Apakah Ada Hidden Message dalam Film Lucy? (2)
Sambungan dari Apakah Ada Hidden Message dalam Film Lucy
Sesungguhnya, bukan film Lucy saja yang mempropagandakan hubungan atheisme dan evolusi Darwin dengan kemampuan supernya. Dalam satu dekade terakhir, ada beberapa film super hero yang bermunculan di layar lebar. X-Men, Fantastic Four, Superman dan sebagainya, muncul silih berganti. Di dalam film-film superhero tersebut, seringkali diselipkan pandangan-pandangan atheistik dan dogma evolusi Darwin yang dihubungkan dengan proses mutasi genetika.
Dalam film-film tersebut, dibangun opini bahwa proses mutasi gen yang sifatnya kebetulan—juga melalui percobaan lab—dapat membuat manusia berubah menjadi bentuk mahluk hidup yang lebih maju. Dalam propagandanya, mutasi gen manusia super terjadi karena alam memiliki kemampuan untuk berevolusi tanpa adanya sang maha kuasa.
Mengapa agama atheis dengan dogma evolusi versi Darwinnya, memaksakan diri untuk menarik persoalan potensi hebat manusia ke dalam keyakinan mereka? Dalam pandangan saya, hanya ada dua hal yang mungkin ingin dicapai melalui film Lucy dan film-film sejenis ini.
Pertama, seperti yang telah diutarakan, para pendukung agama atheis ingin memanfaatkan celah di dunia biologi genetika, khususnya pada wilayah mutasi genetika, untuk memunculkan pemahaman baru tentang evolusi Darwin. Tampaknya, dogma evolusi Darwin milik agama atheis ingin memasukan pemahaman (propaganda) kepada penonton tentang evolusi mahluk hidup (khususnya manusia) dari level biasa ke level manusia mutan (super).
Agama atheis ingin menyatakan bahwa mahluk hidup memang benar-benar sesuai dogma evolusi Darwin, yakni berevolusi dari bentuk kehidupan yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi dan menjadi spesies baru (salah satunya dari manusia menjadi mutan).
Kedua, ada kemungkinan para pendukung agama atheis melihat bahwa kemajuan teknologi semakin mampu menguak misteri kehidupan yang selama ini disembunyikan dari khalayak, termasuk potensi manusia. Para ilmuwan yang selama ini diharapkan menjadi kepanjangan tangan agama atheis, banyak yang sadar kemudian membelot akibat temuan-temuan hari ini. Jika dibiarkan begitu saja, akan semakin banyak manusia sadar terhadap jati dirinya yang sesungguhnya.
Oleh sebab itu, perlu dibuat cara pandang baru yang akan mengantisipasi sekaligus menjauhkan manusia dari kebenaran yang hakiki—saya pun yakin, di masa depan akan muncul propaganda-propaganda baru yang akan menghadang manusia dari terkuaknya kebenaran sejati lainnya—dan salah satu caranya adalah lewat film Lucy dan sejenisnya.
Di dalam film Lucy, ada juga hal menarik lainnya. Sang profesor yang diperankan oleh Morgan Freeman, tidak menerangkan asal usul dari informasi yang dimiliki oleh sel untuk berstrategi melawan waktu. Jikalau sebuah sel hadir dari proses ketaksengajaan, bagaimana mungkin sebuah sel memiliki kemampuan untuk berpikir. Karena untuk berpikir (berstrategi) dibutuhkan sebuah software, bukan hanya kumpulan hardware. Dari mana program software ini berasal?
Kemudian, ketika tokoh Lucy memiliki 100% kemampuan otak dan menjalani time travel, di dalam film tersebut tidak diperlihatkan awal kelahiran semesta. Mengapa time travel Lucy hanya sampai pada kondisi alam semesta yang berupa gas, tidak sampai pada kondisi sebelum big bang terjadi? Mengapa juga lucy hanya bisa menemui monyet Lucy sebagai nenek moyang manusia, bukan mahluk yang lebih monyet dari Lucy? Mengapa Lucy tidak menemui asal usul yang lebih asal dari sel dan menemukan asal usul informasi dari proses kehidupan?
Itu semua tidak dimunculkan, karena dunia saintifik atheistik yang berpegang pada dogma evolusi Darwin tidak bisa menjawabnya. Keadaan sebelum segalanya menjadi ada melalui proses big bang, berada di luar logika berpikir saintifik yang atheistik. Begitu juga dengan sumber informasi yang bisa membangun dan menghidupkan materi, tak bisa dijelaskan. Nah, adapun jawaban yang paling masuk akal adalah adanya keberadaan desainer (Tuhan). Tentu saja jawaban ini harus dihindari oleh agama atheis bukan?
Sebenarnya masih ada hal-hal menarik lain yang ada dalam film Lucy ini. Namun, karena adanya keterbatasan ruang dan waktu, tidak saya angkat dalam tulisan ini.
Lucy hanyalah sebuah film. Oleh karenanya, apapun bisa terjadi dalam sebuah film. Tak ada yang mustahil dalam dunia fiksi, termasuk dunia film. Apapun yang disampaikan dalam film, hanyalah sebuah pendapat yang sifatnya rekaan dan tidak mengandung kebenaran ilmiah. Oleh sebab itu, yang diperlukan bukanlah sekedar kemenangan propaganda dalam karya fiksi saja.
