Fb. In. Tw.

“Intelligent Design” (2)

Sambungan dari “Intelligent Design”

Para ilmuwan pengusung teori intelligent design melihat bahwa jika alam semesta dan kehidupan di dalamnya terbangun dari ketidaksengajaan yang tak bertujuan, seharusnya setiap proses yang terjadi tidak menghasilkan keteraturan, kompleksitas dan kontinuitas yang super terarah dan terencana.

Jika alam semesta dan kehidupan tercipta hanya dari proses kebetulan yang tak memiliki arah dan tujuan, maka akan sangat sulit untuk menghasilkan peradaban super maju seperti kehidupan manusia hari ini. Bahkan seorang ilmuwan pengusung teori Darwin bernama Fred Hoyle mengakuinya dengan mengatakan:

The chance that higher life form might have emerged by chance is comparabel with the chance that a tornado sweeping through a junk-yard might assemble a boeing 747 from the materials there in.

Artinya kira-kira seperti ini:

“Peluang dari bentuk kehidupan yang lebih tinggi/maju yang mungkin muncul dari sebuah ketidaksengajaan/peristiwa kebetulan, bisa dibandingkan/diandaikan dengan peluang sebuah tornado yang menyapu tempat pembuangan barang bekas, kemudian sebuah pesawat Boeing 747 terbentuk dari material yang ada di dalamnya.”

Sebenarnya, teori intelligent design tidak menyatakan secara langsung bahwa alam semesta dan kehidupannya adalah hasil ciptaan dari yang maha kuasa. Hal ini sering disampaikan di dalam berbagai ceramah dan diskusi ilmiah oleh para pendukung teori ini, semisal Stephen Meyers dan Michael Behe.

Dalam pernyataan mereka, teori ini hanya sampai pada pemahaman bahwa alam semesta dan kehidupan terbangun dalam rancangan-rancangan yang super kompleks yang memiliki keteraturan  dan kontinuitas yang terarah dan terencana.

Dalam pernyataan mereka, teori ini tidak akan melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa alam semesta dan kehidupan ini diciptakan oleh tuhan.—Apakah sebuah rancangan yang super cerdas akan terwujud tanpa adanya sang perancang?—Mungkin hal ini dilakukan agar dunia saintifik tidak menjadi subjektif dan mengarah pada satu pemahaman filosofis saja, seperti di 150 tahun terakhir ketika ilmuwan pendukung Darwinisme yang atheistik menculik dan menganiaya ilmu pengetahuan demi kepentingan pemahaman mereka sendiri.

Para pendukung teori intelligent design pun sesungguhnya tidak serta-merta menolak seluruh teori evolusi. Hanya bentuk evolusi makro saja yang tidak diterima kebenarannya. Dalam evolusi makro, dinyatakan bahwa mahluk hidup berevolusi dari bentuk mahluk yang lebih sederhana ke bentuk yang lebih kompleks. Contoh yang sering dipropagandakan oleh para evolusionis adalah perubahan manusia dari kera.

Sedangkan untuk evolusi mikro, yaitu perubahan kecil di dalam sebuah spesies tanpa harus menjadi bentuk mahluk hidup baru, masih diterima kebenarannya oleh para pendukung teori intelligent design. Jenis evolusi mikro—bahasa lainnya adalah variasi—masih tetap didukung, karena bukti-bukti ilmiahnya banyak terdapat di alam.

Misalnya manusia, yang memiliki berbagai variasi bentuk, ukuran dan warna kulit. Meski berbeda, kita semua tetap sebagai manusia.

Bersambung ke “Intelligent Design” (3)

Sumber gambar: commons.wikimedia.org & the-messiahs-blog.blogspot.com

KOMENTAR

Kontributor tetap buruan.co. Senang mengamati isu-isu sains. Tinggal di Cimahi.

You don't have permission to register