Mengajar Bahasa Indonesia di Thailand
“Bagi saya, mengajar dasar Bahasa Indonesia kepada mahasiswa asing rasanya seperti mengajar anak kelas 1 SD. Cara mengajarnya pun hampir sama, yaitu banyak mengenalkan, menjelaskan, dan memberi contoh.”
Sejak 19 Agustus 2014, saya tinggal di Lamduan 6, sebuah asrama di lingkungan kampus Universitas Mae Fah Luang di Chiang Rai, Thailand. Chiang Rai adalah daerah paling utara di Thailand yang berbatasan langsung dengan Myanmar dan Laos.
Tujuan saya datang ke Chiang Rai adalah untuk mengajar Bahasa Indonesia kepada mahasiswa di Universitas Mae Fah Luang. Bahasa Indonesia merupakan mata kuliah pilihan bagi mahasiswa yang sudah memasuki tahun kedua untuk memenuhi jumlah kredit SKS mereka.
Hadirnya program Bahasa Indonesia di universitas ini berkat teman saya, Pujo Leksono. Dialah yang merintis program ini di Universitas Mae Fah Luang, dan sekarang tongkat estafet mengajar diserahkan kepada saya karena dia harus mengisi pos berikutnya di Universitas Naeriswan di kota Phitsanulock.
Menurut rencana studi di kampus tersebut, saya harus mengajar mereka pada awal September. Tetapi, karena persoalan administrasi, saya baru bisa bertemu dan mengajar mahasiswa pengontrak mata kuliah Bahasa Indonesia pada 16 September.
Praktis selama satu bulan saya luntang-lantung, makan dan tidur, sambil diselingi kegiatan mengurus perkara administrasi, naik bus ke Bangkok untuk mengurus visa di kantor imigrasi yang ternyata ditolak. Puncaknya, balik lagi ke Jakarta untuk mengurus visa di Kedutaan Thailand.
Disadari atau tidak, saya sudah mengajar mereka selama tiga minggu. Apa yang telah saya berikan kepada mereka?
Hal pertama yang saya lakukan tentunya mengenalkan dasar membaca abjad dan cara berkenalan dalam Bahasa Indonesia. Karena, walaupun ada mahasiswa yang berasal dari Thailand selatan dan bisa berbahasa Melayu, pengucapan mereka berbeda sehingga mereka harus menyesuaikan dengan pengucapan dalam Bahasa Indonesia.
Kesan yang saya dapat selama mengajar Bahasa Indonesia kepada mahasiswa Thailand adalah biasa saja. Saya mengatakan biasa karena mahasiswa ya mahasiswa, di Indonesia dan di Thailand atau di tempat lain mungkin sama saja.
Sama dalam artian mereka ada yang rajin, ada yang malas (seperti saya dulu), ada yang banyak alasan untuk keluar kelas, atau baru nongol pada pertemuan ketiga. Tapi secara keseluruhan, dari ketiga kelas yang saya ajar, mereka cukup apresiatif dan partisipatif dalam setiap kegiatan di dalam kelas maupun di luar kelas.
Bagi saya, mengajar dasar Bahasa Indonesia kepada mahasiswa asing rasanya seperti mengajar anak kelas 1 SD. Cara mengajarnya pun hampir sama, yaitu banyak mengenalkan, menjelaskan, dan memberi contoh.
Setelah melakukan kegiatan mengenalkan, menjelaskan, dan memberi contoh, saya akan membuat mereka berlatih untuk berbahasa Indonesia sesuai dengan materi yang sudah diajarkan kepada mereka. Selama tiga minggu ini, mereka baru belajar mengucapkan “abjad”, “cara berkenalan”, “budaya mengucapkan salam dan berjabat tangan”, dan “warna”.
Cara berlatih berbahasa Indonesia yang saya terapkan kepada mereka adalah dengan membuat mereka membuat proyek video perkenalan yang hasilnya harus mereka unggah di Youtube, melakukan percakapan dengan penutur bahasa Indonesia asli—dalam kegiatan ini saya dibantu mahasiswa Indonesia yang memang berkuliah di sini dan mahasiswa IPB yang sedang melakukan penelitian selama satu semester di Universitas Mae Fah Luang, dan sebagai hiburan saya mengajak mereka untuk mengunjungi Indonesian Corner dan bermain scrabble bahasa Indonesia di sana.