Apa yang diperlukan untuk menguak kebenaran adalah fakta ilmiah. Dan fakta ilmiah tidak akan mudah didapatkan di dalam sebuah karya fiksi. Fakta ilmiah hanya bisa didapatkan dari kerja-kerja atau temuan-temuan ilmiah. Meskipun pemaknaannya bisa dipelintir kesana-kemari, fakta ilmiah adalah jalan terbaik menuju kebenaran.
Jika menelaah film Lucy, terlihat jelas bahwa perang besar antara kebenaran dan kesesatan memang berlangsung sengit. Peperangan tidak hanya terjadi di ranah agama dan filosofi saja. Peperangan telah menjalar ke berbagai bidang termasuk dunia sains dan dunia hiburan—khususnya perfilman—yang disetir sebagai alat propagandanya. Oleh sebab itu, agar anda tidak tersesat dan terjebak dalam kebodohan, cerdas-cerdaslah dalam menonton sebuah film.[]
Sorry, the comment form is closed at this time.
soerya na.
wah akhirnya ketemu juga web yang membahas film lucy 🙂
jadi gini gan, saya sangat suka film ini dan maaf saya sebenarnya mengesampingkan hal-hal yang agan sebutkan sebagai doktrin atau sejenisnya dalam film ini.
terlepas dari semua itu, saya hanya mengambil yang menurut saya menarik yaitu ending film ini. saya masih bertanya-tanya tentang epilog atau apalah itu namanya, kurang lebih katanya, “kita diberi kehidupan milyaran tahun lalu, sekarang kau tahu untuk apa itu.” kalau boleh saya minta pendapat agan tentang pernyataan itu?
ENKI
Saya sendiri yakin bahwa kehidupan (khususnya manusia modern yang berperadaban) itu sebenarnya telah hadir jauh sebelum manusia modern (Kita) muncul sekitar 10 ribu tahunan yang lalu. bukti-bukti arkeologi ataupun paleontologi sudah banyak memberikan bukti tersebut. tapi sayangnya temuan2 yang memang bertentangan dengan keyakinan mainstream selalu di tekan oleh otoritas ilmu pengetahuan mainstream. objektifitas ilmu sudah tidak ada, karena jika masih ada, maka segala kemungkinan yang muncul dalam dunia ilmu pengetahuan harus dibiarkan terbuka jika masih berada di korider objektif ilmu pengetahuan. yang jelas, saya juga sepakat kalau film ini cukup bagus sebagai hiburan, dan menarik untuk dibahas.
Tama
Saya juga merasa tidak pas jika anda menkaitkan antara teori darwin dan atheis. Pada dasarnya atheis menolak teori tsb karena adanya miss evolution pada tahap terakhir. Dan jika anda berfikir atheis tidak mempunyai tuhan, anda salah besar. Seorang atheis/mistik mempunyai tuhan. Tuhan yg disembah dengan banyak cara dan dengan banyak nama(re: Allah,Yesus, Yahweh,dll.). Dan saya rasa hidden message pada film lucy adalah tentang sifat manusia yg paling dasar. Yaitu BERBAGI. Berbagilah seperti sel yg paling dasar. Pada awal film dan akhir film sudah ditegaskan hal tsb. Dan anda malah ngedoktrin pake pesan film. Lucu
ENKI
dalam pandangan banyak pemikir ilmiah, darwinisme sudah bukan lagi sebuah teori (yg belum terbuktikan). tetapi juga dianggap sebagai sebuah philosophical believe, sebuah keyakinan philosofis. dasar keyakinan ini adalah penolakan terhadap keberadaan tuhan (atheisme). oleh karenanya bagi ilmuwan yang berada dalam keyakinan ini, ilmu pengetahuan tidak boleh bertentangan dengan darwinisme atau pun mengarah pada keberadaan tuhan. oleh sebab itu, apapun temuan ilmiah yang hadir di dunia saintifik, jika temuan tersebut membantah teori darwin atau mengarah pada kemungkinan adanya dzat yang bernama tuhan, maka kelompok ini akan menolaknya secara mentah-mentah. dan keyakinan mereka pun banyak dipropagandakan melalui media, termasuk film. bung tama harus tahu bahwa dunia perfilman pun sebenarnya tidak lepas dari propaganda. naif jika mengatakan film hanyalah hiburan. film bukan sekedar hiburan, tetapi juga sebuah media untuk menyampaikan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh si pembuat, baik secara langsung atau pun hidden (tersembunyi). dan film ini sebenarnya mencoba menjaga penonton pada pemahaman yang sudah settle (darwinisme dan atheisme), akibat adanya pengetahuan2 baru yang bikin darwinisme miss di tahap akhir (istilah bung tama mah). coba deh perdalam teori intelligent design. oh ya, atheisme dan mistisisme berbeda bro..
soerya na.
agan nonton pakai subtitle indo? kok saya gak pernah baca ada kata berbagi dalam subnya ya? saya pakai sub inggris, ga ada kata berbagi kayaknya
Chandra Darmawan
Keren2 memang perlu berfikir peka seperti ini, sehingga kita masih bisa menahan arus kesesatan yang deras menerjang generasi muda kita.
Jangkauan pemahamannya keren.
Like This.
enki
sebenarnya ada. film2 katolik contohnya. atau film2 ekstra terestrial/alien ( jika alien ada, walaupun masih dalam wilayah atheis, maka darwinisme dan teori sosial akan tersudutkan). mudah2an di masa depan banyak bermunculan lagi. mungkin sayah jadi produsernya, xixixi. coba cari2 teori intelligent design deh ang.