Oscar: Puncak Aktor
Hajatan Academy Award atau lebih akrab disebut “Oscar” yang digelar saban tahun di Amerika sana selalu mendapat perhatian saya. Mengapa bisa begitu? Karena hanya hajatan itulah yang digelar secara besar-besaran hingga gaungnya terpaksa saya dengar dan akhirnya mendapat perhatian saya.
Agak berlebihan memang pendapat itu. Tapi apa mau dikata bila berbagai ulasan tentang film-film produksi Hollywood berseliweran di berbagai media, mau tidak mau saya tergoda untuk mencari dan menonton filmnya, dengan berbagai cara.
Untuk hajatan Oscar tahun ini, para pemenang sudah ditentukan, dan saya sudah manggut beberapa kali atas keputusan dewan juri dalam hajatan tersebut. Intinya saya sepakat dengan keputusan mereka, khususnya untuk kategori aktor terbaik, karena saya sudah menonton aksi kelima nominator dalam film-film di mana mereka beradu tahun ini.
Dengan alasan tersebut, saya akan mengulas secara umum dari perspektif saya tentang perjalanan kreatif kelima aktor terbaik pada hajat Oscar tahun ini. Mereka adalah Michael Keaton, Steve Carrel, Bradley Cooper, Benedict Cumberbatch, dan Eddie Redvayne. Berikut adalah ulasan saya untuk mereka.
Michael Keaton
Aktor yang terlahir dengan nama Michael John Douglas pada 5 September 1951 ini adalah seorang aktor, produser, sutradara, dan komedian berkebangsaan Amerika Serikat. Saya pribadi lebih mengenal dia sebagai seorang aktor komedi, dan saya sudah lupa di film apa saja dia pernah bermain.
Tapi ada dua film yang saya ingat ketika dia berperan sebagai Bruce Wayne dalam Batman dan Batman Returns (1989 dan 1992). Dalam kedua film tersebut, sambutan masyarakat untuk peran dia kurang baik, dan itu dia amini tanpa banyak menggugat karena bagi dia hal itu memang tidak penting. Dia terus melaju dengan film lain yang kebanyakan bergenre komedi, dan Michael cukup sukses di sana.
Mungkin karena kenyataan bahwa dia pernah menjadi Batman pada akhir 80-an dan awal 90-an, maka dia dipilih untuk memerankan Riggan Thomson, seorang aktor yang pernah terkenal sebagai “pahlawan bertopeng” Birdman dan berusaha untuk menapaki karir sebagai aktor panggung di New York.
Latar belakang karir peran sebagai Birdman dan dunia baru bernama teater ternyata menjadi beban bagi Riggan yang dalam garapan tersebut berperan sebagai sutradara merangkap aktor. Belum lagi ditambah keruwetan dengan aktor pengganti yang bengalnya minta ampun, anak perempuan yang baru keluar dari panti rehabilitasi, pacar yang juga aktris dalam garapan tersebut hamil, ongkos produksi yang membengkak, kritikus yang menganggap remeh, membuat lengkap tekanan dan beban yang harus dia tanggung.
Hal itu yang membuat dia kadang berbicara dengan dirinya sendiri. Di sinilah menariknya akting Michael Keaton, dia berhasil membuat saya percaya kalau dia sebenarnya memang punya kekuatan super sang pahlawan Birdman, walau akhirnya di tengah cerita saya dikacaukan oleh kenyataan bahwa itu sebenarnya hanya khayalan dia saja.
Michael berhasil memerankan karakter lelaki paruh usia yang sedang di persimpangan karier dan hidup, dan berusaha keras untuk membuktikan bahwa dia belum habis dan bisa melakukan hal lebih serius daripada menjadi seorang tokoh dibalik kostum pahlawan yang konyol.
Bagi saya, Michael Keaton berhasil memainkan karakter Riggan sehingga membuat saya teringat pada Vasili, seorang aktor tua dalam naskah Nyanyian Angsa karya Anton Chekov.
Dalam ruang dan waktu yang berbeda, dua karakter tersebut pernah mengalami masa jaya di masa muda tetapi mengalami kegetiran di usia lanjut. Tak berlebihan rasanya dalam ajang Golden Globe Award dia menyabet aktor terbaik untuk kategori musikal atau komedi, soal dia kalah bersaing dalam ajang Oscar rasanya itu tidak terlalu penting.
Steven John Carell
Steve Carell dilahirkan pada 16 Agustus 1962 di Concord, Massachusetts. Dunia mengenal dia sebagai aktor, komedian, sutradara, produser, dan penulis.
Film yang saya ingat sebagian besar adalah film bergenre komedi, seperti Evan Almighty, The 40- Year- Old Virgin, dan sebagai pengisi suara dalam dua seri animasi Despicable Me. Mengingat perannya yang sebagian besar mengandalkan gimmick dan slapstick, rasanya saya tidak percaya kalau dia yang berperan sebagai John Eleuthère du Pont, seorang miliuner yang punya kelainan psikologis dan akhirnya melakukan pembunuhan karena merasa tidak dianggap oleh keluarga dan orang di dekatnya.
