Fb. In. Tw.

Puisi Ginanjar Rahadian

Troya: Sebuah Prolog

Tiga ribu tahun yang lalu
sebuah benteng berjaga
seperti kukuh tebing
menantang matahari
juga Yunani yang iri.

Di alun-alun
seperti sesak angkasa
oleh sorak
lengking lonceng
dan suka cita
orang-orang memenggal bunga
entah untuk apa.

Waktu itu, langit kuning telur.

Di istana
sebuah takdir tengah dipintal
ruang penuh suara
antara para pemimpi dan yang terjaga
bahkan sepasang patung dewa
berdebat tentang utopia:
Pakta Troya.

Seorang gadis, peramal itu
dengan takdir merah
dalam mimpinya:
seekor kuda melompat
ke arah dada seorang pemuda
yang menggenggam takdir Troya
dan suara riuh badai
melumat langit, jerit kuda
dan orang-orang yang sekarat.

O, Athena yang Agung, azab apa
yang akan menimpa kami!

Tetapi Pemuda itu
yang lebih mencintai Aphrodite
dari siapapun telah menjumudkan
kehendaknya: Tanah Sparta.

O, Athena yang cemburu, jangan Kau
lepaskan murka kuda-Mu kepada kami.

Mungkin tak bisa lain
apa yang mesti terjadi,
takdir hitam itu
tak bisa diubah.

Bahkan dengan darah.

2015

biodata-ginanjar

 

KOMENTAR

Rubrik Puisi Senin & Kamis buruan.co.

Comments
  • semoga puisi ini tidak berhenti di situ. terus dikoreksi, terus hidup, terus mengalir. pertanyaannya, cukupkah menulis puisi sebatas memindahkan peristiwa atau suasana kesejarahan sesuatu? mestilah kita koreksi lagi dan berupaya melakukan kristalisasi atau ambil sudut pandang lain dalam penggambarannya, bisa juga sebaliknya untuk menghancurkan kesejarahan si sesuatu itu,

    24 Agustus 2015

Sorry, the comment form is closed at this time.

You don't have permission to register