“Flat Earth”, Teori Usang yang Janggal?
Saat ini, setiap orang yang senang dengan perkembangan sains atau pun penyuka teori konspirasi pasti sudah tidak asing dengan teori flat earth. Teori flat earth menjadi semacam wacana yang tak bisa diabaikan begitu saja, karena pernah menjadi sebuah trending topic yang cukup viral di dunia maya.
Saat ini, gonjang-ganjing soal teori flat earth sudah tidak sepanas beberapa bulan yang lalu. Namun demikian, penulis masih gatal dan ingin tetap membahas wacana menyentuh teori flat earth ini. Bukan karena penulis ingin tetap menghangatkan wacana ini di dunia maya. Tetapi karena pada kenyataannya masih banyak yang membahas wacana ini di dunia nyata. Selain itu, redaksi buruan.co meminta saya untuk membuat tulisan tentang teori flat earth ini.
Sama halnya dengan dunia maya, di dunia nyata pun dukungan terbagi ke dalam dua keyakinan. Sebagian ada yang membantahnya, sebagian lagi ada yang mempercayainya. Bahkan ada yang secara buta membela teori flat earth ini. Kedua kelompok memiliki pembelaan dengan rasionalitas masing-masing.
Namun demikian sebuah kebenaran ilmiah biasanya tidak akan terbagi kepada dua kutub yang bertentangan. Bila teori flat earth yang benar, maka teori spherical earth yang sudah dianggap fakta hari ini menjadi salah. Begitu juga sebaliknya, jika teori spherical earth yang sudah menjadi fakta hari ini benar, maka teori flat earth yang salah.
Bukan cuma sebagian penggemar sains dan teori konspirasi saja yang meyakini teori flat earth ini. Ada beberapa pemuka agama islam di jazirah arab ataupun di Indonesia yang juga meyakini teori ini sebagai kebenaran. Keyakinan mereka pun dilandaskan pada pemaknaan mereka terhadap beberapa ayat dalam kitab suci Al-quran.
Jika bicara soal keberpihakan, maka penulis sendiri berada di golongan yang tidak sepakat dengan teori flat earth ini. Mengapa tidak sepakat? Karena ada banyak kejanggalan yang muncul jika teori ini merupakan sebuah fakta ilmiah.
Flat earth adalah sebuah konsep atau teori yang menyatakan bahwa bumi itu datar dan cenderung berbentuk cakram (disk), bukan berbentuk bola seperti yang diyakini ilmuwan mainstream hari ini. Teori yang tidak biasa ini dikembangkan oleh sebuah organisasi yang bernama Flat Earth Society, yang sudah berdiri sejak tahun 1956.
Konsep atau teori dari flat earth sendiri sebenarnya sudah ada dalam pikiran umat manusia sejak ribuan tahun lalu. Jauh sebelum hitungan kaleder masehi ada, konsep ini sudah mengemuka di kalangan masyarakat dan agama kuno. Di Mesir, di Mesopotamia atau pun di Yunani, konsep ini telah menjadi bagian dari perdebatan.
Di kalangan pemikir islam klasik pun, perdebatan mengenai bentuk bumi pernah berlangsung sengit. Ada kalangan ulama dan cendikiawan muslim yang berpendapat bahwa bumi itu datar, ada juga yang menentangnya. Perdebatan muncul akibat adanya perbedaan tafsir terhadap beberapa ayat Al-quran yang menyatakan bahwa bumi itu dihamparkan oleh Allah Swt. Oleh karenanya, wajar jika hari ini pun masih ada ulama yang meyakini bahwa bumi itu datar.
Sebenarnya, tidak ada pernyataan yang tersurat di dalam al quran yang menyebutkan bahwa bumi itu datar atau berbentuk bola. Yang ada adalah beberapa ayat yang menyatakan bahwa bumi itu dihamparkan. Karena itulah, muncul perbedaan tafsir di antara para ulama dan cendikiawan.
Tafsir (pendapat) hanyalah sangkaan, bukan fakta. Tiap ulama atau cendikiawan bisa memiliki keyakinan dengan argumennya masing masing. Namun fakta yang sesungguhnya hanya ada di alam, bukan pikiran para penafsir. Jika demikian, untuk mencari kebenaran terhadap bentuk bumi haruslah melalui bukti objektif. Dan bukti ini hanya bisa kita dapatkan melalui pengamatan atau penelitian ilmiah.