Cara mengajar saya mungkin tidak jauh berbeda dengan guru kebanyakan, dan jika dinilai atau dimintai kesan, para mahasiswa mungkin akan berkomentar sama seperti kesan saya tentang mereka. Tapi persoalannya saya pikir bukan di situ, persoalannya ada di kemauan untuk menjalani proses karena prinsip belajar bahasa sama dengan prinsip belajar ilmu lain, yaitu tentang ketekunan, kerajinan, dan eksperimen. Ketiga hal tersebut berlaku tidak untuk mahasiswa saja, tetapi juga untuk saya. Karena sejatinya manusia adalah selalu belajar dan memberi ajar kepada sesamanya.[]
Sumber foto: Yussak Anugrah
Sorry, the comment form is closed at this time.
Rahma
saya mahasiswa bahasa indonesia, dalam waktu dekat saya akan PPL ke thailand selatan tepatnya di patani. melihat ulasan ini, saya jadi penasaran, bagaimana dengan silabus dan RPP yang bapak terapkan. mohon responnya secepatnya pak, ini sangat membuat saya bingung
yussak
Boleh saya tahu hal yang membuat adik bingung?
Kalau soal RPP dan silabus sebagian besar dari kami, pengajar Bahasa Indonesia di Thailand, merancang sendiri silabus dan RPP dengan mengacu kepada Pemetaan Kompetensi BIPA yang dikeluarkan oleh Badan Bahasa.
Perlu saya informasikan di sini bahwa saya dan tiga pengajar Bahasa Indonesia di Thailand bagian utara (Phitsanulock, Chiang Rai, dan Chiang Mai) masih mengajar mahasiswa yang mengontrak kuliah Bahasa Indonesia pada tingkat A1, karena Bahasa Indonesia belum terlalu lama dikenalkan di beberapa perguruan tinggi di sana.
Sedangkan untuk pengajaran Bahasa Indonesia di Patani (Thailand bagian selatan), sepertinya sudah berada pada tingkat B atau bahkan sudah pada tingkat C. Karena pengajaran Bahasa Indonesia sudah lama diajarkan di sana.
Kalau boleh saya tahu, di mana nanti adik akan PPL?
yussak
halo mbak sheira… selamat bergabung di thailand. email saja dulu saya ke ayussak@gmail.com atau add facebook saya Yussak Anugrah. kita ngobrol banyak di sana.
Sheira
Selamat pagi, insya Allah bulan Juni nanti saya akan berangkat ke Thailand untuk mengajar Bahasa Indonesia di salah satu sekolah di Bangkok.
Saya ingin bertanya terkait pengajaran Bahasa Indonesia di sana, saya bisa minta kontaknya mas Yussak Anugrah?
Ini alamat email saya, sheiraayuindrayani@gmail.com
Terima kasih.
yussak
salam Ali Yafi, senang rasanya ada yang tertarik untuk mengajar bahasa Indonesia kepada orang asing, khususnya di Thailand. mengenai info untuk itu menurut yang saya tahu ada dua, diminta atau mengajukan diri untuk mengajar.
saya bisa mengajar karena diminta teman saya untuk menggantikan dia yang juga harus menggantikan temannya di kota lain.
persoalannya peluang untuk diminta mengajar bahasa Indonesia di Thailand masih kecil karena kampus yang membuka mata kuliah ini baru beberapa saja. jadi, kalau Anda menunggu diminta untuk mengajar, Anda harus sabar menunggu saya dan teman saya mengembangkan mata kuliah bahasa Indonesia dulu di sini. atau Anda bisa mengikuti jejak teman saya dengan mendatangi pihak universitas atau sekolah dan presentasi tentang pentingnya bahasa Indonesia untuk Thailand. mengenai bahasa Indonesia diterima atau tidak di kampus tersebut, itu soal lain.
kami akan senang sekali jika bertambah satu saudara mengajar bahasa Indonesia di Thailand. tabik.
Mohammad Ali Yafi
Selamat Siang, saya tertarik untuk turut serta mengajar Bahasa Indonesia di Thailand. Saya adalah mahasiswa Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mohon info untuk itu. Salam.