Bob Dylan: Puisi, Musik, dan Performansi Lisan
Pemenang Nobel di bidang sastra 2016 telah diumumkan. Bagi sebagian kalangan, hasilnya mengejutkan. Bagaimana tidak, yang mendapat anugerah sastra bergengsi di jagat raya ini adalah musisi. Bob Dylan musisi fenomenal dari Amerika.
Tapi tak sedikit juga kalangan yang menilai bahwa penganugerahan tersebut sangatlah wajar. Malah layak diberikan. Salah satunya adalah Gordon Ball seorang Associate Professor di Washington dan Lee University, dosen pengampu kuliah puisi dan penulisan kreatif. Sembilan tahun lalu, jurnal ilmiahnya yang dipublikasi di Oral Tradition Journal, Volume 22, Issue 1 (Maret, 2007) berjudul “Dylan and the Nobel”, menyoroti bahwa Bob Dylan layak dianugerahi Nobel Sastra. Berikut ini adalah ringkasan bacaan dari tulisannya.
Ball memulai tulisannya dengan beberapa catatan pribadi. Ia menjelaskan bahwa dirinya bukanlah ahli Dylan, sarjana musik, cerita rakyat, atau fokus pada hadiah Nobel. Spesialisasinya adalah literatur tentang penyair Allen Ginsberg dan Generasi Beat. Selama beberapa dekade ia hanyalah pengagum karya Bob Dylan.
Sejak tahun 1996, Ball kali pertama menulis pencalonan Dylan untuk meraih Nobel Sastra ke Komite Nobel Akademi Swedia (Nobel Committee of the Swedish Academy). Pencalonan tersebut dibantu sejumlah professor yang telah mendukung Dylan (meraih Nobel) di masa sebelumnya.
Dua kriteria utama hadiah Nobel, idealisme dan karya yang bermaslahat bagi manusia, dianggap sudah terpenuhi Dylan. Sebagaimana kehendak Alfred Nobel pada tahun 1895, kriteria utama peraih penghargaan di bidang sastra adalah karya-karya yang menonjol serta memiliki idealisme kuat dan telah memberikan manfaat yang besar bagi umat manusia.
Tahun 1900, Yayasan Nobel mendefinisikan sastra “bukan hanya karya sastra, tetapi juga tulisan-tulisan lain yang berdasarkan bentuk dan gayanya memiliki nilai sastra” (Yayasan Nobel 2006). Berdasarkan itulah Bob Dylan memiliki relevansinya. Dimensi karya-karya Bob Dylan tidak sekadar lirik lagu yang puitik, tetapi memiliki prestasi artistik di wilayah musik dan performansinya.
Musik dan puisi dalam sejarahnya saling terkait. Karya-karya Dylan secara signifikan telah memperbaharui koneksi penting antar keduanya. Seni puisi ribuan tahun lalu dimulai dengan pertunjukan dan mengandalkan kekuatan lisan. Dalam era kita, Bob Dylan telah membantu puisi kembali ke transmisi primordialnya oleh napas manusia; menghidupkan kembali tradisi penutur, pencerita, penembang, dan penyanyi.
Koneksi penting antara musik dan puisi ini telah melemah, setidaknya di Amerika Serikat, dari l930-1960-an ketika ‘Kritik Baru’ lebih menekankan puisi sebagai teks tertulis yang eksplisit, sehingga mereduksi kelisanannya. Dalam revitalisasi hubungan ini, Dylan seolah telah mengindahkan pengamatan Ezra Pound (1913: 91) bahwa “…di Yunani dan Provence, Puisi mencapai kecemerlangan tertinggi dari segi ritmis dan irama pada saat syair dan musik saling erat merajut bersama…”. Pound menyebut puisi dan musik merupakan “seni kembar”. Puisi liris Yunani disampaikan dengan dinyanyikan dan iringan; sebagaimana Homer bernyanyi dengan harpa atau kecapi.
Dalam kasus apapun, antara puisi dan musik memiliki hubungan sejarah yang erat. Sebagaimana yang dikatakan W. B. Stanford, “Di Yunani dan Romawi, pendidikan musik dan puisi disimpan bersama dalam disiplin yang disebut mousiké” (1996: 26). Dia juga menegaskan bahwa, mulanya penamaan puisi di Yunani…memiliki pemaknaan primer ‘lagu’; dan penyair disebut penyanyi…jauh sebelum ia disebut pencipta “.
Puisi dan musik masing-masing saling diakui keberadaannya. Kedua seni itu sering terkait erat satu sama lain. Dan penghargaan Nobel pada Dylan lebih jauh untuk menghargai suatu performatif. Puisi dan musik tidak mengekslusifkan dirinya sendiri.
Beberapa peraih Nobel di masa lalu, telah menunjukkan ada tumpang tindih antara sastra dengan media lain. Misalnya Nobel telah jatuh ke beberapa dramawan, di antaranya Luigi Pirandello, Eugene O’neil, Samuel Beckett, dan Dario Fo. Karya-karyanya menyandarkan pada performansi orang lain yang terampil melalui ragam media seni: penata cahaya, akting, penata artistik, musik, dan tari. Bahkan pada kasus Dario Fo (penerima Nobel Sastra 1997), dramawan Italia, kontroversi terjadi. Banyak yang menganggap Fo bukan dramawan tetapi penulis naskah untuk pertunjukannya sendiri. Dia adalah aktor populer komedi satir. Dalam setiap pertunjukannya dia berimprovisasi sehingga naskahnya bukan panduan permanen dalam membangun peristiwa.
Kembali ke hubungan puisi, musik, dan nilai sastra Dylan. Ekletisisme dan penciptaan karya Dylan dapat dibandingkan dengan W.B. Yeats. Dalam Yeats, Celtic dan Inggris menyatu; sedangkan dalam Dylan, idiom bahasa dan musik dari musik folk dan rock ‘n’ roll kontemporer yang menyatu.
Melalui eksperimentalnya, pelbagai karya Dylan sekaya narasi fiksi Faulkner (peraih Nobel 1949): ada lagu-lagu cinta yang berpusar dari penderitaan (Most of the Time) dengan realisme yang mengejutkan (Ballad in Plain D); tamsil kondisi manusia (I Dreamed I Saw St. Augustine); balada perubahan abad pertengahan dan Renaissance (A Hard Rain’s A Gonna-Fall). Selain itu, ada juga karya yang memiliki estetika khusus atau kekuatan seni (Mr. Tambourine Man); lagu kebijaksanaan (My Back Pages); dan lagu lainnya, seperti lagu-lagu protes sosial dan profetik.
Di bagian penutup, Ball mengafirmasi prespektif pribadinya. Secara umum, sastra dalam pandangannya adalah estetika yang membebankan pada bahasa, dan puisi tergantung pada performansi lisan. Tentu saja ada pengecualian, tergantung komplikasi derajat kepentingan. Tapi itulah caranya melihat inti penting puisi.
Suka tidak suka, kualitas karya-karya Dylan sulit dinafikan. Idealisme seninya telah memberikan kontribusi terhadap perubahan sosial, mengubah dan memperkaya jutaan kehidupan, budaya, politik, dan estetis. Hadiah Nobel untuk Sastra, lebih dari satu abad telah diberikan pada cakupan yang luas dan beragam, merupakan bentuk pengakuan yang pantas untuk prestasi yang luar biasa seperti Dylan.[]
Keterangan:
Catatan ini disarikan dari “Bob Dylan and the Nobel” karya Gordon Ball di journal.oraltradition.org
Selengkapnya bisa diunduh di: Bob Dylan and the Nobel