“Beatbox” dalam Musikalisasi Puisi
Musikalisasi puisi identik begitu dengan genre musik balada. Hal demikian disebabkan pemilihan puisi liris dan menggunakan gitar sebagai alat musik utama. Kelompok musikalisasi puisi dari SMA Pesantren Terpadu Hayyatan Thayyibah Sukabumi berusaha tampil beda ketika mengikuti Festival Musikalisasi Puisi Tingkat SLTA Se-Jawa Barat (14/9/15).
Pada festival yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat (BBPJB) di Ballroom Bumi Sangkuriang, Ciumbeuleuit, Bandung, mereka tampil menggunakan beatbox sebagai pengganti cajon.
“Kami kehabisan akal untuk menggantikan alat musik cajon sebagai ketukan, karena kami hanya menggunakan alat musik melodika dan dua buah gitar,” ungkap M. Adi Pradana salah satu personil kelompok musikalisasi SMA Pesantren Terpadu Hayyatan Thayyibah.
Uniknya, mereka memasukkan beatbox secara spontan pada saat tampil di panggung. Pada saat latihan, Pradana mengungkapkan tidak memasukkan beatbox sama sekali.
“Saya inisiatif memasukkan di panggung dan di tengah-tengah lagu. Dan, itu hanya dilakukan secara tidak sengaja,” lanjutnya.
Dalam menggarap musikalisasi puisi, mereka membutuhkan waktu satu bulan. Dalam menggubah musikalisasi, kendala yang dialami personil rata-rata dalam masalah teknis. Misal, bagaimana menciptakan musik dengan puisi yang selaras, menggabungkan jiwa setiap personil yang berbeda-beda selera genre musik, juga terbenturnya waktu latihan dengan jadwal akademik.
Bagi mereka, ini pertama kali mengikuti festival musikalisasi puisi. Ujianto Sadewa, Guru Bahasa Indonesia sekaligus mentor musikalisasi puisi SMA Pesantren Terpadu Hayyatan Thayyibah Sukabumi, tercengang ketika melihat kreativitas anak asuhnya menggunakan beatbox di tengah-tengah penampilan.
Kendati tidak lolos sebagai finalis, Ujianto dan anak asuhnya merasa puas dengan usaha yang telah dilakukan. Setidaknya mereka telah memberikan kesegeran dalam festival musikalisasi puisi tersebut.[]