Eksotisme Goa Lauk
Catatan Rony Noviansyah*
Selain terkenal karena keindahan pantai-pantainya, Desa Sawarna yang terletak di Kecamatan Bayah sebelah barat Pelabuhan Ratu, Kabupaten Lebak, Banten ini terkenal pula karena goa-goanya. Sehingga tidak salah apabila Desa Sawarna dijuluki juga dengan “Desa Seribu Goa.” Salah satu goa yang terkenal adalah Goa Lauk.
Goa Lauk memiliki panjang ± 3 km, untuk dapat menelusuri goa tersebut dibutuhkan waktu sekitar ± 6 jam, dengan aliran sungai bawah tanah yang memiliki kedalaman ± 1 meter. Goa ini kaya akan ornamen. Menurut cerita penduduk, dahulunya di goa ini terdapat banyak ikan, sehingga masyarakat menyebutnya goa ini dengan Goa Lauk.
Untuk mencapai Goa Lauk dari Pantai Sawarna, hanya membutuhkan waktu ± 30 menit dengan menggunakan kendaraan roda empat ataupun roda dua, sedangkan apabila berjalan kaki membutuhkan waktu sekitar ± 60 menit dari Pantai Sawarna. Di sepanjang perjalanan menuju Goa Lauk, mata saya dimanjakan hamparan permadani sawah dengan alir sungai jernih yang berasal dari aliran sungai bawah tanah Goa Lauk.
Dari sinilah petulangan penelusuran goa saya berawal. Sekilas, Goa Lauk tidak tampak seperti goa aktif. Setelah semua perlengkapan siap, selangkah demi selangkah mulai memasuki kegelapan abadi Goa Lauk yang sebenarnya.
Saya harus merangkak dan melikuk-liukan badan di aliran sungai bawah tanah yang relatif memiliki arus tidak terlalu deras. Di sepanjang jalur penelusuran, saya dapat menikmati keindahan ornament-ornamen goa yang indah.
Di tengah kegelapan abadi tersebut yang sama sekali tidak ada cahaya masuk dari luar goa, proses pengendapan berlangsung hingga lama kelamaan membentuk ornamen-ornamen gua (speleothem). Proses ini disebabkan karena air hujan yang meresap ke dalam tanah lebih banyak mengandung CO2 daripada udara di sekitarnya. Untuk mencapai keseimbangan, CO2 menguap dari tetesan air yang menyebabkan bertambahnya jumlah asam karbonat.
Ini berarti, kemampuan melarutkan kalsit menjadi berkurang akibatnya air tersebut menjadi jenuh kalsit atau kalsium karbonat (CaCO3). Dari proses pengendapan inilah terbentuk ornament-ornamen goa yang sangat indah seperti stalaktit, stalagmit, tiang, gordam, canopy, dll.
Selain keindahan ornamen-ornamennya, Goa Lauk juga memiliki keragaman biota goa. Ada beberapa jenis biota/fauna yang terdapat di Goa Lauk, sepeti jenis-jenis anthropoda (serangga atau jangkrik gua) dan udang-udangan (crustacea). Pada umumnya, indera penglihatan biota goa tidak berfungsi karena merupakan proses adaptasi gua yang gelap.
Adaptasi dalam goa bermacam-macam baik secara morfologi ataupun fisiologi, sehingga fauna yang ada di dalam goa mempunyai bentuk yang berbeda dengan fauna yang berada di luar goa.
Sebagai salah satu contoh biota atau fauna gua seperti jenis serangga ataupun jangkrik gua indra penglihatannya diganti oleh indra peraba yaitu antena. Oleh sebab itu, tidak heran apabila antena pada jangkrik gua panjangnya bisa 10 kali lipat dari panjang tubuhnya.
Sedangkan, kelompok Arthropoda yang tidak memiliki antena seperti Arachinida (laba-laba), mengalami adaptasinya dengan merubah fungsi kaki yang paling depannya menjadi alat peraba yang berfungsi seperti antena.
Walaupun selama penelusuran badan dalam keadaan basah kuyup, namun semua itu terbayar sudah dengan suguhan ornamen-ornamen goa dan kecantikan biota gua. Bagi Anda yang ingin merasakan sensasi penelusuran goa, goa-goa di Desa Sawarna ini layak diperhitungkan terutama gua Lauk. Selamat berwisata![]
*Rony Noviansyah, merupakan Ketua Mata Bumi, Anggota Jantera—Perhimpunan Pecinta Alam Geografi UPI dan Guru IPS SMPN 2 Cisarua
Sumber foto: Ruslan Budiarto