Fb. In. Tw.

Bali: Surga Wisata Yang Mulai Krisis Air

Pulau Bali telah kondang sebagai destinasi wisata berkelas dunia. Keindahannya telah menarik banyak pesohor mancanegara untuk menghabiskan liburannya di pulau ini. Ada banyak karya sastra dan sketsa yang mengulas tentang Bali, salah satunya sajak Pulau Bali karya si burung merak, W.S Rendra.

Dalam puisinya ini W.S Rendra menyebutkan keindahan alam dan kekayaan budaya juga keragaman seni yang ada di pulau Bali seperti dalam larik-larik berikut ini.

dan yakin bisa memupuk modal nasional
dari kesenian dan keindahan alam,
maka Bali menjadi obyek pariwisata

Namun, dalam puisinya ini W.S Rendra juga tak kalah sengit menyindir eksploitasi keindahan pulau Bali oleh pemerintah, apalagi dengan semakin banyak rute penerbangan internasional. W.S Rendra mengeluh.

Dan Bali dengan segenap kesenian,
kebudayaan, dan alamnya
harus bisa diringkaskan,
untuk dibungkus dalam kertas kado
dan disuguhkan pada pelancong.

Bali memang layak dinobatkan sebagai pulau yang mampu mendedikasikan kekayaan alam dan budayanya untuk sektor pariwisata. Berbagai jenis wisata alam dari wisata pantai, pegunungan, danau, air terjun, hingga panorama bawah laut semuanya tersedia dan memanjakan mata.

Pantainya yang cantik dan asyik untuk dinikmati seperti pantai Kuta, Sanur, Pandawa, Dreamland, Suluban, Tanjung Benoa, dan masih banyak lagi. Untuk wisata bawah laut, pengunjung bisa menikmati keindahan karang dan aneka ikan di Lovina dan Pulau Menjangan.

Danau yang indah dan banyak dikunjungi wisatawan di antaranya danau Buyan, danau Batur, dan danau Berantan Bedugul. Ada juga wisata untuk menikmati hawa sejuk Kintamani, menyaksikan puncak gunung Agung, gunung Catur dan gunung Batur. Sedangkan untuk air terjun, ada air terjun Gitgit yang memiliki debet air deras dan tinggi. Jangan lupa, masih ada Uluwatu dan Tanah Lot yang kokoh dan anggun, serta arung jeram di sungai Oyong yang mendebarkan.

Wisata budayanya tak kalah mengagumkan, dari aneka pura seperti Pura Besakih, aneka tarian seperti tari Kecak, aneka ukiran, seni patung dan pahat, dan juga lukisan khas Bali yang mudah ditemui di Ubud. Rasanya komplit berwisata di pulau Bali. Semua jenis wisata tersedia.

Daya tarik wisata yang luar biasa ini sayangnya kurang disikapi dengan bijak oleh pemerintah daerah dan masyarakatnya. Ancaman krisis air dan krisis lingkungan menerpa. Eksploitasi sektor wisata yang berlebihan mengakibatkan cadangan air tanah di Bali selatan kian tergerus. Pada halaman yayasan IDEP Selaras Alam (www.idepfoundation.org)  cadangan air tanah di Bali telah berada di bawah 20 persen. Laju penurunan air tanah ini dibarengi oleh intrusi air laut, yakni menerobosnya air laut ke daratan, seperti yang mulai terjadi di sekitar pantai Kuta.

Ancaman krisis air ini bukan pepesan kosong. Saya sudah beberapa kali bepergian ke Bali. Pada kunjungan pertama tahun 1997, Bali masih hijau dan pantainya masih bersih. Hawa udara di Kuta dan Sanur pun masih segar. Selanjutnya, pada liburan tahun 2007, atau sepuluh tahun kemudian, terlihatlah perbedaan suasana di Bali. Pulau ewata ini terutama di kawasan wisata seperti Kuta dan Legian disesaki oleh penginapan, dari kelas melati hingga hotel berbintang lima.

Perubahan kian mencolok pada akhir tahun 2013, saya mulai menyadari perubahan hawa yang kian terik di Denpasar. Jalanan juga macet dan polusi udara pun meningkat. Jumlah penginapan, tempat makan, dan tempat hiburan pun meningkat pesat. Bali telah menjadi komoditi wisata.

Pada sensus penduduk tahun 2010 berdasar Badan Pusat Statistik Bali, jumlah penduduk di Bali berkisar 3.890.757, dengan jumlah penduduk dan kepadatan tertinggi di Denpasar yakni masing-masing 788.589 jiwa dan 6.171/km persegi. Populasi penduduk ini meningkat pesat pada pertengahan tahun 2015 dengan total 4.104.900 jiwa, dimana populasi terbesar tinggal di wilayah Denpasar dan sekitarnya. Sedangkan jumlah penginapan juga meningkat pesat, dimana saat ini berkisar 77 ribu penginapan dengan terget 30 juta wisatawan hingga tahun 2029. Tak heran jika air tanah terus tergerus oleh karena banyaknya kebutuhan air untuk wisatawan, seperti kebutuhan mandi dan kolam renang.

Krisis air ini jika tidak segera direspon, akan sangat merugikan warga Bali karena air adalah hak asasi menurut PBB. Krisis ini tentunya juga akan menjadi bumerang bagi wisata di Bali. Bahkan warga desa Yehembang, Jembrana, rela menggunakan air kubangan di sekitar mereka karena air bersih mulai sulit didapat. Krisis air ini juga dikarenakan oleh krisis lingkungan, seperti sawah dan lahan hijau yang berubah fungsi menjadi penginapan dan pemukiman, juga pengolahan limbah yang kurang profesional.

Untuk itu pemerintah daerah Bali dan segenap warga harus bahu-membahu untuk mengatasi krisis air ini. Pemerintah daerah perlu menerapkan morotarium penginapan dan membasmi penginapan ilegal. Pemerintah juga lebih berani menyegel penginapan yang menggunakan air tanah secara ilegal. Reboisasi dan penghijauan juga harus digalakkan. Sistem penangkap air hujan juga perlu diperbanyak. Semoga krisis air ini segera teratasi. Bali janganlah hanya dieksploitasi untuk mendatangkan uang semata.

Kekuasaan kemauan manusia,
yang dilembagakan dengan kuat,
tidak mengacuhkan naluri ginjal,
hati, empedu, sungai, dan hutan.
Di Bali:
Pantai, gunung, tempat tidur, dan pura,
telah dicemarkan.

 

Tentang Penulis
Dewi Puspa. Tinggal di Kalisari, Jakarta Timur.

KOMENTAR
Post tags:

Media untuk Berbagi Kajian dan Apresiasi.

You don't have permission to register