Fb. In. Tw.

A Copy of My Mind: Kelas Menengah Pesolek dan Liyan*

*)Tulisan ini penuh spoiler

 

A Copy of My Mind garapan sutradara Joko Anwar bercerita tentang Sari (diperankan Tara Basro), seorang pekerja di salon kecil yang gemar menghabiskan waktu luangnya di malam hari untuk menonton film, yang karena keterbatasan ekonomi, dinikmatinya via keping DVD bajakan. Sebagai seorang yang begitu menikmati tontonannya, Sari kerap terganggu oleh kualitas subtitle yang buruk. Persoalan ini kemudian menuntunnya untuk bertemu dengan Alek (Chico Jericho), seorang yang hidup melalui pekerjaan mengisi subtitle DVD bajakan, yang di kemudian hari justru menjadi kekasih Sari. Apa yang dilakukan Alek sehari-hari pada dasarnya ialah menerjemahkan subtitle berbahasa Inggris yang telah tersedia ke dalam bahasa Indonesia.

Terlepas dari perjumpaannya dengan Alek, Sari berkeinginan menambah penghasilannya dengan melamar di salon lain yang lebih besar dari tempatnya bekerja. Sebelum Sari menuntaskan masa training-nya di salon kedua itu, persoalan besar muncul. Ia dikirim oleh pengelola salon itu ke sebuah rumah tahanan elite, dan tak kuasa membendung hasratnya untuk mengambil satu keping DVD (yang disangkanya tentu original) dari kamar Mirna, si pelanggan sekaligus penghuni sel. Keping yang diambil ternyata berisi bukti rekaman terkait perkara suap yang tengah membelit Mirna.

Dalam upaya pencarian Sari, Alek tertangkap oleh dua orang tukang pukul bayaran dan secara terus-menerus disiksa hingga hilang rimbanya di akhir cerita. Sari yang tak lagi dapat bertemu dengan Alek, “membuang” keping yang diambilnya dari sel tahanan dengan menyerahkannya pada pengedar DVD bajakan, dengan terlebih dahulu menyaru keping itu sebagai film berjudul “Transformess 6”. Keping itu digandakan dan beredar luas. Sembari tetap menampakkan kesedihan serta kehilangannya atas Alek, Sari memutuskan untuk kembali bekerja di tempat kerjanya yang lama.

Film ini, bagi saya, sepenuhnya bercerita tentang kota Jakarta: kota milik para kelas menengah. Salon dan seluruh aktivitas di dalamnya bercerita bahwa orang-orang berpunya itu luar biasa genit dan gemar bersolek. Salon merupakan tempat di mana mereka bisa berbaring nyaman, dengan memejamkan mata dan sesekali saling berbincang (juga kadang saling beradu argumen), hingga orang-orang seperti Sari dapat membersihkan wajah-wajah mereka yang penuh komedo serta jerawat. Orang-orang itu tampaknya begitu kebal dari rasa kehilangan. Bahkan berada di dalam sel tahanan tidak membuat mereka kehilangan kenyamanan hidup, juga kemampuan untuk tetap berdandan.

Sari tentu bukan bagian dari mereka. Di lokasi yang menjadi ibu kota negara itu, Sari adalah liyan. Ia, bersama berbagai tokoh lain termasuk Alek, adalah orang lain bagi para kelas berpunya. Sari tidak pernah tampak membersihkan wajahnya sendiri, walau sekali waktu sempat mem-facial muka Alek, sebelum mereka bercinta dan menjadi sepasang kekasih. Sari adalah seorang yang menyantap mi instan murah meriah untuk makan malam, dan tinggal di kost sempit padat penghuni di balik gedung-gedung tinggi bercahaya. Ia pembersih wajah para pesolek.

