Citarasa Khas Kopi Garut di Kedai Karoehoen

Di bilangan Jalan Samarang, tak jauh dari kampus Universitas Garut terdapat kedai kopi Karoehoen. Kedai ini menyajikan kopi berkualitas tinggi hasil petani di wilayah Garut. Kopi yang telah dua abad lebih ditanam di tanah yang dijuluki Swiss van Java.

Salah satu keunikan sekaligus ciri di kedai ini adalah penyajian kopi dari biji yang di­-roasting sendiri oleh Karoehoen. Sehingga sajian kopi di kedai ini mempunyai aroma dan citarasa khas yang tak mungkin dicecap di kedai-kedai lainnya.

Kedai Karoehoen yang telah dibuka sejak April 2015 ini mengusung konsep heritage, untrendy coffee shop, dan public space. Dari sisi heritage Karoehoen mencoba mengangkat kembali sejarah kopi di Garut yang telah berlangsung sejak dua abad silam.

Seperti dikatakan oleh Firdaus Hadi (34 th) yang akrab disapa Daus, “Mun ningali literatur, ternyata sejarah kopi pertama kali datang dan ditanam di Kebon Kopi, Jakarta. Kadua, nya di Garut, yang dikenal dengan nama kopi Java Preanger. Kopi Java Preanger telah dua abad dikenal di Eropa. Bahkan, di Eropa istilah ngopi itu dikenal juga dengan istilah a cup of Java.”

Kontur tanah dan ketinggian rata-rata wilayah Garut memang sangat ideal untuk menanam kopi. Maka, tak heran bila Garut menjadi salah satu penghasil kopi terbaik di dunia selain Brazil.

Dengan ciri untrendy coffee shop, kedai ini mengajak konsumen menikmati kopi secara sederhana, tanpa kehilangan citarasa tinggi kopi yang disajikan. “Bahwa di mana-mana oge ngopi mah: asupkeun kopina kana gelas, seduh pake cai panas. Tanpa mengecilkan seni penyajian kopi, di kedai kopi itu, yang penting nikmat obrolanna, karasa kopina,” tutur Daus.

Kedai mungil—yang letaknya berada di jalur menuju Kampung Sampireun dan tak jauh dari pemandian air Cipanas ini—juga dapat menjadi public space bagi siapa saja. Mulai dari musik, stand up comedy, sampai baca puisi dapat digelar di sini. “Kalau mau bikin acara di kedai tinggal hubungi kami, sesuaikan jadwalnya. Gratis, asal space-nya cukup,” jelas Daus.

Setiap cangkir kopi yang disajikan di kedai Karoehoen dinamai dengan sangat unik. Penamaan ini juga didasari dari proses kopi itu sendiri. Seperti kopi yang saya nikmati saat berkunjung ke kedai (Sabtu, 8/8/2015), yaitu “Djibroeg”.

Kopi “Djibroeg” yang diseduh dari jenis arabica ini diproses melalui wet process alias proses basah sebelum sampai ke kedai. Dalam bahasa Sunda ‘jibrug’ memang berarti basah. Supaya ada kesan lampau, Karoehoen menulisnya dengan ejaan lama.

Begitu pula dengan menu lainnya, namanya diambil dari setiap prosesnya. Selain unik, cara ini juga secara tak langsung mengedukasi konsumen Karoehoen mengenai proses kopi.

Kedai Karoehoen dibuka dari kegelisahan para pendirinya, yakni Firdaus Hadi, Wildan Kamal, Ahmad Nur, dan Agus M. Nur, atas kebiasaan masyarakat mengonsumsi kopi sachet dengan kualitas rendah dan cenderung tidak sehat. Mereka berempat merupakan agen kopi yang menyuplai kopi kualitas tinggi dari Garut ke eksportir untuk memenuhi kebutuhan eksport internasional.

Atau, dengan kata lain, jika melihat latar belakangnya para pendiri kedai Karoehoen bukanlah pemain baru dalam urusan kopi ini. Bisa dipastikan, kamu akan mendapatkan kopi terbaik di cangkir yang mereka sajikan.

Bagi yang penasaran menikmati citarasa khas kopi Garut, silakan langsung saja merapat ke kedai Karoehoen di Jalan Samarang No. 61, Garut. Kedai Karoehoen buka setiap hari, mulai dari 11.00-23.00.[]

Bagikan

Facebook

Twitter