Hati-Hati dengan Dongeng Si Kancil
Pada pendidikan sekolah dasar, tantangan seorang guru adalah menciptakan metode pembelajaran yang membuat siswa aktif dan tertarik pada materi yang disampaikan. Penyampaian guru yang menarik, dapat membuat siswa ingin mengulang pembelajaran pada tiap materi yang berbeda. Siswa sekolah dasar masih segar menerima pengetahuan. Di sinilah tantangan guru untuk menanamkan pola pikir yang baik dan tepat.
Upaya penanaman pendidikan karakter terhadap siswa sekolah dasar dapat dilakukan dengan memberikan siswa ruang imajinasi dan berpikir secara demokratis, tentunya melalui stimulus dan pengetahuan yang mudah diserap oleh siswa. Salah satu sarana untuk mengembangkan kreatifitas anak adalah dengan mendengarkan dongeng.
Dongeng bisa dijadikan medium untuk menumbuhkan daya pikir kreatif anak dan mengembangkan kecerdasan melalui imajinasi yang berkembang dalam pikiran siswa. Imajinasi membuat anak mampu keluar dari satu pikiran atau pendapat yang kaku dan membuat ia memikirkan lebih dari satu kemungkinan.
Misalnya anak berimajinasi menjadi dokter agar kelak dapat mengobati mama dan papanya. Membayangkan menjadi presiden supaya dapat membantu dan memperjuangkan orang-orang miskin, atau dia berharap bisa menjadi astronot sehingga bisa pergi ke bulan. Begitulah imajinasi yang baik membuatnya berpikir untuk meraih apa yang ia inginkan.
Sekaitan dengan hal tersebut, kita mengetahui bahwa dongeng yang masih digunakan oleh beberapa sekolah adalah dongeng si Kancil yang cerdas dengan berbagai versi cerita. Namun kiranya kita harus lebih bijak dalam memaknai setiap cerita dari dongeng si Kancil. Karena setiap anak selalu melakukan hal-hal yang sering diucapkan oleh orang terdekatnya di sekolah tanpa disaring terlebih dahulu maknanya.
Dalam dongeng sang Kancil berjudul Kancil Mencuri Ketimun yang dilakukan Kancil dalam cerita tersebut adalah kancil mencuri ketimun setelah itu dia tertangkap oleh petani, lalu dia melakukan perannya sebagai tokoh yang pintar dengan mengelabui Buaya temannya dengan segala macam tipu daya.
Ceritanya lainnya tentang kancil yakni Kancil Menyebrang Sungai. Dalam cerita tersebut kancil ingin menyebrang sungai tapi lagi-lagi dia memanfaatkan kepintarannya untuk mengelabui para buaya agar dia dapat menyebrang sungai. Cerita serupa pun terjadi dalam cerita kancil mengelabui kera untuk mendapatkan beberapa pisang.
Dari semua cerita yang dipaparkan mengenai kancil kiranya kita telah mengetahui makna implisit yang disampaikan dari cerita yang tersebut. Tokoh kancil yang pintar seharusnya bisa memanfaatkan kepintarannya untuk hal baik bukan menjadi tokoh yang curang.
Ini akan menjadi tugas besar para guru sebagai pelaksana dalam pembentukan karakter siswa. Tidak bisa dipungkiri bahwa penananaman pendidikan karakter harus dilakukan sedini mungkin dan melalui hal kecil, harapan terbesarnya adalah agar generasi kita tidak menjadi generasi penerus yang curang, memanfaatkan kepintaran untuk hal-hal yang bersifat subjektif dan merugikan orang lain.
Semoga guru sekolah dasar dapat sehati-hati mungkin menginventarisir dongeng untuk dijadikan materi pembelajaran. Bayangkan saja jika siswa terus dijejali dongeng si Kancil dengan makna dan isi yang seperti itu. Imajinasi apa yang dimunculkan oleh siswa? Barangkali mereka berpikir jika kelak menjadi pintar, mereka diperbolehkan melakukan kecurangan, mengelabui dan menutup kesalahan, hingga akhirnya menjadi generasi minor yang tak pernah jujur dalam setiap hal.
Hal terburuk adalah menjadi seorang koruptor, karena pada kenyataannya, para koruptor hari ini tidak ada yang bodoh, mereka pintar dan cukup cerdas dalam melakukan hal apapun. Tapi mengapa tidak bisa memanfaatkan kepintarannya untuk hal yang lebih berguna? Nah![]