Fb. In. Tw.

Mimikri Si Kabayan

Tradisi lisan berupa dongeng di Indonesia begitu kuat dan beragam. Pak Belalang, Si Pandir, serta Si Kabayan. Di Jawa Barat sendiri dongeng Si Kabayan ada dalam berbagai versi. Kabayan sosok orang yang lugu, jujur, serta pemalas lebih dikenal di masyarakat Sunda. Lain dengan versi Banten yang menjadikan tokoh Kabayan menjadi raja yang diagungkan. Hal demikian sebenarnya tidak menjadi persoalan dalam dongeng.

Kemunculan dongeng tidak lepas dari budaya serta letak geografis suatu daerah. Budaya sendiri lahir dari kebiasaan masyarakat yang kemudian menjadi satu pemikiran pada daerah tersebut. Sedangkan letak geografis adalah pesisir dan gunung yang menjadikan kebiasaan kedua daerah tersebut berbeda.

Peluasan dongeng di masyarakat bisa terjadi secara vertikal maupun hotizontal.

Mimikri Si Kabayan      

Menjadi pertanyaan saya kemudian adalah “apakah dongeng di zaman digital ini dapat dipertahankan?” Jawabannya “ya, dapat dipertahankan.” Mimikri yang saya tulis pada judul mengambil dari bahasa biologi yang artinya menyesuaikan diri (mengubah warna) untuk melindungi dirinya, biasanya pada bunglon.

Dongeng dapat bertahan di masyarakat lewat kantung-kantung kebudayaan berupa sukuran, nikahan, ruwatan, serta acara-acara lainnya yang berhubungan dengan kebudayaan setempat. Dongeng ini harus dipertahankan, hal ini adalah kekayaan untuk kesusastraan nusantara khususnya untuk bangsa Indonesia umumnya.

Apa bila bukan dengan kantung-kantung kebudayaan dalam masyarakat, dengan cara apa lagi menyelamatkan dongeng. Universitas serta lembaga-lembaga lainnya tidak menjamin dapat melestarikan dongeng.

Si Kabayan dapat bertahan hidup di masyarakat sekarang karena dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat. Cerita-cerita Si Kabayan dapat diadaptasi bahkan direkacipta. Dalam perekaciptaan dongeng Si Kabayan biasanya tidak menghilangkan ke-khas-an pada karakter Si Kabayan yang kocak.

Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Ikatan Duta Bahasa Jawa Barat melaksanakan lomba Revitalisasi Cerita “Si Kabayan”: Perekaciptaan Dongeng Melalui Budaya Literasi. Sasaran dari lomba yang dilaksanakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat adalah pelajar, mahasiswa, serta umum.

Tujuan dari lomba sendiri lebih pada mempertahankan dongeng Si Kabayan, serta memperkenalkan dongeng Si Kabayan pada masyarakat luas. Kegiatan ini dilaksanakan di Travelo Hotel Bandung, 17 dan 20 November 2016.

Peserta yang mengikuti lomba sebanyak 250. Sedangkan peserta yang masuk 100 besar, naskahnya akan dibukukan serta disebarkan ke sekolah-sekolah se-Indonesia.

Peserta yang masuk 20 besar mendapatkan tropi serta uang pembinaan sebesar satu juta rupiah. Sedangkan 5 besar mendapat tropi serta uang pembinaan sebesar dua juta rupiah. Berikut adalah peserta yang masuk 5 besar:

  1. Cepi Mulya Arisandi (Moka Garut),
  2. Endang Mujiyatiningsih, S.Pd. (Guru SMPN 21 Bandung),
  3. Nurranti Siti Lestari (TBM Sehati),
  4. Nur Islami Arasih Widiawati (Siswa SMPN 36 Bandung), dan
  5. Mutiabella Trisnawati (Mahasiswa Komunikasi Unpas).

Kabayan hidup kembali. Ia menjelma menjadi walikota, pedagang, petani, bahkan presiden dalam cerita-cerita yang ditulis oleh peserta lomba.

Melihat antusiasme para peserta lomba, saya tidak terlalu prihatin terhadap dongeng Si Kabayan. Si Kabayan akan abadi, ia akan selalu menyesuaikan diri dengan zaman. Serta masyarakat selalu berterima dengan kisah-kisah Si Kabayan.

Namun yang menjadi persoalan adalah bagaimana dengan kisah-kisah cerita yang lain seperti “Mundinglaya Dikusumah”, “Ciung Wanara”, dll. Apakah masih dapat dikenal di masyarakat Sunda khususnya, Indonesia pada umumnya.

Kisah seperti “Mundinglaya Dikusumah” juga harus mendapat perhatian dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat untuk diperkenalkan ke masyarakat luas. Baik berupa tulisan maupun pertunjukan. Supaya masyarakat tidak lupa.

Salam.

KOMENTAR

Sekretaris Redaksi buruan.co. Lahir di Majalengka 14 Januari 1986. Kumpulan puisinya yang telah terbit "Lambung Padi" (2013). Pengelola Rumah Baca Taman Sekar Bandung.

You don't have permission to register