“Melihat Api Bekerja” Lebih Awal
Obrolan dengan M Aan Mansyur
M Aan Mansyur, penyair kelahiran Bone, 14 Januari, yang sekarang menetap di Makassar, Sulawesi Selatan, ini akan meluncurkan buku kumpulan puisi teranyarnya. Buku dengan judul Melihat Api Bekerja itu akan segera diedarkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU). Pembaca buruan.co memiliki kesempatan lebih awal mengetahui cerita tentang buku ini.
Kesempatan ini diberikan secara ekslusif oleh sang penyair hanya kepada dua web-magz, yaitu buruan.co (dikelola di Bandung) dan revi.us (dikelola kawan-kawan di Makassar). Tentu saja kesempatan yang tidak mungkin dilewatkan. Menjadi pembaca pertama karya salah satu penyair yang berada di deretan terdepan, baik dari segi produktivitas berkarya maupun pencapaian estetika, adalah kebahagian bagi kami.
Untuk Melihat Api Bekerja lebih awal karya M Aan Mansyur, Yopi Setia Umbara dari buruan.co mengajak ngobrol kembali sang penyair via email. Mendekatkan jarak Bandung-Makassar dan pembaca buruan.co di mana pun berada melalui kumpulan puisinya yang akan terbit.
Mari kita simak obrolannya berikut ini,
Buruan.co
Aan, pertama-tama kami ucapkan selamat atas terbitnya Melihat Api Bekerja. Kami juga menyambut dengan gembira kepercayaan Aan kepada kami untuk menjadi pembaca pertama karya Aan paling anyar ini. Kita ngobrol-ngobrol sedikit ya, mengenai proses buku ini.
Pertama kali membuka-buka buku Melihat Api Bekerja, adalah ilustrasinya yang sangat mencolok. Soal ilustrasi ini, inisiatif Aan atau dari pihak GPU?
M Aan Mansyur
Sejak awal, saya membayangkan Melihat Api Bekerja disertai dengan ilustrasi dan, syukurnya, pihak penerbit juga memikirkan hal serupa. Pertama, karena buku ini hanya berisi 54 judul sajak. Kedua, saya ingin buku puisi saya dibaca oleh lebih banyak kalangan, bukan hanya orang yang selama ini memang suka membaca puisi. Ketiga, dan ini hal yang penting, saya senang mengerjakan proyek seni kolaborasi semacam ini.
Ketika penyunting bertanya siapa perupa yang akan dilibatkan, saya langsung menyebut nama Emte. Saya menyukai karya-karyanya. Saya sendiri belum pernah bertemu dengan Emte. Saya mengenal karya-karyanya melalui Facebook dan Instagram.
Buruan.co
Melihat ilustrasi buku ini yang demikian impresif, sepertinya Muhammad Taufiq alias Emte, sang ilustrator, sangat intens sekali mengerjakannya. Boleh ceritakan mengenai prosesnya? Apakah Emte menginterpretasikan sendiri setiap puisi Aan menjadi karya ilustrasinya, atau ada proses diskusi dengan Aan?
M Aan Mansyur
Sebelum proyek buku puisi ini, sampul buku saya, Kukila, yang terbit pada 2012 juga dikerjakan oleh Emte. Dia memang kerap mengerjakan desain sampul buku-buku Gramedia. Tapi, seperti saya bilang sebelumnya, saya sama sekali tidak mengenal Emte. Maka, penyunting saya, Siska Yuanita, memperkenalkannya kepada saya.
Saya meminta Emte membaca manuskrip Melihat Api Bekerja. Kecuali sampul, kami tidak ada proses diskusi sama sekali. Saya membiarkan Emte menuangkan sendiri hasil pembacaannya atas puisi-puisi saya. Dan, saya sangat puas melihat hasilnya. Saya menemukan kejutan dan banyak hal yang berbeda dari bayangan saya sebelumnya.
Emte mengerjakan ilustrasi untuk buku ini cukup lama. Buku ini, andai mengikuti jadwal awal, harusnya sudah terbit sejak tahun lalu. Tapi, Emte sungguh serius mengerjakan desainnya hingga hampir setahun. Dan, saya tidak ingin meminta dia tergesa-gesa melakukannya.
Buruan.co
Itu cerita dari Aan soal ilustrasi di bukunya. Coba nanti kita kroscek langsung ke ilustratornya. Boleh kan, Aan? Hehe.
M Aan Mansyur
Tentu saja. Saya juga ingin sekali mengetahui perspektif Emte lebih jauh mengenai hal ini.
Buruan.co
Eh, denger-denger Emte sama Aan ada garapan bareng selain Melihat Api Bekerja ini ya? Garapan apa tuh? Bocorin sedikit dong. Hehe.
