Fb. In. Tw.

Paris, Kota Penyair

Sitor Sitomurang tidak berbohong, dalam puisinya yang berjudul “PARIS-JANVIER” yang ia tulis pada tahun 1953, ia mengatakan bahwa kota Paris di Perancis adalah kotanya para penyair. Hal itu memang benar adanya, masyarakat Paris memang memiliki apresiasi yang sangat tinggi terhadap sastra, hampir seluruh masyarakat Paris memiliki kemampuan menulis yang baik, dan bahkan minat dan keinginan menulis itu muncul dari hasrat tersendiri.

Paris adalah salah satu kota yang romantis di dunia. Bagaimana tidak, jutaan orang di dunia setiap tahunnya menghabiskan waktu romantis di sana. Sepertinya hal itu yang membuat Paris menjadi kota penyair. Paris memang memiliki tempat-tempat yang romantis, dan keromantisan itu bisa saja memunculkan hasrat keinginan masyarakatnya untuk menulis dan memperdalam sastra, khususnya sastra puisi. Terkadang hal yang romantis tidak harus diwujudkan dengan benda, namun bisa juga dengan ucapan sederhana namun mengandung makna. Kebebasan sastra yang membuat si pengucapnya menikmati setiap ucapannya.

Seperti yang kita tahu, Paris dikenal sebagai kota pemilik Menara Eiffel yang setiap malamnya akan menyuguhkan pertunjukkan cahaya dengan lampu bersinar putih yang akan mengantarkan cahayanya ke seluruh daerah di Paris, agar masyarakat Paris dapat melihat pukauan cahayanya.

Paris adalah ibukota Perancis dan merupakan kota yang paling besar juga di sana. Apabila kita berkunjung ke Paris, jangan sampai kita melewatkan tempat yang satu ini, Montmartre, kotanya para seniman Paris. Pablo Picasso, Vincent Van Gogh, Salvador Dali, Claude Monet, dan Pierre-Auguste Renoir juga bertempat tinggal di daerah ini sampai namanya menjadi dikenal oleh dunia.

Di Montmartre ini kita akan benar-benar merasakan kota Paris yang sesungguhnya. Udara dan tempatnya sudah menyatu, kita akan melihat pesona bangunan-bangunan unik yang klasik sepanjang jalan. Jalanan yang sempit ditambah dengan jalanan batu yang berliku dan terkadang menanjak, itu yang akan membuat kita betah di Paris. Juga adanya pertunjukan oleh pementas jalanan akan menambah keasyikan perjalanan kita di Montmartre.

Lagi-lagi apa yang diucapkan oleh Sitor Sitomurang benar, dalam puisinya di baris pertama ia menulis “Di udara yang dingin mengaum sejarah”, masih dalam udara yang sama itu, kita akan melihat bangunan rumah zaman dahulu dengan dinding yang dipenuhi dengan lumut dan jenis tamanan rambat yang lainnya yang akan menambah nuansa sejarah di kawasan itu.

Meskipun kawasan Montmarte terlihat begitu kuno, tidak memiliki warna yang mengandung kemegahan, namun sesungguhnya bagi masyarakat Paris, Montmartre adalah kawasan yang penuh dengan warna. Karena disana adalah tempat tersimpannya sejarah kota mereka, sejarah yang tidak akan pernah mereka lupakan, sejarah yang akan membuat mereka dikenal oleh dunia. Pada puisi yang sama di baris kedua, Sitor Sitomurang menulis “… Bening seperti es membatu di hati”, sejarah kota Paris dibalut dengan udaranya yang berciri khas dingin, akan tetap mereka simpan dalam hati mereka sampai membatu dengan sebening-beningnya, sebenar-sebenarnya, tidak akan mereka kurangkan. Juga tidak akan mereka tambahkan kelebihan yang tidak berarti.

Sastra di setiap negara menunjukkan kehidupan masyarakat di negara itu sendiri dan Paris adalah pemilik sastra yang baik. Itu artinya Paris adalah negara yang memiliki kehidupan yang baik, baik dari segi keadaan sosial dan ekonominya maupun dari segi keadaan politiknya.

 

Tentang Penulis
Nuraeni Erina Aswari. Lahir di Purwakarta, 27 Januari 1998. Bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan jurusan Akuntansi, Purwakarta.

KOMENTAR
Post tags:

Media untuk Berbagi Kajian dan Apresiasi.

You don't have permission to register