Pelita dalam Gulita
Suasana riuh seperti ini terjadi pada Jumat sore selepas magrib sampai jam delapan malam. Kantin D1, kantin yang berada di salahsatu gedung di lingkungan kampus Universitas Mae Fah Luang, Chiang Rai, Thailand, menjadi tempat bercengkerama para mahasiswa Muslim se-universitas pada waktu itu.
Berkumpulnya mahasiswa-mahasiswa Muslim pada jam tersebut di kantin D1 terjadi atas prakarsa Bang Ucup, satu-satunya pemilik warung halal di kantin tersebut. Beberapa hari sebelumnya Bang Ucup memang sudah mewartakan kepada para mahasiswa bahwa pada Jumat sore, 10 Oktober 2014, dia akan menjamu mereka dengan makan malam.
Jamuan yang dihidangkan Bang Ucup luar biasa melimpah. Mulai dari oseng daging, sup daging, dan dadar telur yang disajikan di setiap meja dengan persediaan nasi yang tak seperti akan habis disantap para mahasiswa. Kurang-lebih sepuluh mejadi penuh tiga sajian masakan Bang Ucup dan dikerubuti para mahasiswa.
Para mahasiswa yang sebagian besar adalah anak rantau, tentu saja gembira dengan undangan makan tersebut. Mereka bisa makan enak dan gratis pula, maka sempurnalah hari itu bagi para mahasiswa rantau.
Menurut Faisal, mahasiswa S2 asal Jambi, kebaikan yang dilakukan Bang Ucup masih dalam rangkaian perayaan Idul Adha. Saya sendiri bisa mengalami kebaikan Bang Ucup karena diajak para mahasiswa Indonesia untuk datang ke D1.
Sebelumnya, pada hari Senin sebelumnya, saya juga menikmati hidangan gratis dari Bang Ocha yang merupakan pemilik warung halal di depan kampus ketika hendak makan tom yum di warungnya. Rupanya semua warung halal pada hari itu tidak berjualan dan sebagian warung menyediakan makan gratis kepada setiap pengunjung yang datang.
Masih menurut Faisal, seluruh Muslim di seluruh dunia pasti melakukan hal yang sama pada saat perayaan Idul Adha.
Di Indonesia mungkin tidak terlalu kentara dan tidak terlalu terasa, karena penduduknya mayoritas muslim. Di hamper setiap rumah pasti berlimpah dengan daging, setidaknya beberapa hari setelah ritual kurban dilaksanakan.
Pernyataan Faisal tersebut mampu membuat saya merenung tentang kebaikandan rasa untuk berbagi yang seolah tidak kentara dan tidak terasa di dalam kerumunan.
Mengenai persoalan itu saya jadi ingat pelita yang member cahaya di kegelapan, sedikit tetapi berarti.[]
Sumber foto: Yussak Anugrah