Psikologi Massa Warga Jawa Barat Terhadap Persib
Jung maju maung Bandung
Patandang geura sing meunang
Ulah ringrang tong hariwang
Kade poho maen cantik, sportif, di lapangan
Siapa yang tidak kenal dengan lagu “Persib Bandung” yang dinyanyikan oleh kang Ibing. Dari mulai anak-anak, orang dewasa sampai kakek kita pasti tahu dengan lagu legendaris itu. Lagu tersebut selalu berkumandang di stadion apabila Persib main di kandang (Siliwangi atau di Si Jalak Harupat).
Lagu tersebut berkumandang kembali dalam pesta kemenangan Persib Bandung di depan Gedung Sate (09/11/2014) diikuti teriakan bobotoh dari seluruh Jawa Barat, bahkan ada pula yang datang dari Serang, Brebes, serta Purwokerto.
Perjalanan Persib begitu panjang untuk memenangi gelar Liga Indonesia yang kedua. Penantian ini tentunya disambut dengan kemeriahan yang luar biasa, bahkan menjadi pesta rakyat warga Jawa Barat.
Tidak sedikit orang pula yang melakukan nazar apabila Persib juara. Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung) mencukur rambutnya hingga gungul, ada yang memotong kumisnya sebelah, ada yang syukuran membuat tumpeng dan masih banyak lagi.
“Persib bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa kalau tanpa bobotoh,” pembuka sambutan H. Umuh Muhtar sebagai manager Persib Bandung disambut haru teriakan bobotoh. Dalam sambutannya yang singkat, Umuh memberikan ucapan terima kasih kepada bobotoh yang selalu setia mendukung Persib.
Mendarah dagingnya bobotoh mendukung persib sebenarnya bukan hanya Umuh loyal terhadap bobotoh atau Persib bermain bagus, melainkan ada faktor-faktor lain yang selalu ditanamkan oleh jargon-jargon disetiap atribut bobotoh dikala mendukung Persib. Mungkin kita masih ingat dengan kalimat “Persib atau Mati”, larik tersebut dipopulerkan oleh band asal kota Bandung yaitu Virus. Kemudian kalimat tersebut diabadikan ke dalam baju Viking.
Selain itu, ada pula kalimat “Bagimu Persib Jiwa Raga Kami”, serta “Kami Biru Kami Putih Kami Persib”. Kalimat jargon tersebut akan dibaca oleh anak cucu kita sehingga semangat yang tertanam hari ini terhadap Persib secara tidak langsung ditularkan pada mereka.
Sepertinya menjadi begitu lumrah, setiap kompetisi selalu ada saingan atau ada musuh, psikologi musuh bubuyutan ini baik dari pihak pemain Persib maupun dari bobotoh akan terus menjadi atmosfir yang panas. Bagaimana tidak panas, selalu ada jargon di setiap baju bobotoh “F*** The Jack”, “The Jack Go To H***”, dan masih banyak lagi. Nyanyian-nyanyian bobotoh pun selalu membuat keadaan panas. Ada pula lagu “Indonesia bukanlah Arema, a*****” serta “Viking Bonek sama saja/asal jangan The Jack/The Jack itu a*****”.
“Wasit Goblog” dipakai oleh band Jeruji dalam album kompilasi Persib yang pertama. Muncul pula dalam baju bobotoh. Ada pula kalimat-kalimat yang indah menurut saya dalam setiap lirik lagu Persib pada kompilasi album pertama seperti “Persib bukan malaikat/yang harus selalu menang/yang penting main memikat/agar bobotoh senang/” larik tersebut terdapat pada lagu Time Bomb Blues.
Atau, lirik lucu dan konyol dari band Pemuda Harapan Bangsa (PHB) “Saya urang sunda/ngadukung Persib Bandung/ kusabab/da sayamah urang sunda nya wajib we atuh”. Kemudian, lirik lagu Pas Band “kujual baju celanaku/tuk menonton permainanmu/lapar teu paduli/nu peunting aing lalajo Persib”.
Jargon lewat atribut dan lagu-lagu Persib tersebut telah melekat di masyarakat Jawa Barat, sehingga tidak heran apabila kemeriahan juara Liga Indonesia ini dirasakan oleh seluruh warga Jawa Barat dan sekitarnya. “Persib Juara! Persib Juara! Persib Juara!” selalu berkumandang. Jumat malam (07/11/2014) di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring menjadi malam yang bersejarah untuk Persib Bandung serta para bobotoh.
Semoga kemenangan ini ini bisa terus dipertahannkan seperti apa yang dikatakan dalam sambutan dari duo kapten Persib yaitu Atep Rijal dan Firman Utina “Gelar ini akan dipertahankan”. Jung maju maung Bandung, bobotoh selalu mendukungmu kemanapun kalian bertanding.
“Persib Juara!”
“Persib Juara!”
“Persib Juara!”
Salam Maung Bandung.[]
Sumber foto: twitter/@Ahong_jerse
Sorry, the comment form is closed at this time.
rendi juniawan
persib juara