Menurut penulis, sejauh ini teori flat earth pun masih berupa sangkaan bukan fakta ilmiah. Pernyataan pernyataan yang disampaikan lebih banyak berupa pendapat dan bantahan ringan tanpa didasari oleh fakta ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan. Justru bantahan dari pendukung bumi bulat (spherical earth) terhadap flat earth jauh lebih memiliki bobot ilmiah.
Ada banyak bantahan terhadap teori flat earth yang berserakan di dunia maya. Namun dari banyaknya bantahan tersebut, penulis hanya akan mengemukakan beberapa bantahan yang menurut penulis sulit dibantah oleh pendukung flat earth. Selain itu, bantahan pun masih berada di wilayah sains umum yang tidak membikin pusing kepala. Berikut ini adalah beberapa bantahan yang sulit dibantah oleh pendukung flat earth dan masih berada di wilayah yang bisa dimengerti umum:
Pertama:
Jika bumi datar seperti sebuah cakram, maka matahari akan pergi menjauh, mengecil dan perlahan menghilang. Akan tetapi, fakta membuktikan bahwa matahari terbit di pagi hari dan tenggelam di sore hari. Ketika terbit, matahari muncul dari bawah dan perlahan naik ke atas. Begitu juga ketika tenggelam, matahari akan bergerak ke bawah hingga tidak lagi terlihat wujudnya.
Jika tidak percaya, coba anda pergi ke pantai yang mengarah ke timur atau ke barat. Jika cuaca cukup cerah, dapat dilihat dengan mata telanjang bahwa matahari perlahan tenggelam ke dalam bumi, bukan menjauh lalu menghilang. Dan hal ini bukanlah ilusi optik karena jarak batas cakrawala yang bisa dilihat, di mana matahari tenggelam hanya beberapa kilometer. Ukuran matahari ketika tenggelam pun masih terlalu besar untuk bisa dikatakan menjauh dari pandangan kita.
Begitu juga jika anda melihat kapal yang menjauhi anda. perlahan badan kapal yang anda lihat akan tenggelam ketika melewati batas cakrawala. Jika bumi datar, lagi-lagi kapal tersebut akan mengecil hingga akhirnya tak bisa dilihat mata telanjang.
Kedua:
Hal lain yang menguatkan fakta bahwa matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat adalah adanya pergerakan cahaya yang menyentuh awan, gunung atau bangunan tinggi. Jika matahari bergerak menjauh, maka cahaya yang menyentuh awan, gunung dan bangunan tinggi akan meredup secara perlahan hingga gelap gulita.
Fakta yang terjadi ternyata tidak seperti itu. Ketika matahari datang di pagi hari, dapat kita amati bahwa cahaya menyentuh tempat-tempat tinggi terlebih dahulu dan perlahan-lahan menerangi bagian bawah dari tempat-tempat tinggi tersebut hingga semuanya bisa tersinari. Begitu juga ketika malam menjelang, cahaya akan lebih dulu meninggalkan tempat-tempat rendah sampai akhirnya tempat-tempat tinggi pun menjadi gelap.
Hal ini dapat kita buktikan dengan mata kepala kita sendiri, tanpa harus menggunakan teori ataupun perangkat saintifik yang modern dan kompleks. Coba anda perhatikan awan di tempat terbuka ketika hari masih pagi atau sudah sore. Perhatikan awan di sekitar anda ketika matahari masih atau sudah tidak terlihat oleh mata kita. Akan terlihat bahwa awan yang berada di bawah tidak terkena sinar matahari sedangkan awan yang tinggi masih terkena sinar matahari. Hal ini tidak akan mungkin terjadi jika matahari tidak terbit dan tenggelam.
Ketiga:
Bagaimana bila bentuk bumi sedikit mengerucut atau sedikit cembung, bukan cakram (disk)? Yang pasti, nama teorinya haruslah ‘cone earth’ atau ‘convex earth’, bukan flat earth. Karena nama yang ideal harus sesuai dengan bentuknya, betulkan?
Nah, jika bumi tidak benar-benar datar akan tetapi sediki kerucut atau cembung dimana kutub utara menjadi puncak tertinggi, permasalahan akan sedikit berbeda. Jika bumi berbentuk kerucut atau cembung, maka matahari masih mungkin untuk tenggelam dan kondisi yang tidak mungkin terjadi pada bumi yang benar-benar datar pun masih bisa terjadi.
