
Puisi-Puisi Khayyarah Nabila Faiza
EPISODE YANG DIPENUHI DENGAN HUJAN
Tidak kubayangkan bagaimana jika sepanjang hidup ini
Berjalan seperti tol. Tiga kali aku bertanya pada otakku
Tapi kebanyakan wanita menggunakan hati selalu
Aku melempar batu dari atas tebing
Batu direbut air danau yang meluap
Hujan sepanjang hari jatuh
Tak terbayang sesedih apa sekarang
Awan, kalau aku bisa memeluknya sambil berkata
“Jangan bersedih lihat manusia, ia diam di rumah tidak bisa berbuat
Banyak maksiat” Aku senang menari di tengah air yang sedang
Berlomba lari siapakah yang akan mencapai garis finisnya
Akankah setelah air bah ini selesai
Pelangi terbentang di langit
Ditemani bintang?
SMP Plus Ulul Ilmi, 2022
LUKA YANG MEMBEKAS
Terik sinar matahari panas
Mengubah warna area dindingku
Semua orang berkumpul
Membawa buku berisi tajwid-tajwid
Ocehan setiap orang dibarengi tangisan meleleh
Ia ditutupi kain, semua orang berbondong untuk melihatnya
Terakhir kali
Liang tanah tergali
Kini aku tidak bisa memandanginya lagi
Cokelat tanah ditaburi bunga, begitu indah
Menangis, mengenang
Tubuhku melambai, layu dengan kesedihan
SMP Plus Ulul Ilmi, 2022
RINTIK YANG TEDUH
Gorden berenda menghalangi embun
Hujan kini mereda
Tuhan mengubah seluruh mimiknya
Tapi masih tidak ada satupun awan bahagia
Masih murung jutek parasnya
Hatiku terbelah, darah berceceran bagai terkunyah kanibal
Harimau menyerigai di tengah gelap hutan
Melihat pinus dari sisi lain, tampak ialah yang memimpin
Memandanginya tidak ada perubahan sekalipun
Menutup mata, banyaknya air melimpah
Aku bersedih dan kembali menunggunya
SMP Plus Ulul Ilmi, 2022
JEJAK YANG MENGUMPAN
Abu yang kasar menutupi kesedihan jalanan
Kantong sampah menyebar, topi koboi
Jas cokelat, kaca pembesar ilmuwan mulai merincinya
Tirai emas murung, patung berjajar menghiasi kediaman ratu
Karpet merah dikembangkan, kini tidak ada yang berkutik
Bercak hitam di lantai membekas bagai luka di hati
Semua tapak kaki terdiam, sepatu pejabat mulai mengambil alih
Mengumpan dengan bidik cermat
anak panah melontar dengan tepat.
SMP Plus Ulul Ilmi, 2022
JANTUNG YANG BERDEGUP
Bunyinya dari dalam
Semua organku tergesa-gesa
Napas tidak beraturan seperti gelombang air terhempas
Menatapnya dengan indah, bola mata biru tampak
Seperti samudera pasifik. Sungai amazon mengering
Tapi perasaanku tidak akan kering
Detik demi detik helai bunga sudah berada di tanganku
Wangi yang indah dua mata yang saling bersatu.
SMP Plus Ulul Ilmi, 2022