Fb. In. Tw.

Mengupas “Jeruk” Lugiena De

Dalam rangka pra launching toco.buruan.co, toko buku yang bertempat di Kebun Seni – kios No. 8, Jalan Tamansari 69 ini, melakukan kegiatan diskusi dan peluncuran buku kumpulan carpon karya Lugiena De berjudul Jeruk. Kegiatan ini dilakukan Jumat sore di halaman toco.buruan.co dengan pembahas Dadan Sutisna (pengarang Sunda) dan Arif Abdilah sebagai moderator (2/12/2016).

Sebelum pembahasan oleh Dadan Sutisna, Lugiena De memberikan sedikit pengantar mengenai buku kumpulan carpon pertamanya. Carpon-carpon yang dibukukan adalah carpon yang ditulis dalam rentang waktu 2011-2016.

Ide-ide yang diangkat berdasarkan kesaksian dan pengalaman yang dialaminya dalam rutinitas sehari-hari. Rutinitas yang terkadang menjemukan seperti kemacetan, banjir, bersenggolan saat berkendara, perbincangannya di warung kopi, atau bahkan sampai kepada kisah pelacur yang bersembunyi di warung kopi karena melarikan dari germo yang Lugiena De saksikan sendiri.

Lugiena

Pernyataan ide atau tema itu sejalan dengan apa yang dikatakan Dadan Sutisna setelahnya, “Tema yang diangkat Lugiena terbilang sederhana, yakni mengangkat peristiwa-peristiwa sosial yang seringkali dilihat oleh semua orang, tetapi luput untuk dipikirkan lebih jauh, dan di sinilah kepekaan pengarang (Lugiena De) bekerja”.

Bahasa yang digunakan Lugiena tergolong sederhana dan mudah dipahami. Lebih dari itu, teknik penulisan dan sudut pandang yang digunakan terhadap tema-tema umum itulah yang menjadi kekuatan dalam cerpen-cerpen Lugiena. Teknik dan sudut pandang ini membuka sebuah ruang lain dari tema umum tersebut.

Dadan Sutisna pun mengatakan bahwa Lugiena De memiliki bentuk tersendiri dalam penulisan carpon, Sunda, dengan kata lain, “teu kabeungbeuratan ku pangarang sejen”. Sebuah pencapaian bentuk yang membedakannya dengan penulis Sunda lainnya dalam balutan realis. Padahal, menurut Dadan, Lugiena tergolong pengarang muda di tatar Sunda saat ini.

Selain mengupas Jeruk, Dadan pun menyinggung soal penerbit yang tidak jarang berpikir dua kali untuk menerbitkan buku sastra berbahasa Sunda karena alasan profit. Namun, semangat untuk menerbitkan buku secara Indie dan masif, menjadi poin penting dalam kesusastraan Sunda sendiri saat ini.

Kumpulan carpon Jeruk merupakan kumpulan carpon pertama Lugiena De. Namun, dalam diskusi dan peluncuran buku tersebut, banyak pihak yang menginginkan agar Lugiena De tidak hanya menerbitkan satu buku saja, melainkan mengumpulkan dan menerbitkan carpon-carponnya yang lain dalam bentuk buku lagi. Hal ini dikarenakan masih banyak karya-karya berkualitas Lugiena De yang bisa dibaca khalayak banyak dan utuh dalam sebuah buku.[]

KOMENTAR
Post tags:

Ketua ASAS UPI periode 2016/2017.

You don't have permission to register