Semangat Literasi dari Beranda 57
Sudah sejak lama saya ingin menggali semangat literasi komunitas Beranda 57 di Tasikmalaya yang didirikan oleh sastrawan Bode Riswandi. Beranda 57 adalah komunitas yang peduli akan dunia literasi. Beranda 57 juga memperhatikan anak-anak ekonomi lemah untuk mengenal dunia literasi melalui kegiatan Safari Mendongeng.
Akhirnya, keinginan saya mendapatkan cerita mengenai sejarah pendirian dan beragam kegiatan yang dilakukan Beranda 57 terwujud. Cerita ini saya dapatkan langsung dari sang pendiri dalam sebuah percakapan yang kami lakukan di fasilitas pesan facebook (11/12/2014).
Berikut adalah cerita tentang Beranda 57 yang dituturkan Bode Riswandi kepada saya:
Awal Mula Beranda 57
Pada mula terbentuknya Beranda 57, tiada lain karena ingin memanfaatkan halaman rumah. Saya berharap halaman kecil itu dapat menjadi tempat berbagi ilmu, pengalaman, dan perkembangan kesenian dan kebudayaan di Tasikmalaya.
Dari niat awal tersebut, saya mengajak beberapa mahasiswa yang memiliki ketertarikan pada sastra dan kesenian lain untuk membuat beberapa agenda kebudayaan. Kegiatan itu kemudian diberi nama Pengajian Budaya, yang berlangsung satu bulan sekali.
Karena beberapa mahasiswa menyenangi puisi, malam itu (pada akhir tahun 2010) kami melakukan pengajian budaya yang pertama. Diskusi sastra dan bedah buku, di halaman Beranda 57, di jalan Cilembang No. 57.
Saya memandang, posisi sastra masih dipandang asing di mata masyarakat umum, dan mendapatkan perhatian khusus bagi kalangan pecinta sastra. Kemudian saya mencoba mendekatkan sastra pada malam itu, dengan mengajak masyarakat setempat, RT, RW, Lurah, Kepolisian, dan beberapa pejabat dinas, serta para pelajar, untuk terlibat dalam pengajian itu.
Saya tidak peduli, mereka akan mengerti apa tidak, karena tanpa dilakukan dengan cara demikian justru akan lebih membiarkan masyarakat tidak peduli terhadap sastra. Para undangan itu kemudian didaulat membaca puisi, dst.
Seluruh kegiatan ini murni swadaya, tanpa bantuan instansi manapun. Karena saya sengaja akan berusaha sekuat tenaga dengan cara ini, mengumpulkan sedikit dari pendapatan saya untuk kemudian dibuat helaran kegiatan.
Pengajian budaya ini memang tidak rutin dilakukan sebulan sekali. Kegiatan itu bergantung pada amunisi yang saya miliki. Namun bukan berarti kosong kegiatan, kami selalu melakukan kajian, berjamaah tadarus puisi, novel, naskah drama, dsb.
Tidak pula selalu dilakukan di halaman rumah, kami mulai melirik beberapa tempat, semisal kafe, taman, kampus, Pendopo Kabupaten, Gedung Kesenian Tasikmalaya, untuk menebarkan virus literasi ini. Sekaligus memanfaatkan beberapa buku koleksi pribadi untuk dibaca siapa saja.
Safari Mendongeng
Lantas melalui Beranda 57, saya menginisiasi Gerakan Tasikmalaya Membaca dengan merangkum 12 sanggar yang memiliki koleksi buku untuk dijadikan rumah baca atau taman bacaan masyarakat (TBM). Saya mengundang Gol A Gong sebagai Presiden TBM, dan saya didaulat menjadi penasihat TBM di Tasikmalaya.
Dari situ saya melakukan Safari Mendongeng tiap tahun ke panti-panti, sanggar belajar anak, sampai ke tempat-tempat lain, karena kami percaya, mengenalkan sastra kepada anak akan lebih efektif melalui dongeng. Safari mendongeng ini lantas mendapat sambutan dari berbagai pihak, kelompok-kelompok kesenian di Tasikmalaya dan di luar Tasikmalaya, serta TKI Singapura.
Dari beberapa kegiatan yang kami lakukan, barulah beberapa penghargaan diterima, seperti penghargaan dari Pemkot Tasikmalaya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, dan yang terbaru dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Beberapa kawan-kawan di Beranda 57 kini keranjingan membaca dan menulis, bahkan ada yang kemudian mengelola anak-anak yang didominasi (ekonomi lemah) dan pemulung untuk diajari menulis, membaca, dan bermain.
Bagi saya, apa yang dilakukan Bode Riswandi dan Beranda 57 ini sangat inspiratif. Bukan lantaran pengharggaan yang telah diterimanya. Melainkan, karena kerja kerasnya untuk mengenalkan sekaligus mendekatkan sastra kepada siapa saja.
Soal penghargaan yang diterimanya, itu adalah buah dari kerja keras. Bukan tujuan ketika melakukan gerakan literasi. Semoga semangat literasi dari Beranda 57 ini dapat memberi motivasi yang positif juga bagi teman-teman.
Saya akan menutup catatan ini dengan ucapan Bode Riswandi yang sebenarnya ditujukan kepada saya sendiri, namun saya kira ucapannya itu juga dapat ditujukan bagi siapa saja yang punya tekad bergerak dalam bidang apa saja demi lingkungannya, “niat baik selalu ada jalan.”[]
Sumber foto: Beranda Lima Tujuh dan kemendikbud.go.id