Foxcatcher adalah film yang telah menarik Steve keluar dari zona nyamannya sebagai komedian. Dalam film tersebut, Steve berhasil memainkan karakter John Eleuthère du Pont yang kaya, memiliki segalanya, namun tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimilikinya dan selalu menuntut pengakuan dari lingkungan sekitarnya.
Akhir cerita dari film ini berakhir tragis, dia membunuh, masuk penjara, dan mati di penjara. Untuk perannya dalam film ini, Steve Carell memang layak dinominasikan menjadi aktor terbaik dalam ajang Academy Award, walau dia sendiri mungkin sadar bahwa dia tidak akan membawa pulang piala tersebut.
Bradley Cooper
Aktor bernama lengkap Bradley Charles Cooper ini dilahirkan pada 5 Januari 1975 di Philadelphia, Pennsylvania. Sebagai aktor, namanya melejit dalam serial Hangover, The A Team, He’s Just Not That Into You, Limitless, Silver Linings Playbook, American Hustle, dan American Sniper. Tiga film terakhirnya itulah yang selalu mengantarkan dia sebagai nominasi aktor terbaik selama tiga tahun berturut-turut.
Bagi saya, Bradley Cooper adalah contoh aktor ambisius. Sepak terjang dan kegigihan dia jelas terlihat setelah Silver Linings Playbook. Perannya dalam American Hustle tidak bisa dianggap enteng untuk ukuran aktor yang dalam Hangover atau The A Team hanya bisa cengegesan, berteriak dan mengumpat. Transformasi itu sebenarnya sudah terlihat sejak dia bermain dalam Limitless, disusul dengan peran dia sebagai lelaki yang diselingkuhi istrinya hingga akhirnya mengalami ketidakstabilan mental dalam Silver Linings Playbook, dihajar lagi dengan peran menjadi agen manipulatif dalam American Hustle.
Tidak cukup dengan itu, dia membeli hak atas buku otobiografi Chris Kyle untuk memfilmkan mantan penembak jitu Navy SEAL itu. Awalnya dia hanya merencanakan sebagai produser dan bermain dalam film tersebut, tetapi tidak sebagai pemeran utama. Peran utama, yaitu Chris Kyle semula akan diberikan kepada Chris Pratt, tetapi pihak Warner Bross rupanya lebih menginginkan Cooper sebagai Chris Kyle. Jadilah film tersebut Cooper produksi dan Cooper bintangi.
Film ini mencoba untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya rasa dan keperdulian terhadap sesama, bangsa serta negara. Sisi lain juga untuk mengangkat citra seorang tentara yang pada hakikatnya adalah manusia biasa yang mempunyai rasa ragu dan takut. Drama dalam film ini serta bagaimana Cooper memerankan karakter Chris dengan baik membuat film ini bukan sekadar film propaganda, tetapi film tentang manusia yang harus menentukan sikap dan bertindak demi dirinya, keluarganya, dan juga negaranya.
Kerja keras Cooper dalam film ini memang layak diganjar dengan nominasi aktor terbaik dan produser terbaik dalam hajat Oscar tahun ini, tetapi rupanya penghargaan tertinggi yang bisa dia raih untuk saat ini sepertinya cukup sampai nominasi saja, tidak sampai menggenggam piala. Belum waktunya.
Benedict Timothy Carlton Cumberbatch
Aktor yang lahir pada 19 Juli 1976 di London ini lebih populer dipanggil Benedict Cumberbatch, mungkin karena namanya terlalu panjang sehingga dia perlu memendekkan nama tersebut agar sedikit praktis ketika disapa atau dipanggil.
Aktor ini pertama kali memikat saya dalam serial TV Sherlock. Dalam serial tersebut, dia memerankan karakter Sherlock Holmes abad 21 dengan gadget iPhone yang tidak pernah lepas dari tangannya saat dia memecahkan sebuah kasus. Untuk perannya tersebut, dia mendapatkan beberapa penghargaan di Inggris dan Amerika.
Melalui serial Sherlock pula ingatan saya diputar pada Atonement dan Amazing Grace. Di dua film itu ternyata dia pernah berkontribusi, hanya waktu itu saya belum ngeh. Lalu setelah itu dia mulai saya hafal di sejumlah film seperti 12 Years a Slave, August: Osage County, dan tentu saja dalam The Imitation Game.
Dalam 12 Years a Slave dia berperan sebagai tuan tanah yang memperlakukan budaknya dengan baik, namun lingkungan dan kondisi pada saat itu tidak memungkinkan dia untuk berbuat banyak bagi para budaknya. Konflik batin sebagai seseorang yang punya kuasa tetapi tidak berdaya karena lingkungan dan kondisinya cukup membantu kesuksesan film ini.
Dalam August: Osage County Benedict berperan sebagai karakter yang memiliki keterbatasan mental, mencintai sepupu yang ternyata kakak sedarahnya. Saat menyaksikan film ini, saya turut merasakan kekikukan karakter yang diperankan Benedict, tidak ada karakter Sherlock atau tuan tanah yang berwibawa, dia berbeda dari dua karakter sebelumnya. Hal itu yang membuat saya memberi kredit khusus untuk aktor Inggris ini.
