Nyiar Lumar Adalah Hajat Rakyat
Nyiar Lumar dilaksanakan di Kompleks Astana Gede, Kawali, Ciamis, Jawa Barat, dan telah berlangsung sejak tahun 1998, tak pernah kehilangan ruhnya. Hajat dua tahunan ini selalu mampu menarik minat masyarakat untuk menyaksikan secara langsung.
Saya dan teman-teman dari Bandung rela meninggalkan kesibukan untuk hadir di Nyiar Lumar. Beragam kesenian yang disajikan tentu saja adalah daya tarik tersendiri dari hajat rakyat yang digelar secara swadaya ini.
Penyelenggaraan Nyiar Lumar pada hari Sabtu, 11 Oktober 2014, berlangsung sangat meriah, meski alur acara agak terhambat oleh terlambatnya kedatangan pejabat yang didaulat untuk membuka acara di Lapangan Kecamatan Kawali.
Walau acara jadi terlambat dimulai, antusiasme warga untuk menyaksikan Nyiar Lumar tidak surut. Warga yang sudah bergerombol sejak sebelum acara dimulai, tidak beranjak meninggalkan tempat. Saya sendiri memantau secara langsung di lapangan sepakbola di depan Astana Gede, dan panggung-panggung di dalam Astana Gede.
Selepas maghrib, warga sudah berkumpul menantikan acara yang dilangsungkan di lapangan yang sudah disulap menjadi arena pertunjukan. Menurut jadwal, acara di lapangan akan dimulai kira-kira setengah delapan malam. Mereka pun dengan sabar menanti di bawah sisa-sisa bulan purnama yang tertutup awan tebal.
Mendekati jadwal acara, pertunjukan belum juga dimulai. Bahkan hingga lewat jam sembilan malam, pertunjukan belum juga dimulai. Namun, warga tidak juga beranjak. Mereka masih setia menantikan pertunjukan di lapangan yang dihiasai obor minyak itu.
Menjelang jam sebelas malam, kembang api tampak berhamburan di langit sebelah utara dari areal Astana Gede. Kembang Api dari Lapangan Kecamatan Kawali itu menjadi tanda Nyiar Lumar telah dibuka. Warga yang berkumpul di lapangan tampak sumringah. Pertunjukan di sana akan segera dimulai. Di langit sisa bulan purnama pun tampak bercahaya.
Tidak lama dari tanda yang disampaikan kembang api itu, iring-iringan konvoi dari lapangan Kecamatan Kawali sampai di lapangan. Iring-iringan itu dipimpin oleh bebegig-bebegig Sukamantri.
Di lapangan itu beragam pertunjukan pun ditampilkan. Acara di lapangan didominasi oleh pertunjukan musik dari warga di sekitar kecamatan Kawali.
Selesai pertunjukan di lapangan, warga digiring untuk menyaksikan pertunjukan yang disajikan di dalam kompleks Astana Gede. Dari panggung ke panggung mereka tak kehilangan kegembiraan menyaksikan setiap pertunjukan yang disajikan para seniman yang terlibat dalam Nyiar Lumar. Di panggung-panggung itu ada beberapa pertunjukan teater, salahsatunya adalah teater “Sejarah Kawali”, lalu bangreng, dan pembacaan fiksimini Basa Sunda.
Nyiar Lumar yang berlangsung hingga matahari hampir menerangi bumi di sekitar kompleks Astana Gede itu ditutup oleh Ronggeng Gunung Bi Raspi. Ronggeng yang dinanti-nanti ini mampu memuaskan warga dan para pengunjung Nyiar Lumar yang hadir dari berbagai kota.
Hajat rakyat ini pun berakhir setelah ngaronggeng sambil memutari api unggun yang menghangatkan pagi di Kawali.
Sampai jumpa di Nyiar Lumar selanjutnya.[]
Sumber foto: M Romyan Fauzan
Sorry, the comment form is closed at this time.
ihung
ini kali ke tiga kami ke nyiar lumar. banyak yang hilang dan bertambah. untuk yang belum, boleh diagendakan.