Dadan Ramdani Sulap Kamar Indekos Jadi Minikafe Ngopi.com
Salah satu ciri utama seorang entrepreneur adalah memiliki kreativitas sekaligus memiliki kemampuan menciptakan peluang dari segala hal yang tesedia di hadapannya, bahkan jika hal itu adalah keterbatasan. Termasuk keterbatasan ruang.
Kalimat di atas melintas begitu saja saat buruan,co mengunjungi Ngopi.com, sebuah kafe supermini di Gang Masjid Al-Amanah Nomor 102, Jalan Sersan Surip, Ledeng, Kota Bandung.
Sang owner, Dadan Ramdani (26), menyebut lapak usaha miliknya sebagai kafe. Namun demikian, Ngopi.com sungguh jauh berbeda dengan kafe pada umumnya. Bagaimana tidak beda, selain lokasinya berada di dalam gang, ruang utama kafe itu sendiri—sebuah ruang dengan 2 meja dan 2 buah bangku serta sebuah minibar tempat semua menu diproduksi—ukurannya tak lebih dari 3×2 meter. Halaman kafe—jika boleh disebut demikian—tak lain merupakan teras dengan ukuran 0,5×2 meter. Di teras itu pula sebuah meja kecil dan 4 kursi plastik tanpa sandaran diletakkan berhadap-hadapan.
Dadan menyulap kamar indekos miliknya menjadi ladang usaha: kafe, minikafe.
“Usaha ini dibuka sejak pertengahan April lalu,” kata Dadan, Selasa (2/5). Alumni program studi Manajemen Pemasaran Pariwisata, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) itu menyatakan, ide membuka usaha jualan kopi muncul akibat pergaulannya dengan sejumlah barista.
“Awalnya saya tidak suka kopi. Awam-lah. Gak ngerti jenis-jenis kopi. Tapi setelah bergaul dengan para barista, saya jadi suka kopi,” katanya.
Diketahui, di sela kesibukannya menyelesaikan tesis berjudul “Pengaruh Vocationscape terhadap Keputusan Berkunjung ke Kota Bandung”, mahasiswa program studi Manajemen Administrasi Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung ini juga bekerja sebagai Front Office Manager pada sebuah hotel di kawasan Jalan Pajajaran, Bandung. Tidak hanya kecanduan minum kopi, intensnya pergaulan Dadan dengan para barista di hotel itu juga membuat pria Gemini ini menekuni berbagai hal yang berkaitan dengan meracik dan bisnis kopi.
Dadan menyebut dirinya belajar teknik membuat kopi secara manual dalam kurun waktu tiga bulan. Setelah merasa cukup mampu membuat kopi sendiri, ide membuat kafe itu pun muncul. Kebetulan—jika kata ini boleh digunakan—di kemudian hari Dadan tahu bahwa orang tuanya di Karangmukti, Cililin, Kabupaten Bandung Barat, tenyata punya kebun kopi sendiri.
“Modal awal bisnis ini 6 juta. Uang itu saya gunakan untuk membeli peralatan—moka pot, french press, juke, manual grinder, dan froather milk—pasang wifi, serta sewa ruangan seharga 3 juta/tahun,” beber Dadan.
Dadan juga menerangkan, inspirasi lain yang mengilhami dirinya “nekat” membuat kafe di tengah kawasan padat Gang Masjid Al-Amanah adalah salah satu acara di televisi swasta. “Saya rutin menonton acara D’Sign di Net TV. Dari situ saya tertarik sekaligus tertantang untuk mendekorasi ruangan sempit ini agar tidak terlihat membosankan. Saya menata dan mencat sendiri interior Ngopi.com,” terangnya.
Lepas dari soal kualitas, dalam pantauan buruan.co, desain interior Ngopi.com cukup menarik dan kreatif. Sepetak dinding triplek diberi aksen biru pudar, berhiaskan gambar siluet gedung-gedung. Tembok ruang didominasi cat abu-abu bergambar cangkir-cangkir kopi, lengkap dengan ragam tulisan. Pada minibar, cangkir dan gelas disusun sedemikian rupa, sederetan dengan 2 toples biji robusta. 2 pot kecil berisi bunga plastik ditempatkan di ujung, di gigir sebuah telepon.