Rasa kikuk itu masih bisa saya lihat jejaknya saat Benedict memerankan Alan Turing dalam The Imitation Game, sang pemecah kode Enigma, perintis komputer modern. Hanya saja rasa kikuk itu dapat lebih dieksplorasi dan berkembang, mengingat porsi dia sebagai aktor utama, dan itulah yang mendudukkan dia di kursi kehormatan sebagai nominator Oscar tahun ini.
Tahun ini nama Benedict Cumberbatch semakin diperhitungkan, walau piala Oscar tidak berhasil dia genggam.
Edward John David Redmayne
Edward John David Redmayne atau Eddie Redmayne lahir 6 Januari 1982 di London dari pasangan pengusaha Patricia dan Richard. Dia menggeluti dunia teater sejak 2002 dan baru pada 2006 dia merambah dunia film, seperti The Good Sheperd, Elizabeth: The Golden Age, The Other Boleyn Girl, My Week with Marilyn, Les Misérables, dan yang juara The Theory of Everything.
Tiga film terakhir yang dia bintangi dan mendapat catatan baik dari saya adalah perannya sebagai Collin Clark dalam My Week with Marilyn, Marius Pontmercy dalam Les Misérables, dan tentu saja Stephen Hawking dalam The Theory of Everything.
Dalam My Week with Marilyn, Eddie berperan sebagai pemuda yang melarikan diri dari tuntutan keluarga dan berusaha menemukan jati dirinya dalam dunia perfilman di Inggris. Aktingnya dalam film itu cukup meyakinkan. Dia berhasil menghadirkan sosok pemuda yang memberontak terhadap konvensi yang berlaku dalam keluarganya, seorang pekerja keras dan tekun dalam bidang yang baru digelutinya, dan seorang lugu dalam percintaan yang menelantarkan perempuan yang baru dipacarinya demi seorang Marilyn Monroe yang binal tapi bingung itu. Dalam film ini, karakter yang diperankan Eddie sedikit mengingatkan saya pada masa lampau, sedikit saja, tidak terlalu banyak.
Dalam Les Misérables, Eddie masih berperan sebagai seorang pemuda. Hanya dalam film musikal ini karakter yang dia mainkan sebagai seorang aktivis, pemimpin gerakan yang akan melakukan demonstrasi di kota Paris. Karisma dan wibawa Marius, tokoh yang diperankan Eddie, terasa ketika dia berbicara (dalam nyanyian tentunya) di hadapan teman-temannya. Sayang karisma dan wibawanya sedikit luntur ketika hatinya terpikat Cossete yang ternyata adalah anak angkatnya Jean Valjean, Sang Buronan Inspektur Javert. Drama melankolis seorang aktivis pun turut mewarnai keharuan film ini. Sekali lagi karakter Eddie mengingatkan saya pada masa lampau, sedikit saja, tidak terlalu banyak.
Dalam The Theory of Everything, Eddie berperan sebagai Stephen Hawking. Karakter ini sangat populer, setiap orang yang merasakan bangku sekolah dan agak serius semasa sekolahnya tentu tahu siapa itu Stephen Hawking. Kali ini Eddie berada dalam posisi sebagai pemeran utama, dahsyat, kesempatan itu tidak dia sia-siakan. Dia hadirkan Stephen Hawking sebagai sosok yang jenius, ateis, percaya diri, tetapi juga santun. Melalui karakternya dalam film ini, Eddie seolah menasihati saya untuk berhenti memaksakan apa yang saya yakini kepada orang lain, jika saya tidak bisa menyampaikan keyakinan itu dengan bukti nyata dan cara yang santun layaknya seorang mahluk terdidik dan berbudaya.
Di antara para nominator Oscar lainnya, Eddie adalah yang paling muda. Tetapi dalam urusan penghargaan dalam dunia peran, ternyata tidak ada urusan dengan usia. Buktinya pada 22 Februari, dia menjadi kampiun sebagai aktor terbaik dalam hajat tahunan tersebut.
Hajat Academy Award juga menobatkan Julianne Moore sebagi aktris terbaik untuk perannya dalam Still Alice, J.K. Simmons sebagai aktor pendukung terbaik untuk perannya dalam Whiplash, Patricia Arquette sebagai aktris pendukung terbaik untuk perannya dalam Boyhood, dan Birdman dinobatkan sebagai film terbaik setelah gelar sutradara terbaik, gambar terbaik, sinematografi terbaik, dan naskah orisinal terbaik berhasil diraih.
Satu lagi catatan dari saya tentang kelima film yang melibatkan para aktor terbaik di tahun ini, yaitu catatan tentang film dengan raihan box office terbanyak direbut oleh American Sniper dengan nominal USD 428,1 juta, untung terbanyak direbut oleh The Imitation Game yang mendapat keuntungan 10,486 kali dari biaya pembuatan film, dan yang mengalami tekor dari kelima film tersebut adalah Foxcatcher yang terpaksa menelan kerugian 2,758 kali lipat dari biaya produksi filmnya. Begitulah produksi film, kalau tak untung besar, ya buntung besar.[]
Sumber ilustrasi: Moviepilot.com