Syaratnya adalah bentuk bumi harus benar-benar kerucut atau cembung. Jika bentuk kerucut atau cembung bumi masih mendekati datar, matahari tidak dapat tenggelam, kecuali jarak matahari benar-benar dekat dengan dataran.
Sialnya, jika matahari sangat dekat dengan dataran, seharusnya berbagai penerbangan komersil di dunia akan sering berpapasan dengan matahari. jika pun posisi matahari masih berada di atas pesawat, seharusnya ukuran matahari akan terlihat jauh lebih besar dari ukuran yang terlihat dari dataran. Faktanya, ukuran mataharitidak jauh berbeda antara tempat rendah dan tempat tinggi. Faktanya, hanya pagi hari dan sore hari saja matahari terlihat lebih besar.
Yang jelas, semakin pipih dataran bumi, maka matahari harus semakin dekat dengan bumi, jika ingin terjadi proses terbit dan tenggelam. Dan semakin dekat matahari ke bumi, maka waktu siang akan jauh lebih singkat dari waktu malam hari. Tentu saja ini tidak terjadi, sebab waktu siang dan malam relatif sama.
Bagaimana jika bentuk bumi benar-benar kerucut (cone) atau cembung (convex)? Seperti saya bilang di atas, nama teorinya harus diganti. Bukan lagi flat earth, tetapi cone earth atau convex earth. Dengan demikian, yang namanya flat earth sebenarnya tidak pernah ada.
Keempat:
Fakta lain yang meruntuhkan teori flat earth adalah konstelasi bintang. Flat earther (para pendukung flat earth) menyatakan di kutub utara, apabila kita mengamati bintang-bintang di langit, maka akan kita lihat bahwa bintang-bintang tersebut berputar mengelilingi bumi berlawanan arah jarum jam dengan titik paling utara sebagai pusat dari perputaran ini. Fakta ini kemudian dijadikan sebagai salah satu landasan utama dari teori flat earth.
Akan tetapi, perputaran bintang di langit kutub utara tidak bisa dijadikan sebagai bukti bahwa bumi itu datar. Bintang-bintang akan tetap terlihat berputar jika bumi berbentuk bola sekali pun. Bisa jadi karena bintang- bintang dilangit memang berputar mengelilingi bumi seperti yang diyakini flat earther. Bisa juga karena adanya rotasi bumi pada sumbunya, sehingga seolah-olah matahari yang berputar. Dan di lingkungan saintifik, ini adalah fakta yang tidak dapat dibantah lagi.
Dengan demikian, jelaslah bahwa perputaran bintang di kutub utara tidak bisa dijadikan bukti untuk membenarkan teori flat earth. Sebab jika bumi datar ataupun jika bumi berbentuk bola, bintang di kutub utara bisa terlihat berputar.
Kelima:
Dalam konteks perputaran konstelasi bintang di kutub utara, masih ada persoalan lain yang benar-benar menruntuhkan teori flat earth. Bahkan jika bumi berbentuk kerucut atau cembung pun persoalan berikut akan turut meruntuhkan kedua bentuk bumi tersebut.
Jika berbicara bintang-bintang di langit kutub utara, maka kita harus juga membicarakan konstelasi bintang-bintang di langit kutub selatan. Bagaimana pun juga ada fakta-fakta yang ada di langit selatan tak boleh dikesampingkan begitu saja. Sebab bintang-bintang di langit selatan bisa memberikan bukti yang sebenarnya tentang teori flat earth.
Jika bumi berbentuk datar, seharusnya bintang-bintang di kutub selatan pun akan berputar searah dengan pergerakan bintang-bintang di kutub utara. Selain itu pergerakannya pun akan berbeda dengan pergerakan bintang-bintang di kutub utara. Jika pergerakan di kutub utara bisa terlihat sebagai perputaran penuh dimana di titik paling tengah, terlihat bintang yang diam, maka di kutub selatan seharusnya hanya akan terlihat pergerakan bintang yang setengah melingkar. Ini harus terjadi karena titik putaran ada di kutub utara dan posisi kutub selatan sangat jauh dari pusat putaran yang ada di kutub utara.
Namun fakta ilmiah membuktikan bahwa di kutub selatan pun bintang-bintang berputar seperti perputaran yang terjadi di kutub utara, yaitu perputaran penuh dimana semakin ke titik pusat perputaran bintang terlihat semakin lambat putarannya dan pada akhirnya terlihat diam di titik pusat putaran. Hal ini tidak mungkin terjadi jika bumi berbentuk datar, kerucut atau cembung. Hal ini hanya bisa terjadi jika bumi berbentuk bulat.