M Aan Mansyur
Sewaktu proses buku ini kami kerjakan, saya dan Emte ternyata memikirkan satu hal yang sama. Kami ingin bertemu. Hehehe. Maka, kami berpikir untuk membuat pameran ilustrasi buku ini. Melihat Api Bekerja akan diluncurkan pada 15 April nanti di acara pembukaan pameran ilustrasi karya Emte. Pengunjung akan melihat seperti apa lukisan-lukisan Emte berdialog dengan puisi-puisi saya. Jadi, intinya, buku puisi saya akan nebeng di acara Emte.
Sebagai bocoran, bayangkan saja ada sejumlah lukisan terpajang di galeri menggunakan judul dan catatan kaki berupa kutipan-kutipan puisi. Tentu saja, pameran ini dibaca dan diberi catatan oleh orang-orang yang paham seni rupa. Di titik ini, saya senang melihat puisi saya memasuki dunia yang berbeda dengan yang terjadi di buku.
Buruan.co
Nah, sekarang baru kita ngobrol tentang puisinya. Pemilihan puisi untuk buku ini bagaimana? Apakah ada pertimbangan mengutamakan karya yang pernah dimuat di media massa, atau dipilih berdasarkan tema, bentuk, gaya ucap yang ingin Aan usung di buku ini?
M Aan Mansyur
Sebagian sajak di buku ini saya tulis bahkan sebelum beberapa buku terdahulu saya terbit. Pertimbangannya, tentu saja, bukan soal pernah atau tidaknya dimuat di media massa. Di buku ini sejumlah puisi bahkan mungkin terlalu panjang untuk dimuat di koran. Pemilihan sajak-sajak di buku ini lebih atas kesamaan tema dan cara bertutur. Seperti biasa, begitulah saya memperlakukan buku-buku puisi saya. Buku ini memang sebuah proyek yang sudah saya bayangkan sejak lama.
Buruan.co
Selama proses penerbitan buku ini, menemui kendala atau lancar-lancar sajakah?
M Aan Mansyur
Sebetulnya lancar-lancar saja. Satu-satunya kendala adalah saya tidak pernah merasa berhasil menyelesaikan satu puisi pun. Dan, selalu begitu. Berkali-kali dalam proses menunggu Emte menyelesaikan desainnya, saya juga terus saja menulis ulang puisi-puisi di buku ini. Kadang saya berpikir bahwa satu-satunya yang menandakan bahwa puisi-puisi di buku ini bisa disebut kelar adalah karena sudah berbentuk buku.
Buruan.co
Apa yang paling membahagiakan bagi Aan dengan selesainya proses penerbitan buku ini?
M Aan Mansyur
Menulis dan menerbitkan puisi, bagi saya, tidak pernah menjadi pekerjaan yang membahagiakan. Puisi-puisi saya di buku ini sebetulnya sedang dalam perjalanan yang berat—dan saya sedih memikirkan hal itu. Puisi-puisi di buku Melihat Api Bekerja penuh berisi kemarahan—meskipun, bisa juga terbaca sebagai keramahan—dan hal-hal lain yang dengan sengaja saya maksudkan untuk mengusik pikiran dan kebahagiaan pembaca.
Jika ada hal yang membahagiakan dalam proses penerbitan Melihat Api Bekerja, lebih berurusan dengan kesempatan saya bekerja secara kolaboratif dengan Emte. Selebihnya, tentu saja, hal yang akan membuat saya berbahagia ketika pada akhirnya saya bisa belajar banyak dari pertemuan puisi-puisi saya dengan pembacanya nanti.
Buruan.co
Aan, cukup dulu ya. Kalau segala tentang buku ini kami tanyakan, nanti pembaca gak penasaran lagi deh. Sebenarnya masih banyak yang ingin ditanyakan ni. Hehe
Eh, hampir lupa. Melihat Api Bekerja sebentar lagi diedarkan GPU, harganya berapa, Aan?
M Aan Mansyur
Wah, saya bahkan belum sempat bertanya nih kepada penerbit berapa harganya. Haha!
Itulah sedikit obrolan buruan.co dengan M Aan Mansyur mengenai buku teranyarnya yang akan segera beredar. Sengaja obrolan dan bocoran tampilan bukunya gak banyak-banyak, supaya pembaca penasaran.[]
Semua llustrasi pada obrolan ini adalah karya Emte, buruan.co hanya merepro sesuai kebutuhan publikasi saja.
Sorry, the comment form is closed at this time.
Ekohm Abiyasa
Wah, pasti menarik! Puisi dengan ilustrasi.