Fb. In. Tw.

Menghitung Usia Manusia (Peradaban) Berdasarkan Jumlah Nabi

“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang,” –Bung Karno

Masa lalu memang sudah berlalu, akan tetapi tidak berarti bahwa masa lalu sudah tidak penting lagi. Seperti yang pernah disampaikan oleh Ibnu Khaldun bahwa ketika kita membuka sejarah berarti kita mencari pengetahuan tentang proses-proses berbagai realitas dan sebab-musababnya secara mendalam. Namun pada kenyataannya kita tidak pernah benar-benar belajar dari sejarah. Jangankan untuk belajar, tahu kepastian akan sejarah manusia pun kita tidak (atau setidaknya belum)benar-benar tahu dengan pasti.

Ilmu pengetahuan mainstream menyatakan bahwa  manusia hadir sebagai hasil evolusi yang sangat panjang dimana manusia memiliki leluhur yang sama dengan monyet. Manusia modern yang memiliki kemampuan berpikir komplek seperti manusia hari ini pun dianggap baru muncul dalam kisaran beberapa puluh ribu tahunan. Bahkan, pada sepuluh ribu tahun yang lalu pun manusia dianggap belum memiliki kemampuan untuk beradab dan berbudaya. Manusia dianggap masih memiliki pola hidup yang tidak jauh dari saudaranya yaitu monyet.

Dalam jangka waktu lima puluh tahun terakhir, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju. Rahasia alam yang selama ini tidak bisa dilihat oleh pengetahuan dan teknologi abad ke 18-19 mulai bisa terkuak. Anomali-anomali pengetahuan pun bermunculan, dimana salah satunya adalah sejarah kemanusiaan. Pengetahuan dan teknologi terkini lebih cenderung mengatakan bahwa peradaban dan kebudayaan maju sudah hadir di bumi sejak puluhan ribu bahkan ratusan ribu tahun yang lalu. Sisa peradaban mulai dari mesir hingga amerika latin, memperlihatkan fakta yang berseberangan dengan keyakinan ilmu pengetahuan mainstream yang berkembang pesat di abad 18-19.

Pengetahuan pun mulai terbagi kedalam dua pandangan. Ada yang bertahan dengan asal usul manusia dari pemikir abad ke 18-19, ada yang mulai meninggalkannya dan mencari fakta-fakta baru yang lebih relevan.  Lalu berapa usia manusia sesungguhnya apabila kita menafsirkannya berdasarkan jumlah nabi yang pernah turun ke dunia?

Dari Abi Zar bahwa Rasulullah bersabda ketika ditanya tentang jumlah para nabi, “(Jumlah para nabi itu) adalah seratus dua puluh empat ribu (124.000) nabi.” “Lalu berapa jumlah Rasul di antara mereka?” Dia menjawab, “Tiga ratus dua belas (312)” (Hadits riwayat At-Turmuzy).

Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa jumlah nabi adalah 124.000 orang (sedangkan jumlah rasul adalah 312 orang). Jumlah ini sangatlah banyak, apalagi bila ukuran usia manusia sesuai dengan hitungan ilmu pengetahuan mainstream yang menganggap bahwa manusia yang beradab adalah spesies yang sangat muda yang tidak lebih dari 10 ribu tahunan. Nabi adalah manusia yang diturunkan untuk meluruskan kehidupan yang sudah kacau melalui agama. Sedangkan agama dalam pengetahuan mainstream, dianggap muncul ketika manusia sudah belajar menetap, bercocok tanam  dan berkebudayaan. Namun apakah benar seperti itu?

Jika kita melihat jumlah nabi yang begitu banyak, sangatlah mungkin bahwa usia manusia sudah sangat tua. Bayangkan, jikalah nabi dirata-ratakan turun setiap 100 tahun sekali, maka usia manusia sejak kemunculan nabi Adam sampai nabi Muhammad adalah 124.000 X 100 yaitu 12.400.000 tahun! Namun memang pada kenyataannya nabi turun tidak setiap seratus tahun sekali. Ada yang turun setelah ratusan tahun, ada yang turun setelah generasi nabi sebelumnya, ada juga para nabi yang turun secara bersamaan dalam satu generasi yang sama.

Angka 124.000 adalah angka yang sangat banyak. Jika pun para nabi turun setiap setahun sekali, maka dapat diketahui bahwa umur manusia sejak kehadiran nabi Adam adalah 124 ribu tahun. Dan angka ini benar-benar besar jika dibandingkan dengan sejarah kemanusiaan versi pengetahuan main stream. Dalam pandangan agama (Islam) nabi Adam sebagai bapak dari para manusia dianggap sudah memiliki kemampuan berpikir seperti manusia modern dimana nabi Adam memiliki kapasitas untuk membangun peradaban dan kebudayaan. Sedangkan dalam pandangan mainstream, 124 ribu tahun lalu manusia belum berevolusi menjadi manusia yang memiliki kemampuan seperti itu.

Hitung-hitungan di atas adalah wajar adanya karena jumlah nabi yang sebanyak itu tidak mungkin turun dan hadir di muka bumi dalam jangka waktu yang hanya 3-10 ribu tahunan (semenjak adanya agama dalam hitungan pengetahuan mainstream). Jika manusia di suatu daerah sangat terpisah (terisolasi) dari manusia lainnya, maka masih masuk akal jika dalam hitungan 3-10 ribu tahun hadir ratusan ribu nabi. Tapi ketika pengetahuan dan teknologi manyatakan bahwa di masa lalu pun pernah hadir peradaban maju di mana peradaban global pun pernah hadir, maka bisa diyakini bahwa usia kemanusiaan tidaklah muda.

Orang cerdas akan belajar dari sejarah karena mereka yang tidak mengenal masa lalunya, akan dikutuk untuk mengulangi kesalahan yang terjadi di masa lalu. Janganlah sampai apa yang pernah dikatakan oleh Winston Churchill: “Satu-satunya hal yang kita pelajari dari sejarah adalah bahwa kita tidak benar-benar belajar darinya,” terjadi pada kita karena kita tidak pernah benar-benar tahu sejarah kemanusiaan kita. Jikalah masa lalu kemanusiaan tidak semuda dan seprimitif pengetahuan mainstream sampaikan, maka sudah selayaknya kita memperbaiki cara pandang kita terhadap masa lalu dan masa depan.[]

KOMENTAR

Kontributor tetap buruan.co. Senang mengamati isu-isu sains. Tinggal di Cimahi.

You don't have permission to register