Bandung, Melanie Martini, membatalkan pentas pada tanggal 23 Maret 2016. Sosok Tan Malaka dianggap Ormas Islam mencerminkan paham komunis sehingga membahayakan bagi situasi di Bandung yang terbilang kondusif. Itulah sebabnya mereka bersikeras meminta agar pementasan tersebut dibatalkan.

Dengan penjagaan yang cukup ketat, pentas Monolog Tan Malaka yang sempat dibubarkan forum yang mengatasnamakan Ormas Islam sehari sebelumnya itu akhirnya digelar juga. Pementasan sesi kedua pada malam itu berlangsung kondusif, meski sempat ada ancaman dari Ormas Islam akan datang lagi dan membubarkan pentas. Namun yang terjadi sebaliknya, Monolog Tan Malaka ramai dihadiri penonton, bahkan ketika pentas sudah dimulai masih banyak orang berseliweran memasuki gedung auditorium IFI Bandung.

Dengan harapan dan keyakinan yang cukup besar dari para kru pentas, dukungan dari para penonton, serta jaminan dari Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, pentas monolog ini pun berhasil digelar pada hari Kamis dengan dua sesi pementasan yakni pukul 16.00 dan 20.00 WIB. (Simak juga catatan dari sesi pertama: Monolog Tan Malaka “Saya Rusa Berbulu Merah” Sukses Dipentaskan)

Sebelum pementasan sesi kedua dimulai, Heliana Sinaga, Pimpinan Produksi, sempat memberikan peringatan agar para penonton berjaga. Dia juga memberitahukan bahwa pihaknya akan menyalakan lampu dan para penonton dipersilakan untuk keluar melalui tiga pintu darurat jika terjadi keadaan yang tak terduga.

Pada sesi kedua, meski masih banyak para penonton yang datang, namun monolog yang disutradarai oleh Wawan Sofwan berlangsung dengan cukup kondusif. Tan Malaka yang diperankan oleh aktor Joind Bayuwinanda ini juga mendapat respon positif dari masyarakat. Terbukti dengan banyaknya warga kota Bandung yang menonton pementasan tersebut. Tiket pun terjual habis.

Tan Malaka adalah pelopor sayap kiri yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda. Di era pemerintahan Presiden Soekarno, Tan Malaka ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sesuai dengan Keputusan Presiden RI No. 53 yang ditandatangani pada 23 Maret 1963.

“Tan Malaka merupakan tokoh yang kemudian mengambil posisi berseberangan dengan Sjahrir, Soekarno, dan Hatta, juga para elite revolusi lainnya. Sosok yang lebih memilih berada di tengah pemuda dan laskar rakyat, melakukan gerilya dan bergerak di bawah tanah, ketimbang duduk di kabinet. Sosok yang oleh seluruh sikapnya itu dianggap merongrong wibawa pemerintah Republik—pemimpin yang hanya menginginkan perang—sehingga ia dijebloskan ke dalam penjara. Tokoh yang kemudian ditembak mati oleh tentara Republik pada 1949.”

Pementasan yang mengangkat kisah hidup Tan Malaka ini berlangsung dalam durasi selama kurang lebih 80 menit. Setelah pementasan selesai, saya menemui Direktur IFI Bandung, Melanie Martini, untuk dimintai pendapat mengenai pertunjukan Monolog Tan Malaka “Saya Rusa Berbulu Merah” ini.

Bagaimana tanggapan Ibu Melanie Martini terhadap Monolog Tan Malaka “Saya Rusa Berbulu Merah” yang sempat ddibatalkan hingga akhirnya dapat dilaksanakan?

Monolog ini karya seni dan memang karya seni yang baik. Saya sebenarnya terhadap acara ini belum puas karena belum bisa berdialog dengan orang yang ingin menghentikan karya seni  yang baik ini. Namun saya merasa senang juga  karena acara ini dapat berjalan dengan lancar. Dan memang itu yang kami harapkan.

Apakah Ibu Melanie Martini merasa kapok dengan kejadian sekarang?

Saya tidak tahu, karena setiap project berbeda. Mainteater adalah satu kelompok yang paling baik di Bandung. Jadi bukan karya politik yang saya lihat, tetapi nilai seni. Tetapi saya juga harus berhati-hati supaya kejadian seperti ini tidak terulang kembali karena memang tidak enak dipandang.

Apakah berita pembatalan Monolog Tan Malaka juga kabarnya sampai ke Perancis?

Saya belum tahu. Tapi saya coba membaca kabar yang ada di internet, dan belum ada kabar.

Mungkin ada beberapa kata yang ingin disampaikan dalam bahasa Perancis kepada masyarakat dari pementasan ini?

Liberté, égalité, fraternité (Kebebasan, keadilan, persaudaraan, penulis).

Merci, Bu Melanie.

Sama-sama.[]

KOMENTAR

Menulis puisi. Bergiat di Majelis Sastra Bandung. Pengajar Bahasa Inggris di Homeschooling Taman Sekar Bandung.

You don't have permission to register