Sebagai liyan, Sari adalah penonton. Penonton tidak pernah terlibat ataupun dilibatkan. Ia berada di luar dan menyaksikan. Maka, ketika kampanye pemilihan presiden tampak disemarakkan di mana-mana, Sari hanya berjalan sembari melihat-lihat apa yang disuguhkan sebagai tontonan. Bandingkan posisi itu dengan para tokoh yang “terlibat” dalam konteks politik, yaitu tiga anggota parlemen yang ditemui Mirna. Orang-orang seperti mereka berkampanye, naik panggung, merias diri dengan safari atau peci, lalu saling berbagi “apel” setelah sukses duduk di kursi yang diperebutkan.

Jika Sari adalah penonton, maka Alek adalah penerjemah yang selalu gagal bagi tontonan sang kekasih. Alek punya sepeda motor yang membuatnya luar biasa keren ketika berkendara. Tapi toh kegemarannya terhadap kendaraan itu hanya bisa disalurkan melalui arena-arena ilegal di tengah malam. Bandingkan posisi Alek dan motornya, dengan konvoi moge yang sempat dilihat Alek melintas tidak jauh dari tempatnya berada. Sementara kesenangan Alek atas motor bersifat ilegal, kesenangan kelas berpunya atas kendaraan mereka mendapat pengawalan penuh dari pihak aparat.

Sari bagi Alek adalah pelengkap. Sari, si penonton itu, membuat rencana Alek memenuhi dinding kamarnya dengan keping DVD terpenuhi. Kehadiran Sari juga mampu menghentikan kekalahan Alek di arena judi karena, bagaimanapun juga, lelaki itu mengurungkan niatnya bertaruh pada satu malam, hanya untuk kembali ke kamar dan memandangi wajah sang kekasih. Tapi toh kita juga tahu, keduanya lalu terpisah. Hilangnya Alek merupakan isyarat. Sari di akhir cerita ialah seorang penonton tontonan berbahasa asing tanpa penerjemah. Bukan hanya perempuan itu berada di luar dan tidak terlibat, apa yang ditontonnya kini tak lagi menghadirkan makna yang cukup terang untuk dapat dipahami.

Bahasa Inggris, bahasa asing pada tontonan Sari itu, punya fungsi yang menarik di film ini. Penggunaannya merupakan salah satu cara kelas menengah untuk bersolek. Bos di salon yang baru secara terbuka menuntut Sari bisa berbahasa Inggris, karena dilayani oleh seorang yang bisa berbahasa Inggris membuat para pengunjung merasa lebih berkelas. Bos bertubuh gempal itu bahkan terdengar meyelipkan begitu banyak kata berbahasa Inggris dalam tuturannya, sampai Sari terlihat heran dan kebingungan. Kepada bosnya itu Sari tentu mengaku bisa berbahasa Inggris, walau penonton tahu persis dirinya tak dapat menikmati film-film Hollywood tanpa bantuan subtiltle berbahasa Indonesia.

Dalam mengisahkan Jakarta dan hubungan antarkelasnya, film ini diam-diam mengungkapkan, para kelas bawah yang sejatinya liyan itu bahkan perlu saling menghabisi untuk mendapat “cipratan apel” dari tangan kelas berpunya. Sembari membiarkan Alek tersungkur di satu ruang gelam, salah seorang tukang pukul bayaran bercerita tentang sulitnya mengumpulkan uang di Jakarta. Dirinya dan Alek merupakan kelas bawah yang sama. Walau saling menghabisi, para liyan di Ibu Kota itu sesungguhnya menyimpan daya yang besar. Jumlahnya yang banyak dan tersebar menjadikan mereka subyek politik yang diperebutkan di tiap momen kampanye. Juga jangan lupa, Sari adalah orang yang mampu menembus ruang privat Mirna dan membocorkan hingga menyebarkan aib perempuan kaya itu pada publik.[]

KOMENTAR

Pemuda biasa. Suka melamun. Tulisan-tulisannya yang lain bisa diakses via randidinanta.wordpress.com.

You don't have permission to register