Delapan Hari Menjelajah Eropa: Berangkat (1)
Catatan perjalanan menjelajah Eropa oleh Khasan Ashari
Tahun ini saya mengambil cuti bersamaan dengan libur lebaran. Waktu yang pas, karena musim panas belum berakhir dan anak-anak belum masuk sekolah. Sesuai rencana, liburan tahun ini saya manfaatkan untuk jalan-jalan mengendarai mobil – menyusuri sebagian wilayah Eropa. Selain fleksibel dari segi waktu, biaya plesir dengan mobil juga lebih murah dibandingkan naik pesawat atau kereta api.
Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan di perjalanan, mobil saya masukkan ke bengkel. Ganti oli. Atas saran teknisi, rem juga diganti. Selain itu, ban juga diganti dengan tipe untuk musim panas alias summer tyre.
Sebagai informasi, di Austria dikenal tiga jenis ban; winter tyre untuk musim dingin, summer tyre untuk musim panas, dan all seasons tyre yang dapat dipakai untuk segala musim.
Mengapa ada tiga jenis ban itu?
Intinya, mobil wajib memakai winter tyre selama musim dingin. Ban jenis ini memiliki tekstur yang lebih kasar sehingga lebih memiliki “daya genggam” jika digunakan saat salju turun, atau saat jalanan tertutup es. Masa wajib pasang ban tersebut terhitung sejak 1 November sampai 15 April.
Jika pada jangka waktu tersebut kita tidak memasang ban musim dingin dan tertangkap polisi, kita harus membayar denda. Jumlahnya lumayan besar, bisa mencapai 5.000 Euro. Hmm, uang sejumlah itu sudah cukup untuk membeli mobil bekas.
Nah, ban winter ini boleh digunakan sepanjang musim. Biasanya karena empunya malas mengganti ban setiap enam bulan. Namun, penggunaan ban winter sepanjang tahun membawa efek samping. Tekstur ban winter yang kasar membuat tarikan mesin menjadi lebih berat. Maka, konsumsi bahan bakar pun otomatis meningkat.
Kebetulan, saya termasuk golongan yang malas mengganti ban. Hanya ban winter yang saya gunakan. Karena sudah mulai menipis, ban saya ganti menjelang perjalanan panjang ini. Agar aman dan nyaman. Juga agar tidak boros bahan bakar.
Perjalanan dimulai
Oke. Sekarang tiba saatnya memulai perjalanan dari kilometer nol. Kami – saya, istri dan dua anak – berangkat dari Wina jam setengah tujuh pagi. Cuaca mendung dan berawan pagi itu. Tujuan pertama kami adalah kota Vaduz, ibukota Liechtenstein. Kerajaan kecil ini terletak di sebelah barat Austria – diapit oleh Austria dan Swiss.
Menurut Google Maps, jarak Wina-Vaduz adalah 672 kilometer. Waktu tempo normal melalui jalan darat sekitar enam setengah jam. Artinya, kecepatan mobil konstan 100 kilometer per jam. Dan, tidak ada acara berhenti.
Dari Wina kami berkendara melalui jalan tol rute A1 ke arah kota Linz, kemudian Salzburg sebelum masuk masuk wilayah Jerman. Satu setengah jam berkendara, cuaca mendung berubah menjadi gerimis lalu hujan lebat. Hujan baru reda saat kami masuk wilayah Jerman, setelah sekitar empat jam berkendara.
Seperti di Indonesia, kita harus membayar tol untuk menggunakan jalan bebas hambatan di Austria. Bedanya, di Austria pembayaran tol tidak dilakukan di gerbang masuk atau keluar. Pembayaran dilakukan melalui pembelian stiker atau vignette. Stiker tersebut harus dipasang di sudut kanan atas kaca depan mobil. Melalui jalan bebas hambatan tanpa stiker yang masih berlaku, mobil akan didenda.
Berapa harga stikernya? Ada tiga pilihan harga, sesuai durasi masa berlaku. Untuk short visit, tersedia stiker seharga 8,5 Euro. Masa berlaku adalah 10 hari. Untuk masa berlaku dua bulan tersedia stiker seharga 24,80 Euro.
Untuk yang tinggal di Austria – dan sering melewati jalan bebas hambatan – tersedia stiker seharga 82,70 Euro dengan masa berlaku satu tahun. Dengan stiker tahunan ini kita bisa nge-toll sepuasnya. Siang dan malam selama setahun, hehehe… Karena tinggal di Austria, saya memiliki stiker jenis ini.
Sekitar 20 menit setelah memasuki wilayah Jerman, kami berhenti di rest area. Bensin diisi full tank. Penumpang ke kamar kecil. Sopir ngolet dan sejenak meluruskan badan.
Empat jam berkendara, kami telah masuk wilayah negara lain. Tepatnya Provinsi Bavaria alias Bayern, Jerman. Sambil ngolet pikiran saya menerawang. Empat jam dari Jakarta saya baru akan sampai ke Cirebon. Dengan catatan jalur pantura lancar jaya. Saat mudik lebaran, empat jam malah belum sampai ke Cikampek, hehehe…
(Bersambung)
Catatan perjalanan ini merupakan seri Delapan Hari Menjelajah Eropa, pertama kali dipublikasikan di khasanashari.com
Editor: Yopi Setia Umbara
Sumber foto: Khasan Ashari