Selain itu, arah perputaran bintang-bintang di kutub selatan juga tidak searah dengan perputaran bintang-bintang di kutub utara. Jika arah perputaran di kutub utara adalah berlawanan arah jarum jam, maka perputaran di kutub selatan sebaliknya. Arah perputaran yang bertentangan ini hanya bisa terjadi jika bumi memiliki dua kutub yang saling membelakangi. Dan ini hanya dapat terjadi jika bumi bulat, bukan datar.
Keenam:
Jika di malam hari yang cerah kita menengadah ke langit, kita akan dapat melihat bahwa bintang di langit sangatlah banyak jumlahnya. Komposisi (konstelasi) bintang-bintang pun berbeda antara langit wilayah yang satu dan yang lainnya. Ada yang terlihat berdekatan, ada juga yang berjauhan. Ada yang seperti membentuk segitiga, ada juga bentuk lain. Demikian pula di langit kutub utara, kumpulan bintang yang ada dipastikan akan memiliki komposisi tertentu.
Persoalannya, jika bumi berbentuk datar seperti pendapat para pendukung flat earth, konstelasi (komposis) bintang di langit yang bisa dilihat di belahan bumi utara dan selatan harus lah sama. Jika pun tidak sama persis, setidaknya sebagian besar konstelasi bintang yang terlihat di kutub utara, bisa dilihat dari kutub selatan dan begitu juga sebaliknya. Bahkan, jika kutub utara merupakan puncak tertinggi, bintang-bintang yang ada di kutub selatan seharusnya dapat dilihat dengan jelas.
Faktanya, konstelasi bintang di kutub utara dan kutub selatan sangatlah berbeda. Langit kutub utara dan langit kutub selatan memiliki konstelasi bintangnya masing-masing. Dari kutub utara, konstelasi bintang kutub selatan tak bisa dilihat, dan begitu pula sebaliknya.
Masalah lainnya adalah konstelasi bintang dilangit kutub selatan wilayah tertentu akan berbeda dengan konstelasi bintang dilangit kutub selatan wilayah lainnya. Karena dalam konsep flat earth, kutub selatan adalah sisi terluar dari bumi yang mengelilingi bumi. Nyatanya. Berdasarkan pengamatan para pegiat astronomi, bila dilihat dari kutub selatan bagian mana pun, konstelasi bintang di langit tetaplah sama.
Maka jelaslah bahwa teori flat earth hanyalah sebuah konsep yang tidak memiliki fakta ilmiah. Flat earth hanyalah sebuah teori yang kebenarannya hanya akan muncul di hadapan para pendukung yang meyakininya. Bukan sebuah kebenaran yang terbukti secara ilmiah.
Mungkin hanya sampai di sini saja paparan dari penulis tentang teori flat earth ini. Semoga tulisan ini bisa menjadi pengetahuan tambahan bagi para pembacanya. Pendapat penulis bisa jadi kurang tepat, bisa jadi sangat benar. Karena sesungguhnya, kebenaran sejati hanya milik tuhan pencipta alam, Allah Swt. Namun demikian penulis sangat yakin bahwa bumi yang datar hanya ada dalam konsep belaka, tanpa memiliki fakta yang mendasarinya.
Jika pun pembaca masih bimbang dengan perdebatan soal flat earth ini, apabila gambar-gambar dan video-video yang menguatkan kebenaran bentuk bumi yang bulat hanya dianggap rekayasa CGI, sebagai bentuk kebohongan konspiratif, ada baiknya apabila pembaca melakukan pengamatan secara mandiri, bukan menunggu kabar dari pihak lain. Karena bisa jadi video yang diunggah oleh pendukung teori flat earth ini pun hanya berupa rekayasa konspiratif untuk memundurkan pemikiran manusia. Bentuk tabayun (konfirmasi) dari kebenaran ilmu pengetahuan adalah apabila kita sendiri mengamati dan membuktikannya secara langsung.[]
Sorry, the comment form is closed at this time.
kingkong
tulisan yang jelek dan tidak bermutu. Sepertinya anda pernah pergi ke luar angkasa ya. kencing lurus dulu deh.
ilham
Wow saya juga kencingnya gak lurus. Ajarin dong biar lurus.
ENKI
siiip..
David
Saya percaya bumi itu datar, dan antartica itu luas banget bukan kayak globe, kebohongan universal