Cianjuran Fest 2015, Hajatan Hasil Swadaya Masyarakat
Sore itu (Minggu, 12/7/2015), Taman Joglo Cianjur dipadati ribuan orang. Ruang publik di pusat kota itu sontak bergairah dengan adanya kegiatan Cianjuran Fest 2015. Hiruk pikuk kreatifitas tumpah di sana. Hanya menyebut beberapa saja: ada atraksi skateboard dan sepeda, pameran cosplay, happening arts, tari, musik dan puisi.
Di acara itu, ada tiga ruang yang disediakan untuk menampung aneka ekspresi dari puluhan komunitas di Cianjur. Ada stage ngaos, stage mamaos dan stage maenpo. Penamaan ruang tersebut secara harfiah menyuratkan adanya pembauran antara kreasi modern dan tradisi. Meskipun didominasi pertunjukan modern, nuansa tradisi tidak serta merta sepenuhnya hilang.
Pertunjukan tari kontemporer yang dimainkan Wina Rezky Agustina mencoba mengartikulasikan benturan tubuh lokalitas dengan situasi kekinian. Dingkul awi (salahsatu perabotan dapur) dimainkan secara ekspresif oleh tubuhnya. Dingkul awi sesekali digenggam, diangkat, dijatuhkan, diinjak, dimasukan ke kepala, diduduki lalu tubuhnya rubuh tak berdaya. Rangkaian koreografi tersebut dengan lembut membangun narasi peristiwa simbolik.
Di pertunjukan yang lain, musisi muda Ega & My Imajination juga menawarkan nuansa tradisi. Mereka memodifikasi lagu-lagu kaulinan budak leutik (permainan tradisional) dengan instrumen dan musikalitas modern, di antaranya: Punten, Ayang-ayanggung, dan Bangbang Kalima Gobang. Sesekali Ega, sang vokalis, mengajak penonton bernyanyi. Walau terkadang sebagian pentonton tampak asing dengan lirik lagu yang dinyanyikan, namun mereka tetap bertahan menikmati musik yang disajikan.
Dari dua pertunjukan di atas, Cianjuran Fest 2015 memang tidak diarahkan pada suatu momen tertentu. Momen tradisi dan modern tidak dipandang dikotomis. Keduanya saling bersinergi. Lagipula, tradisi dengan sifatnya yang dinamis, tidak melulu mengawetkan dirinya. Tradisi senantiasa berubah menyesuaikan perkembangan zamannya. Cianjuran Fest 2015 telah mengharmoniskan momen tradisi dan modern menjadi suatu perayaan bersama sehingga bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat; lintas usia, profesi, budaya, ras dan agama.
Cianjuran Fest 2015 merupakan hajatan tahunan masyarakat Cianjur. Hajatan rakyat ini berupaya merefleksikan situasi kekinian serta pembaharuan atas kondisi Cianjur yang semakin kompleks. Sesuai dengan tema yang diangkatnya, “Sabilulungan Ngaraksa Lembur”. Sebuah spirit untuk mengajak masyarakat agar bersama-sama menjaga kampungnya sendiri.
Cianjuran Fest 2015 merupakan rangkaian kegiatan yang panjang. Berlangsung dari bulan Juli hingga September. Selain pentas seni dan budaya, digelar juga diskusi sejarah ihwal Cianjur bersama Hendi Jo, penulis sejarah asal Cianjur.
Menariknya, kegiatan ini diselenggarakan berkat swadaya masyarakat. Kemandirian ini patut diapresiasi, terutama ditujukan pada Cianjur Creative Forum (CCF) sebagai penggagas kegiatan ini. Dengan cara-cara kreatif, masyarakat diajak terlibat untuk menyumbang secara sukarela. Ketika peran pemerintah absen dalam peristiwa budaya ini, CCF telah berhasil merangkul banyak masyarakat serta komunitas kreatif yang ada di Cianjur.
Rintangan klasik yakni persoalan dana bukanlah alasan untuk berdiam diri. Semangat itu pula yang diusung panitia penyelenggara. Tidak sia-sia, tanpa dukungan dana dari pemerintah, acara berlangsung meriah. Gelaran ini pun turut menyemarakkan hari jadi Kabupaten Cianjur ke-338.
Sesaat menjelang buka puasa, pembacaan puisi oleh Faisal Syahreza menutup acara di hari itu dengan khidmat. Diiringi petikan gitar, ia membaca “Partitur Hujan” karyanya sendiri. Setidaknya larik berikut mewakili kerinduan pada momen pertemuan berikutnya.
ketika segalanya, menjadi kesenyapan yang tak bisa lagi
ditawar. jalan-jalan atau bahkan gedung-gedung terasa menjauh,
sedangkan aku sendirian kedinginan menggigil, aku ingin
mengucapkan cinta pada api, pada cahaya dan pada apapun
yang mampu mencairkan kehendakku.
Hajatan telah berlangsung. Masyarakat intim berkumpul. Mereka telah menunjukan kecintaan pada kotanya sendiri. Mereka bergembira sambil berefleksi lewat sajian seni, Mereka berpesta sambil dibarengi acara diskusi agar tetap mawas diri. Mereka bersenang-senang, tentu dengan hasil kreasinya sendiri. Dan yang perlu dicatat, kegiatan ini terselenggara atas inisiatif masyarakat Cianjur sendiri. Dirgahayu Cianjur! []