Pada dinding triplek biru dan tembok abu-abu itu, sejumlah kutipan (quotes) yang berkaitan dengan kopi dicetak manual dalam kertas HVS ukuran A4, ditempel begitu saja menggunakan paku payung dan lakban. “All you need is love and more coffee,” demikian bunyi salah satu kutipan. “Good ideas start with brainstorming, great ideas start with coffee,” bunyi kutipan lainnya.
“Untuk menyiasati bingkai yang harganya mahal, saya kasih cat hitam saja di sekeliling kertas-kertas kutipan itu,” kata Dadan. “Pantas dan ekonomis kan?” sambungnya, meyakinkan. Aneka lagu pop dari penyanyi Indonesia dan Barat mengalun pelan meningkahi percakapan lelaki kelahiran 01 Juni 1990 itu dengan buruan.co. Suasananya sungguh mirip di kafe betulan.
Soal menu, Ngopi.com menyediakan aneka kopi dan coklat, juga aneka mie dan ramen serta pisang bakar sebagai panganan. Adapun mengenai harga, Ngopi.com punya tawaran mencengangkan. Semua minuman yang ditawarkan harganya tidak lebih dari Rp.5.000. Sedang untuk mie dan ramen berkisar di harga Rp.4.000 hingga Rp.13.000.
“Yang paling mahal hanya Korean Ramyun. 1 porsinya bisa untuk 2-3 orang. Sebagai perbandingan, 1 porsi Korean Ramyun sama dengan 4x mie biasa,” terang Dadan.
Tidak Muluk-Muluk
Disinggung mengenai murahnya harga tersebut, Dadan menyebut hal itu diterapkan berdasar pengalamannya sebagai mahasiswa yang hidup indekost selama hampir 1 dasawarsa. “Saya mengalami pahitnya masa-masa menjadi mahasiswa. Isi dompet terbatas, tapi ingin makan dan ngopi-ngopi enak,” katanya. Dadan juga menyebut secara pribadi dirinya menghendaki agar para konsumen yang datang ke tempatnya merasa “aman dan nyaman” dengan uang Rp.10.000 di tangan. “Bisa wifi-an pula,” tambahnya.
Dengan penawaran harga yang sangat murah itu, Dadan tidak menetapkan target muluk-muluk dalam usahanya. “Yang penting biaya operasional tercukupi, modal balik, dan karyawan terbayar. Keuntungan 1-2 ribu bagi saya sudah cukup,” tegasnya.
Saat ini, ada 2 orang karyawan membantu Dadan menjalankan usahanya. Seorang karyawan bernama Munawer, mahasiswa rantau asal Sumatera Barat yang menekuni bidang Teknik Elektro di Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan (FPTK) UPI; seorang lagi Fadli, siswa kelas XII SMAN 2 Bandung. Baik Munawer maupun Fadli sama-sama tinggal di Ledeng. Yang satu indekost, yang lain “putera daerah”.
“Kedua karyawan saya sama sekali awam dalam dunia perkopian. Saya mengajari mereka cara membuat kopi, sebagai bekal bagi saya pribadi untuk membuka semacam coffee class. Saya ingin kafe ini punya lini bisnis lain berupa coffee class suatu saat nanti,” kata Dadan.
Di sela percakaan, seorang anak kost-an melongok di pintu Ngopi.com. “A Dadan, pesan Americano dua ya….”
Ngopi.com buka setiap hari dari pukul 11.00 WIB s/d pukul 21.00 WIB. “Last order sih pukul 20.00, karyawan pulang pukul 21.00. Tapi jika ada mahasiswa tingkat akhir yang mau bergadang mengerjakan skripsi atau tesis, saya kasih kompensasi sampai larut malam. Biar saya sendiri yang melayani,” terang Dadan.
Saat itu seorang mahasiswa ikut bergadang di Ngopi.com. bukan untuk mengerjakan skripsi atau tugas, hanya numpang wifi-an. Dalam pantauan buruan.co, saat Ngopi.com sudah sepi, Dadan—sosok berpenampilan sederhana itu—menyapu lantai lantas menggelar kasur pribadinya merapat ke dinding triplek. Itulah saat-saat Ngopi.com kembali ke fungsi awalnya sebagai tempat istirahat. “Kalau masih mau di sini, silakan. Kalau terus mau nginap, paling tidurnya di kursi,” pungkasnya.[]
Sorry, the comment form is closed at this time.
Fadhil
Mantap tempatnya ngopinya pun mantap wifinya pun mantap harganya pun mantap semua plus mantappp